12.

1.3K 108 10
                                    


— — — — — —

Suasana makan malam hari ini terasa sangat hening, hanya dentingan dari alat yang mereka bertiga gunakan untuk makan memenuhi ruangan makan, sedari sore sampai makan malam tak ada pembicaraan antara ketiganya, tak ada yang mencoba mencairkan suasana.

Jungkook yang terlihat menikmati makanannya, sesekali kepalanya menoleh kesana dan kemari, lalu miyeon yang makan dengan semangatnya sesekali matanya akan melebar saat membaca novel di handphonenya, terakhir jimin yang menundukan diri menatap makanannya tak mencoba untuk menoleh kemana saja seperti jungkook.

Sebenarnya situasi seperti ini sudah biasa bagi jungkook bahkan setiap harinya seperti ini tak akan membuat sesuatu dalam dirinya hilang, tetapi jika boleh ia katakan semenjak keberadaan jimin itu semua terasa berbeda, harinya yang selalu diisi dengan jimin dan miyeon terasa begitu hidup untuk, bocah ini membawa sesuatu yang tak pernah ia dapat.

Tetapi sekarang? Melihat bocah ini yang tak menatapnya lagi atau bahkan berbicara itu membuat dirinya merasa tak enak, ada perasaan yang membuatnya seolah bertanya apa yang terjadi dengan jimin? Mengapa bocah ini tak lagi banyak bicara seperti sebelumnya? Apa ini semua kesalahannya? Bahkan untuk hal sekecil ini saja ia tak bisa menyelesaikannya.

Apa ini yang dinamakan perasaan?

"Jimin, kau tau tidak?"

Jimin tersentak, miyeon secara tiba-tiba berteriak memanggilnya yang persih berada di samping gadis itu, kebiasaan yang menyebalkan, ia menggeleng sebagai jawaban.

"Aku berkenalan dengan pemagang baru, ouhh– aku yakin kau mengenalnya, its didi."

Sejenak jimin memproses kata pemagang yang miyeon katakan, tetapi saat gadis itu melanjutkan nya dengan nama didi, binar matanya pun terpacar.

"Ya, aku mengenalnya, saat di kantin tadi aku berbicara dengannya, dia mengenalkan dirinya sebagai Wang. Hedi tetapi ia menyuruhku untuk memanggilnya didi, kau juga?"

Miyeon memangguk antusias, "Benar, dia juga menyuruh ku seperti itu, dan apa kau tau? Dia memanggilku xixin itukan nama panggilan bagi orang terdekatku saja."

"Dia juga memanggilku xixi, dia memberi nama baru untuku dan itu lucu sekali, nama kita seperti seorang yang kembar."

"Kau benar, ia akan menjadi pendampingku tau, untungnya aku tak sendiri lagi tetapi aku tak sabar ketika kau juga menjadi pendampingku, kita akan bertigaa, goshhh– xixin, xixi dan didi kita akan menjadi teman dengan huruf i." Jimin yang melihat miyeon bersemangat itupun tertawa, setelah situasi tegang selama makan malam akhirnya miyeon mencairkannya juga.

Karena selama berdiam diri tadi terbesit pikiran untuk mengakhiri makan malam lebih dulu, tetapi itu tak jadi berkat miyeon.

"Apa kita perlu membeli gelang pertemanan lagi? Tetapi kita menulisnya dengan inisial serba i kita, kurasa itu ide yang bagus benar kan xixi?"

"Hmm, boleh saja."

"Mari besok saat pulang dari kantor, kita mengajak didi juga, aku yang akan memberi tahunya, –dan paman besok paman pulang lah lebih dahulu aku memiliki karena anak remaja mempunyai urusan." Ucap acak miyeon

Jungkook yang sedari tadi memperhatikan interaksi keduanya hanya bisa diam, sungguh ada bagian dalam tubuhnya yang memanas mendengar nama lain yang baru saja menjadi topik keduanya, keduanya tak akan tau bagaimana kondisi jungkook di dalam sana sekarang, karena ekspresi yang tua hanya menunjukan raut biasa saja, lagi dan lagi rasa ini muncul.

Paman | Kookmin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang