— — — — — —
Suasana di ruangan kecil ini sebenarnya dingin, namun yang membuat panas adalah dua orang yang saling menatap dengan menantang, dan satunya lagi terlihat malas melihat keduannya namum mau tak mau ia harus melihat karena salah satunya adalah temannya, awalnya semua baik baik saja namun gadis bermarga Yang ini lebih dulu memulainya.
"Sudah ku bilang untuk tutup mulutmu Lusi." Ucap jimin yang lelah, gadis di depannya ini tak berhenti mengoceh padanya dan miyeon, ini akan membuat suasana menjadi tak baik baik saja.
"Siapa kau mengaturku? Kenapa tidak kau saja yang diam." Sinis Lusi
"Hei manusia kerdil sombong, kau buta ya? Jimin dari tadi sudah diam, kau seharusnya sadar diri." Bela miyeon, yang benar saja? Sedari tadi jimin sudah diam kenapa juga jimin disalahkan?
"Ap-Apa?! Kau mengatakan aku buta? Sialan kau, kau yang buta dasar brengsek-ekhh rasakan"
Tak pernah jimin berada dalam situasi seperti ini, ini diluar dugaan ini seperti di novel novel jika boleh jimin definisikan, jika ini di tempat umum mungkin ini akan menjadi tontonan yang menyenangkan bagi mereka tapi tak untuk jimin.
"Hei, hei, hentikan.. lepaskan miyeon- miyeon lepaskan dia, oh tuhan bantu aku, Hei! Kalian dengar tidak? Lepaskan.. Astaga"
Di depannya miyeon dan lusi sudah saking bertempur, keduanya telah mengibarkan bendera perang dengan menjabak rambut satu sama lain dan semua ini dimulai dengan lusi, sungguh gadis ini..
Keduanya tak berhenti untuk menjambak, berteriak dan mencaci maki, ini sedang diruang guru bukan di ruang umum, akan terjadi suatu masalah jika guru melihat mereka berdua seperti ini, apalagi jimin yang sudah mencoba menghentikan tapi mereka tak mendengarkannya.
"Brengsek sialan itu adalah kata yang cocok untuk mu bajingan"
"Kau yang sialan dasar wanita tak tau malu"
"Fuck- dasar gadis sinting"
"Brengsek, akan ku adakan kau k-"
"Berhentiii" Lantang jimin
Berhasil..
Jimin berhasil menghentikan mereka
"Sadarlah, kalian sedang berada dalam ruangan guru, jika ibu shen melihat, kita bertiga akan kena bodoh, jika kita kena siapa yang akan kalian salahkan hah? tak ada bukan? Maka dari itu berhenti dan tutup mulut yang penuh umpatan itu. Simpan jika kalian ingin melanjutkan pertengkaran ini di tempat umum."
"Yang pasti bukan aku yang memulainya." Delik miyeon menatap lusi,
"Kau yang menatapku," Jawab lusi
"Lalu kenapa jika aku menatapmu? Aku kan punya mata, kau tak liat? Oh tentu saja kau kan buta" Balas miyeon, hal itu hendak membuat tangan lusi menghampiri rambut miyeon tapi sebelum itu pintu ruangan terbuka dan menghentikan aksi gila lusi
"Oh, maaf membuat kalian menunggu, ini surat pengantar untuk MH Company dan ini surat pengantar untuk FNC up" Itu adalah ibu shen! Terimakasih untuk beliau yang datang, jimin pun mengambil surat pengantar miliknya dan lusi pun ikut mengambilnya.
"Tak apa bu, terimakasih kami pergi dulu" Ucap jimin tersenyum setelah mendapat persetujuan dari gurunya jimin keluar dari ruangan ini begitu dengan miyeon namum sebelum keluar seratus persen, miyeon kembali melihat lusi, dan lanjut melangkah keluar.
"Kapan kita akan memberikannya pada daoming?" Miyeon bertanya di tengah perjalanannya dengan jimin menuju kelas, setelah keluar tadi di sepanjang perjalanan pertama mereka tak ada berbicara, jadi saat mereka sudah berdiam diri lama miyeonlah yang membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paman | Kookmin ✓
Romansa[✓] Umur hanya seonggok angka yang tak menentukan batas seseorang untuk mencinta, maka mencintai dengan perbedaan umur yang jauh bukan menjadi penghalang dari segala cinta yang dimiliki.