kecelakaan

10.5K 57 0
                                    

"AWAS!" teriak ku nyaring

Brak

Aku melihat pak Sean dan keluarganya kecelakaan didepan mataku langsung. Aku menepikan motor matic ku. Ku lihat disana Bu Nita sudah bersimbah darah. Sedangkan pak Sean sudah tidak sadarkan diri. Dan putrinya yaitu Adel berteriak memanggil ayah dan juga ibu nya.

Aku berlari kearah Adel dan memeluk tubuh gadis kecil itu. Jalanan seketika menjadi macet. Orang-orang berdatangan hanya untuk sekedar melihat dan juga menelfon ambulans untuk segera membawa pak Satria dan bu Nita.

Ku peluk tubuh kecil Adel yang terus menangis. Kejadian itu terjadi sekejap mata. Aku dan keluarga mereka pada malam itu tengah berkeliling santai dengan menggunakan motor. Aku membawa motorku sendiri, dan mereka bonceng 3 dengan menggunakan motor mereka juga.

Beberapa kali aku menawarkan agar Adel ikut denganku tetapi Bu Nita dan pak Sean menolak karena mereka ingin merasakan sensasi berkumpul di atas motor. kejadiannya dimana pak Sean berusaha untuk menyalip mobil Fuso besar. Namun dari arah berlawanan sebuah mobil kontener dengan melaju. Sehingga membuat mereka ter senggol oleh mobil itu.

kini kami semua sudah berada di rumah sakit, banyak dari keluarga mereka yang datang. pak Sean sudah sadar beberapa jam yang lalu dan sekarang ia sudah bisa berjalan kearah ku dan Adel. Adel yang tadinya memelukku kini beralih memeluk tubuh hangat ayahnya itu.

"Ayahh... Adel takut," ucap Adel

"Gimana keadaan ibu, Cha?" Tanya pak Sean.

Bu Nita adalah guruku di sekolah. Aku sangat dekat dengannya. Wanita baik hati itu telah banyak merubah ku, membantu ku berubah menjadi wanita yang jauh lebih baik lagi. Ia membantuku untuk belajar memasak, menabung dan banyak memberikan saran untuk ku. Aku sungguh-sungguh mencintai wanita yang sedang terbaring lemah itu.

"Acha ini udah malam, Acha boleh tolong bawa Adel ke penginapan dekat sini gak?" Tanya pak Sean kepadaku.

Aku melirik kearah Adel yang tampak sudah mengantuk dan lelah. Aku mengangguk sebelum akhirnya seorang wanita paruh baya datang menghampiri kami. "Kenapa bisa kecelakaan?" Tanya wanita itu judes sembari sesekali menatap sinis kearah ku.

"Acha, bawa Adel ya," ucap pak Sean

Aku mengangguk dan berjalan keluar dari rumah sakit itu. Sepertinya keluarga Bu Nita maupun keluarga pak Sean tidak menyukai ku. Tapi apa boleh buat.

*****

Sesampainya di kamar penginapan, Adel langsung tertidur di ranjang. Jam sudah menunjukkan pukul 02.00. kejadian itu terasa seperti mimpi. Ini semua salah ku, jika saja aku tidak merengek kepada pak Sean dan bu Nita, pasti saja Bu Nita dan keluarganya masih tertidur pulas di rumahnya. Bukan dirumah sakit.

Aku tidak bisa tidur, aku selalu di rundung oleh rasa bersalah ku kepada keluarga pak Sean. Sampai pada akhirnya mulai memejamkan mata dan terbangun pada saat azdan subuh berkumandang.

Aku membangunkan Adel, gadis itu terduduk dan mengambil air wudhu untuk shalat subuh. Jika biasanya Adel akan susah untuk disuruh shalat oleh Bu Nita, maka kali ini berbeda Adel langsung mengambil air wudhu dan langsung menunaikan ibadah shalat subuhnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 aku dan Adel berangkat menuju rumah sakit. Disana sudah sangat ramai, sudah ada Excel. Putra sulung dari pernikahan Bu Nita dan juga pa Sean.

sudah sangat lama aku tidak bertemu dengan anak itu. umur nya hanya terpaut 5 tahun lebih muda dari ku. sekarang Excel sedang menempuh pendidikan di pondok pesantren.

Aku melihat bahwa Bu Nita sudah sadar, tetapi tubuhnya tidak lepas dari alat-alat medis yang begitu banyak. Tidak lama Bu Nita memanggilku dan pak Sean.

"Ibuuu," panggil ku lirih

Bu Nita tersenyum. "Acha... Kamu adalah wanita yang baik. Kamu mampu untuk mengajarkan banyak hal untuk Adel. Adel banyak berubah sejak mengenal kamu sebagai kakaknya," ucap Bu Nita.

Aku dibuat tidak paham dengan perkataan Bu Nita. Sampai pada akhirnya Bu Nita meraih tangan ku dan tangan pak Sean. Bu Nita menyatukan tangan kami sembari tersenyum.

"Ibu ingin tetap seperti ini. Walaupun tanpa ibu. Ibu ingin, Acha dan Uda Sean menikah." Ucap Bu Nita membuat semua orang yang ada di ruangan itu terkejut.

Aku melepaskan tangan ku dari Bu Nita. Aku sungguh tidak percaya dengan semua ini. Maksudku bagaimana mungkin aku akan menikah dengan pria yang seumuran dengan orangtua ku?

"Ibu mohon, Acha... Ibu gak percaya dengan wanita lain," ucap Bu Nita

"Nita. Maksud Uda kenapa kamu harus meminta agar Uda menikah lagi? Uda masih punya kamu," ucap pak Sean

"Aku gak akan lama lagi, Uda." Ucap Bu Nita.

semua orang melirik kearah mesin EKG. Detak jantung Bu Nita semakin melemah. Semua orang yang ada disana panik dan menghubungi pemuka agama untuk menikahkan ku dengan pak Sean

Aku berusaha keras untuk menolak. Tapi Bu Nita dengan tegar menguatkan ku. Aku hanya tertunduk lesu membayangkan jika sampai aku benar-benar menikah dengan pria yang umurnya sangat jauh dari umur ku.

Aku berharap nasip ku setelah ini akan baik-baik saja. Aku bingung harus bersikap seperti apa jika memang benar aku dan pak Satria menjadi sepasang suami istri nantinya. Pasti akan sangat aneh

Istri Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang