pindah rumah

5K 55 0
                                        

"apa! Kamu sudah menikah! Kamu gila ya?" Tanya Tante Sara berteriak lantang dihadapan ku.

"Bawa kesini suami dan anak tiri kamu. Tante mau ngomong!" Ucap Tante Sara.

Aku mengangguk, sebelum akhirnya aku menelfon pak Sean meminta agar pria itu datang kerumah Tante Sara. Sembari menunggu kedatangan pak Sean, Tante Sara tak henti-hentinya mengomel tentang betapa aku tidak sama sekali memberitahunya tentang semua ini.

30 menit berlalu, pak Sean datang bersama dengan Adel. Aku membawa Adel masuk kedalam kamarku dan memintanya untuk menunggu disana. Adel hanya menurut sampai pada akhirnya aku kembali keruang tamu untuk bertemu dengan pak Sean dan Tante Sara.

"Jadi, kenapa kamu tidak memberitahu saya bahwa kamu menikahi keponakan saya?" Tanya Tante Sara to the point

"Maafkan saya, ini semua atas permintaan istri saya yang sudah meninggal. Pernikahan ini terjadi juga secepat itu," ucap pak Sean memberikan penjelasan kepada Tante Sara.

"Acha. Apa kamu mencintai pria ini?" Tanya Tante Sara kepadaku.

Aku terdiam. Aku tak mampu untuk menjawab pertanyaan Tante Sara. Jika aku bilang tidak, maka aku sudah berbohong kepada diriku sendiri. Entah kenapa perasaan ini berubah sejak pak Sean mengecup keningku pada saat ijab qobul.

"Kenapa Tante nanya gitu?" Tanya ku kepada Tante Sara

"Apa kamu rela mengorbankan masa depan kamu dengan menikah dengan laki-laki yang bahkan kamu sendiri tidak mencintainya? Kamu jangan naif Acha!" Ucap Tante Sara membuatku semakin merasa terpojokan.

Ku lirik pak Sean yang berada disebelah ku. Jantungku berdegup kencang saat pak Sean menggenggam tanganku. Seolah pak Sean memberikan ku energi agar aku bisa menjawab pertanyaan tanteku itu.

"Iya, Tante. Acha sayang sama pak Sean. Acha sayang sama Adel. Acha juga sayang sama Bu Nita. Setidaknya dengan ini Acha bisa membalas semua kebaikan Bu Nita ke Acha," ucap ku menunduk.

Hening beberapa saat, sampai pada akhirnya Tante Sara mulai membuka suara lagi "oke kalau gitu. Bereskan semua barang-barang kamu. Dan kamu, bawa Acha pergi dari rumah ini," ucap Tante Sara membuatku terkejut.

"Tante..." Panggil ku dengan mata yang berkaca-kaca.

Tante Sara beranjak dari ruang tamu dan meninggalkan ku dengan pak Sean. Aku menangisi nasibku yang begitu menyedihkan ini. Mengapa semaunya terjadi. Hidupku hancur bersamaan dengan kepergian orang yang ku sayang.

Apakah ini semua adalah karma untuk ku? Aku langsung mendapatkan karma ku secara instan.  Pak Sean memeluk tubuhku yang bergetar karena menangis.

*****

Aku menyusun semua barang-barang ku didalam rumah yang minimalis ini. Ya, aku sekamar dengan pak Sean. Walaupun rasanya sedikit canggung saat ku letakan barang-barang ku dikamar nya, tapi pak Sean berusaha untuk membuatku menjadikan ku istri yang baik.

Tidak terasa hari sudah menjelang malam, beruntungnya aku masih sempat untuk masak makan malam kami pada hari ini.

Aku sempat ragu saat Adel dan pak Sean menyuapkan makanan itu kemulut nya. Aku akui, aku tidak terlalu pandai dalam memasak.

Namun, setelah ku perhatikan lagi mereka sama sekali tidak komplain mengenai masakan ku. Hingga tiba-tiba pak Sean membuka suara.

"Cha, saya bakalan dipindah tugaskan ke Jakarta." Ucap pak Sean membuat aku dan Adel menghentikan aktivitas makan malam kami.

"Kapan?" Tanya ku

"Mungkin 2 bulan lagi," ucap pak Sean menghabiskan suapan terakhir di piringnya.

"Berarti pas kelulusan Acha dong?" Tanya ku.

Ya, 2 bulan lagi adalah hari kelulusan ku. Aku akan lulusan dari sekolah ku. mungkin setelah ini aku akan lebih fokus untuk mengurus keluarga baruku ini.

"Kemungkinan iya. Adel juga 3 bulan lagi lulus. sepertinya nanti Adel SMP nya di Jakarta aja ya?" Tanya pa Sean kepada Adel

"Adel gak tau," ucap Adel lemah.

Aku tau, Adel sangat berat untuk pergi dari kota ini. Kota tempat dimana ia dilahirkan dan dibesarkan oleh Bu Nita. Ku tatap anak sambungku itu. Sepertinya dia sangat sedih.

"Yaudah, Adel pikir lagi aja. Masih ada waktu 3 bulan lagi sampai Adel lulus," ucap pak Sean beranjak dari meja makan dan masuk kedalam kamarnya.

"Adel udah makan nya?" Tanya ku lembut.

Dulu, sebelum aku menjadi ibu nya aku adalah gadis yang sangat kasar. Bahkan aku sering berbicara kasar kepada Adel. namun untuk sekarang rasanya aku tidak bisa untuk berbicara kasar bahkan untuk sekedar membentaknya.

Sungguh banyak yang berubah sejak Bu Nita pergi meninggalkan kami, Adel pun begitu, ia bahkan lebih menghormati ku dan terlihat seperti orang yang baru mengenalku. Kami berdua seperti orang yang baru saling mengenal.

"Udah," ucap Adel. Aku membereskan piring-piring itu lalu mencucinya.

Aku dan Adel masuk kedalam kamar kami. Ya, aku masih tidur dengan Adel. Aku masih belum siap untuk tidur dengan pak Sean. Aku merasa canggung untuk tidur berdua dengan pria itu.

Malam ini aku tidak bisa tidur, aku menatap wajah lelah Adel. Aku yakin, gadis ini pasti sangat merindukan sosok Bu Nita. Gadis itu berbalik membelakangi ku, sepertinya Adel merasa resah dengan semua yang terjadi secara sekejap mata itu.

Ku peluk tubuh Adel yang membelakangi ku, aku menangis sembari menutup rapat kedua mataku. Aku menyesali setiap sesuatu yang terjadi pada hidup ku. Aku terjebak karena diriku sendiri.

Ku ambil ponsel ku, ku lihat kenangan ku saat bersama keluarga ini. Aku kembali menangis terisak. Aku merindukan masa-masa indah kami. Sampai pada akhirnya aku tidur karena kelelahan.

Istri Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang