***
.
.
.
Eunseok gak tahu bagaimana cara mendeskripsikan perasaannya sekarang.
Satu kamar suite executive luas, lengkap dengan TV LCD 45", fasilitas kamar mandi yang memadai, satu set sofa tamu, pemandangan indah, internet lancar dan banyak fasilitas lain. Satu saja yang menjadi pertanyaan bagi Eunseok, mengapa ayahnya memesan kamar dengan hanya satu kasur king size?
Cowok batu itu menghela nafas berat, yang menjadi khawatirnya adalah pemuda manis yang sekarang berdiri tepat di sampingnya, kecanggungan mulai melanda, Wonbin meletakkan dengan hati-hati ranselnya di atas sebuah meja, tangan halusnya mulai mengusap tengkuk kecil, Eunseok memandangi tiap gerak-gerik pemuda manis itu, bahkan ketika Wonbin dengan gerakan yang patah-patah menengok ke arahnya.
“Kakak mau mandi dulu?” tanya si manis dengan pelan.
Eunseok langsung menyadari tingkahnya yang terus menatapi Wonbin, cowok itu mengalihkan pandangan dan membalas pertanyaan itu dengan nada yang sama kecilnya.
“Kamu duluan aja gapapa.”
Wonbin tanpa sadar mencengkeram tasnya kuat, kemudian mengangguk dengan kaku. Lantas cowok manis itu mengambil baju ganti yang sudah disiapkan dan masuk ke kamar mandi.
Eunseok menatap tas mereka yang belum ditata, juga satu jinjing tas besar berisi pakaian yang dia beli saat mampir ke mall tadi. Dia mulai menata satu persatu barangnya, juga sekalian menata tas milik Wonbin. Sekarang dia menatap kasur besar itu dengan bingung, walau besar dan seenggaknya cukup untuk dua orang atau malah lebih, tapi tetep aja rasanya bakal canggung banget. Apa mereka harus kasih pembatas di tengah kasur? Tapi sialnya di sini jarang banget nyediain guling, liat aja cuma ada beberapa bantal kotak. Tapi masa harus kasih pembatas juga sih? Kesannya terlalu menghindar. Apa Eunseok tidur di sofa aja ya?
Eunseok melirik ke arah sofa di belakangnya, cukup besar dan seenggaknya muat untuk di tiduri, walau mungkin bakal susah mengingat Eunseok tidurnya macam mau lawan juara MMA. Pandangan cowok itu beralih ke arah luar, langit udah mulai gelap dan kilauan kota mulai terlihat, malam pertama di Jepang mereka putuskan untuk beristirahat di dalam hotel, dan besoknya mereka berencana untuk ikut tour guide gratisnya pasangan Sungchan Shotaro (read; double date).
Si batu reflek menengok ketika pintu kamar mandi terbuka, terpampang jelas Wonbin dengan rambut basahnya itu memakai balutan sweater hitam dan celana panjang abu, handuk kecil yang sudah disediakan melingkar di antara leher si manis, tetesan air dari rambut Wonbin sedikitnya jatuh ke atas lantai, mereka bersitatap selama beberapa detik.
“Kamu beberes dulu sini.” undang Eunseok.
Si manis mengangguk kemudian menghampiri Eunseok dan mulai menggeledah barangnya. Pandangan cowok itu teralihkan ketika melihat Eunseok sedang menyiapkan pakaian ganti, cowok itu mengangkat alis.
“Kalau kakak mau mandi, aku saranin pakai air anget kak.” Sebuah saran tiba-tiba dari Wonbin.
Eunseok langsung menengok, dan kemudian kembali memandangi pakaian yang ia tata. Kaos putih polos dan boxer hitam kesayangannya, semula si batu mau pakai itu untuk tidur, tapi cowok itu malah lupa kalau dia lagi ada di negara seberang yang mana suhu udaranya beda drastis di negaranya. Akhirnya Eunseok memilih untuk menata ulang pakaian gantinya, dan perlahan masuk ke kamar mandi. Wonbin yang liat itu cuma ketawa kecil dan kembali menata barangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Song | SeokBin
FanfictionWanita mana yang tidak akan tergila-gila begitu nama Song Eunsok dikumandangkan? Silver Stone adalah julukan yang resmi ditujukan pada Song Eunsok, sang buaya kelas kakap dari kelas 3-3. Tapi di balik semua tingkah lakunya yang kerap kali menggoda...