Sebelumnya.....
“Emh… enak, makasih mas” Andi tersenyum manis dihadapan Rama.
Rama hanya tersenyum masih terkejut dengan Andi yang tiba-tiba menjilat lidahnya, ia tak habis fikir dengan kelakuan adiknya. Bagaimana bisa anak sekecil itu sudah pintar memuaskan nafsu Rama, tapi ia tak protes dan mungkin akan menikmatinya terus.___________________________________________
Siang hari itu cuacanya sangat panas sekali, saat itu hari minggu. Rama dan Andi berjalan lemas menyusuri jalanan setapak untuk pulang kerumahnya sehabis dari rumah Mbah Anik, Andi berjalan dengan badannya yang menggontai ke kanan dan ke kiri sambil kepalanya menunduk.
Rama berjalan santai sambil mengibas-ngibaskan kaosnya untuk mengaliri tubuhnya yang basah kuyup karena keringat dengan angin. Rama melihat ada pohon pisang di pinggir jalan dan kemudian berinisiatif mendekatinya dan memetik satu tangkai daunnya.
“Pakai ini dek biar gak terlalu panas” memberikan daun pisang yang ia tadi petik untuk digunakan seperti payung agar Andi tidak terlalu kepanasan.
“Iya deh mas” dengan lemas Andi mengambil daun pisang itu dan ia bentangkan diatas kepalanya menutupi dari sengatan panas matahari.
“Yuk jalan biar cepet sampai rumah” Rama dan Andi pun berjalan lagi hingga sampai di depan rumah mereka.
Andi langsung merebahkan tubuhnya di amban panjang didepan rumah, Rama masuk kerumah dan mengambil air putih di dapur dan membawa dua gelas ke luar rumah dan memberikannya ke adiknya yang sedang kepanasan itu.
“Ini minum dulu dek biar panasnya hilang” sambil memberikan segelas air putih kepada Andi. Gluk Gluk Gluk Gluk. seketika air itu langsung diminum habis oleh Andi.
“Sudah mas… fwah…” setelah memberikan gelas yang sudah kosong itu ke Rama, Andi berbaring lagi.
Rama menyeruput pelan air yang ia bawa, dan memikirkan suatu hal. “Mandi di sungai yok dek, dideket pohon mangga kayaknya adem” ajak Rama teringat dengan sungai kecil dibelakang rumahnya.
“Wah… ayo mas, adek udah lama ndak mandi di sungai… yeay mandi sungai mandi sungai” Andi dengan segera beranjak turun dan berlari kebelakang rumah.
“Ayo mas… cepet” teriaknya yang sudah ada di belakang menunggu Rama yang mengambil handuk.
“Iya iya bentar, mas ambil handuk dulu dek” Rama kemudian menyusul Andi yang berlari ke pinggiran sungai.
“Eh jangan nyebur dulu, copot bajunya dulu” Rama menarik tangan Andi yang hendak loncat ke sungai, dan segera mencopot baju Andi hingga telanjang. Rama perhatikan tubuh mungil Andi yang putih bersih, Rama sedikit melamun.
“Yeay ayo mas nyebur” byuuurrrr. Suara cipratan air dari Andi yang meloncat ke sungai yang cukup dangkal itu hanya sebatas perut Andi dan berarus pelan.
“Iya dek hati-hati loh” Rama kemudian menyusul dengan menelanjangi tubuhnya sendiri hingga bugil dan menaruh pakaiannya dan Andi serta handuk di pinggiran sumur, ia berjalan pelan turun ke sungai.
“Dek kesana yok ke pohon mangga, enak disana adem” sambil menunjuk pohon mangga yang ada di pinggir sungai tapi agak masuk ke hulu.
“Siap… siapa cepat dia menang” Andi dengan bersemangat berenang menyusuri sungai melawan arus untuk segera sampai ke pohon mangga dimaksud Rama yang berjarak sekitar 10 meter.
Rama hanya tersenyum melihat adiknya yang bersusah payah untuk berenang walau ia tidak bisa, Rama hanya berjalan santai menyusuri sungai yang hanya sebatas paha bagian bawahnya yang mendekati lutut.
YOU ARE READING
Berdua dengan Adik
FantasyIni pertama kalinya aku mengasuh adikku yang masih balita sendirian, apakah aku bisa menjaganya dengan baik? atau malah sebaliknya?