Sebelumnya....
"Ih mas rama bau acem..... jangan peyuk adek dong" Andi mendorong tubuh Rama sambil menjauhkan wajahnya.
"eh iya..... mas habis olahraga" sambil menciumi badannya, memang bau.
"sekalian yuk dek mandi bareng, adek juga bau acem nih" godanya sambil mencubit gemas hidung Andi.
"iya deh....." jawab Andi masih mengantuk dan menguap.
__________________________________________
Keduanya berjalan menuju kamar mandi yang ada dibelakang rumah dekat dengan sungai kecil. Rama bersiap dengan membawa peralatan mandi dan handuk. Andi sudah berjongkok di pinggiran sungai yang tidak terlalu dalam itu hanya sebatas betis saja.
"adek mau mandi di sungai" tanyanya karena Andi terus memandangi sungai itu.
"enggak adek mau mandi di kamar mandi aja" Andi berjalan ke dalam kamar mandi dan duduk di sebuah bangku kecil, dimana ia biasa dimandikan dengan duduk disitu oleh Darni ibunya.
"yaudah tunggu disitu dulu, mas ambil air dulu" Rama mengambil air dengan menimba dari sumur yang ada di sebelah kamar mandi.
Setelah selesai ia masuk ke dalam kamar mandi dan melepas kolornya yang ternyata dia tidak memakai sempaknya dan menaruh kolor tipis dan usang itu di tali yang menggantung di dekat tembok, Rama lupa kalau ada Andi disitu dan berdiri menghadap adiknya itu sambil telanjang bulat dan menampilkan kontolnya yang lumayan besar dan panjang di atas muka Andi.
Kontol Rama cukup besar dengan panjang 18cm dan diameter 4cm, Andi yang melihat itu dari bawah terheran-heran dengan benda pusaka itu dan berusaha menyentuhnya dengan tangan mungilnya, Rama yang merasa ada sesuatu yang memegang kontolnya terkejut dan tersadar kalau ada Andi dibawahnya.
"ANJING!!!" umpat Rama agak keras.
"yaampun dek ngagetin aja" ucap Rama tersadar dengan sentuhan tangan mungil Andi di kontolnya lalu berjongkok di depan Andi.
"mas itu apa kok besar terus panjang gitu" tanya Andi penasaran sambil menunjuk kontol Rama yang menjuntai lemas hingga kepala kontolnya menyentuh lantai acian kamar mandi.
"emh..... ini itu....." Rama bingung harus menjelaskan apa ke adiknya sambil menggaruk-garuk kepalanya masa iya Rama menjelaskan kontol ke adiknya yang masih kecil itu, ia merasa menyesal kqrena asal mencopot kolor dan lupa kalau dia mandi bareng adiknya.
"ini itu burung..... iya ini tuh burungnya mas rama" jawab rama sambil meringis.
"burung? Kok burungnya nempel disitu? ndak ada sayapnya juga?" ucap Andi bingung sambil memperhatikan kontol Rama.
"iya..... burungnya ndak punya sayap dan ndak bisa terbang jadi burungnya nempel disini" jawab rama ngawur.
"adek juga mau burung" pinta Andi dengan menggoyangkan badannya memelas.
"kan adek sudah punya burung..... itu" sambil menunjuk selangkangan adiknya.
"mana?" sambil melihat ke arah selangkangannya dan membuka celananya.
"burung adek kecil..... kok burung mas besar sih?" ucapnya sedih setelah melihat burungnya yang kecil.
"kan adek masih kecil.... nanti kalo udah besar, burungnya nanti kayak punyanya mas deh" ucap Rama menghibur.
"adek maunya yang besar, mau burungnya mas rama aja..... mau pegang" sambil berusaha meraih kontol rama yang sedang lemas.
"eh gaboleh adek..... kan adek udah punya sendiri, burung ini gak boleh dipegang siapa- siapa selain mas sendiri" jelas rama sambil menangkis dan memegangi tangan Andi.
"ayo mandi aja ya dek" ajak Rama berusaha mengalihkan topik.
"ngak mau..... adek mau pegang burung, adek mau pegang burung, adek ndak mau mandi" ucap Andi sambil cemburut dan membelot tangannya yang digenggam Rama.
"haduh..... gak boleh adek....." Rama mulai bingung harus beralasan apa untuk menghadapi adiknya ini. Andi mulai menangis dan tantrum, Rama tambah bingung.
"mau pegang burung, mau pegang burung.....!!!" teriak Andi sambil memukul-mukul tangan Rama.
"yaudah iya boleh pegang burung mas, tapi bentar aja ya" jawab Rama mengalah yang dijawab Andi dengan anggukan dan mulai tenang.
Rama kemudian berdiri perlahan mengekspose kontol panjang yang bewarna kecoklatan selaras dengan warna kulitnya itu di depan muka adiknya. Rama berdiri dengan ragu sambil menatap ke adiknya, ia bingung harus bagaimana lagi untuk meghadapi adiknya itu yang ingin memegang kontolnya.
Heran dan bingung bagaimana bisa adiknya ingin sekali memegang kontolnya namun ia pasrah, pikirnya hanya sekali ini saja ia akan menunjukan kontolnya dan mengizinkannya memegang benda sakralnya itu. Andi yang bertubuh kecil, berdiri dan berhadapan langsung dengan kontol perkasa abangnya itu yang menjuntai lemas diselangkangan Rama, ia penasaran apa itu dan terus menatapnya dengan seksama.
Kemudia tangan Andi mulai bergerak dan meraih kontol yang berada didepan wajahnya, pertama ia mengarahkan telunjuknya kearah kepala kontol yang berbentuk jamur tersunat itu dan saat jari Andi menyentuh kepala kontol Rama, Rama memasang muka khawatir.
Kemudian, Andi menggenggam kontol Rama dengan tangan mungilnya, dan Rama merasakan sensasi merinding karena baru pertama ini ada yang memegang kontolnya. Andi mulai memegang kontol Rama dengan kedua tangannya, ia merasa takjub sekaligus heran, Andi terus membolak-balikan kontol Rama ia perhatikan dengan seksama kontol 18cm itu mulai dari kepala kontolnya, batangnya, jembut di area pangkal yang tidak begitu lebat dan juga testis yang menggantung dibawah kontol Rama.
Rama menggelinjang dengan perlakuan adiknya itu di kontolnya, ia sedikit gundah karena kontolnya terus dimainkan oleh adiknya dan ia merasakan ada suatu sensasi nikmat saat kontolnya dimainkan oleh tangan mungil adiknya itu.
Andi terus memainkan kontol Rama yang lama-kelamaan malah membuat gerakan seperti mengocok namun sangat pelan, tanpa Rama sadari ia mendesah pelan menikmati kocokan tangan mungil Andi di kontolnya, tanganya ada di pinggulnya dan kepalanya menengadah keatas menghayati kenikmatan yang baru ia rasakan. Kontol Rama pun semakin membesar dan mengeras hampir ngaceng penuh, Andi menyadari perubahan itu terheran.
"mas burungnya kok tambah besar..... keras juga?" sambil membuat gerakan naik turun dengan tangannya di batang kontol Rama.
"Eh..... iya ini emh..... burungnya bangun, sudah ya mainnya" ia tersadar, Rama terlalu larut dalam sentuhan Andi di kontolnya.
"wah asik..... burungnya mas rama bangun" jawab Andi kegirangan.
"jangan adek, burungnya mas capek butuh tidur.... udah ya" tolak Rama karena ia tidak mau terangsang lebih jauh lagi.
"yah..... terus kapan dong main sama burungnya?" tanya Andi memelas karena ia masih ingin bermain dengan kontol abangnya itu.
"kapan-kapan lagi ya dek....." ucap Rama menenangkan adiknya sambil mengelus kepala Andi lembut.
"ayo mandi dulu ya" ajaknya dan dijawab dengan anggukan lesu Andi.
bersambung.....
Next: 4. Menyusui
_____________________________
terima kasih untuk yang sudah baca cerita ini semoga suka.
YOU ARE READING
Berdua dengan Adik
FantasyIni pertama kalinya aku mengasuh adikku yang masih balita sendirian, apakah aku bisa menjaganya dengan baik? atau malah sebaliknya?