17.

1.7K 119 20
                                    

     ——————

Duk... Duk...

Duk... Duk...

Riuh bising memenuhi seisi wastu, sayang setiap kamar sudah terhalau kedap maka siapapun yang tinggal tak akan mendengar.

Perlahan yang berubah menjadi keras, ketukan awal akan selalu dimulai dengan pelan namun ketukan berikutnya berlanjut dengan keras, seperti tak sabaran untuk segera mendapatkan keinginan.

"Pamannnnn, buka pintunya."

Bukan sekali, duakali dan baris angka seterusnya tetapi ini sudah sekian kali menjerit pemilik kamar, semakin di coba semakin besar amarah di dada untuk segera melihat sosok yang mengabaikannya.

Lagi dan lagi tangan bersiap untuk segera menambah ketukan yang lebih keras, belum sempat membuat...

Cklek

Tangannya menggantung di udara tepat dengan wajah jungkook di depan, rautnya masih dengan ketenangan sedikit tak terganggu dengan pelaku yang mengetuk kamar.

"Akhirnya, mengapa lama sekali? Aku ingin berbicara mengenai yang tadi." Jimin berseru senang sebentar sebelum kembali menampilkan keseriusan atas ucapan.

"Aku tidak ingin membicarakannya."

Singkat dan mutlak membuat jimin kepalang panik, jika tidak dibicarakan badai akan menimpa lalu jika dibiarkan maka semuanya akan berantakan.

Jungkook berbalik hendak membiarkan jimin diam merenung sendiri dekat pintu kamarnya, ia akan membiarkan pintunya sampai jimin sendiri yang berlalu pergi tapi bukanya mendapati jimin justru si bocah melangkah masuk mengikutinya dengan wajah memelas.

"Paman, aku kan hanya kesal bukan marah lalu aku tak ada mengancam paman, kenapa paman justru mengancamku, itukan tak adil lebih baik paman tidak mengancam seperti itu."

"Lalu apa yang harus ku berikan sebagai sebuah hukuman atas ketidak sopananmu?"

Sepertinya jimin berhasil, hanya dengan beberapa lisan yang penuh rayu jungkook melakukan negosiasi dengannya.

"Apap—" Secepat kipas bergerak jimin segera membumbungkan bibirnya sendiri. "Astaga itu nyaris saja." Ia meruntuk, kadang kala bibirnya akan selalu asal dalam kegugupan dan kebahagiaan, untung saja ia cepat melangkah keluar sebelum semua terjadi.

"Apa?" Jungkook menarik alis, kali ini ucapan jimin belum terlanjut bukan karena ulahnya maka penasaran semakin menyerang jika seperti ini.

Jimin memutarkan arah pandang keseluruh penjuru kamar, lama matanya mencari cari cara agar bisa menebus kesalahan, ini kesempatan yang baik namun lama melihat mata masih tak menemukan sampai pada satu titik.

"Lampu, yaa— lampu, paman lampu kamarmu redup, bagaimana jika hukumannya aku yang menggantikan lampu kamarmu?" Memberi senyuman sepanjang 3cm itu yang di dapatkan jungkook.

Pikir jungkook bagus dan jungkook memilih. "Tidak."

Lalu merosotlah bahu yang semula berseri senang karena sudah menemukan apa yang harus dilakukan, sayang permintaannya di tolak mentah oleh jungkook, sayang sekali padahal apa yang dipilihnya harus terlewatkan.

"Mengapa tidak?"

Tak perlu jawaban jungkook mengangkat alisnya disertai dengan mata yang menunjuk keatas.

Hanya satu kata yang mendominasi pemikiran yaitu bingung, apa yang ditunjuk jungkook membuatnya kebingungan, lama menatap keatas akhirnya ia memilih kembali menatap jungkook, kembali lagi kepalanya mendongak dan saat itulah jimin sadar.

Paman | Kookmin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang