tinggal berdua? 🔞

7.1K 41 1
                                    

Adel meminta ingin di masukan ke pondok pesantren. Sesuai dengan wasiat bu Nita bahwa anak-anaknya harus dimasukan kedalam pesantren. Dengan berat hati aku harus melepaskan Adel demi ilmu agama.

Sepanjang perjalanan menuju pesantren, aku memeluk tubuh Adel dengan erat. Aku benar-benar menyayangi anak ku ini. Itu artinya aku akan kesepian tinggal dirumah yang besar ini sendirian.

"Adel masuk dulu ya, Ayah Bunda," ucap Adel memeluk aku dan pak Sean.

"Yang rajin sekolahnya. Jangan bandel ya sayang," ucap ku mengecup pipi Adel.

Adel mengangguk dan masuk kedalam asramanya. Ku tatap kepergian anak perempuan ku itu. Dia begitu mirip dengan suamiku. Ada sedikit rasa rindu kepada Bu Nita saat melihat Adel. Aku merindukan hari-hari dimana aku dan Adel tertawa bersama.

Aku dan pak Sean pulang kerumah kami. Benar-benar terasa sangat sepi, ku duduk kan tubuh ku di sofa ruang tamu. Tubuhku terasa sangat lelah. Ku pandang jam yang berada di dinding. Sudah menunjukkan pukul 18.00.

Aku berjalan menuju dapur untuk memasak makan malam kami. Ternyata menjadi istri itu sangat melelahkan. Aku yang dulunya adalah gadis pemalas sekarang mau tidak mau harus melakukan kewajiban ku sebagai seorang istri.

Saat sedang memasak, pak Sean datang dan memeluk tubuhku dari belakang. Aku tidak terlalu menghiraukan pak Sean dan lebih memilih untuk fokus memasak.

Tangan pak Sean mulai nakal meremas payudara ku, aku mendesah pelan. Aku berusaha tetap fokus memasak, tetapi tangan pak Sean sudah mulai meraba vagina ku dari balik dasterku yang sudah ku ganti sebelum memasak.

"Ahhhhh, pak Sean," erang ku.

pak Sean menghentikan aksinya dan berlalu menuju kamar mandi. Aku merasa lega karenanya aku bisa melakukan aktivitas memasak ku. Aku tidak menyangka bahwa pak Sean ternyata pecandu Seks. Terkadang aku hampai kewalahan karena menuruti nafsu pak Sean yang sangat kuat.

Jam sudah menunjukkan pukul set 8 malam. Aku dan pak Sean makan malam dengan keadaan yang hening. Benar-benar sepi setelah kedua anak kami berangkat mondok. Seketika aku teringat bagaimana dulu ketika Bu Nita masih bersama.

"Haha bapak! Besok kan hari Minggu. Kita kemana?"

"Berenang ke air terjun mau gak?"

"Ayok!" Ucap ku berbarengan dengan Bu Nita dan Adel.

"Ibuuuu, Acha besok ada kegiatan dulu pagi-pagi," rengek ku sembari memeluk tubuh Bu Nita.

Aku adalah anak yang sangat manja saat bersama Bu Nita. Aku bahkan tidak pernah melakukannya dengan Tante Sara. Bahkan untuk bersalaman dengan Tante Sara saja aku jarang. Walaupun kami tinggal serumah, tapi kami jarang bertemu.

Aku sering kali menghabiskan waktu bersama keluarga ini sebelumnya. Namun berbeda, aku bukan sebagai istri pak Sean. Melainkan sebagai anaknya. Aku merindukan momen itu, aku rindu saat-saat pak Sean menganggap ku sebagai anaknya.

"Acha?" Panggil pak Sean.

Aku terperanjat kaget. "Nanti pijetin kaki ayah ya, sayang." Ucap pak Sean menyudahi makan nya dan masuk kedalam kamar kami.

Akupun menyudahi makan ku. Aku memilih untuk menaruh piring-piring kotor itu di wastafel. Toh juga besok pagi asisten rumah tangga datang dan membereskannya. Entah kenapa sejak kehamilan ku ini aku menjadi sangat pemalas.

Aku masuk kedalam kamar. Ku lihat pak Sean sudah dalam keadaan tanpa busana dan hanya menggunakan kain sarung. Entah kenapa perasaan ku kepada pak Sean mendadak pudar. Aku hanya menganggapnya seperti pak Sean yang dulu. Bukan sebagai pak Sean suamiku.

Aku duduk di ujung ranjang. Ku raih kaki pak Sean dan ku pijat. "Enak banget pijatan istri ku," ucap pak Sean. Aku hanya tersenyum kecil mendengarnya.

Melihat aku yang hanya diam itupun membuat pak Sean geram. Pak Sean menarik ku ke kasur lalu menindih tubuhku. Ku tatap mata pak Sean dengan tatapan datar. Aku sungguh merindukan masa-masa disekolah. Aku rindu itu semua. Mengapa semuanya terjadi.

"Kamu kenapa, Cha?" Ucapan pak Sean membuat ku mengalihkan pandangan ku.

Ku dorong tubuh pak Sean untuk menjauhi ku. "Acha rindu sekolah. Acha rindu bu Nita. Acha gak mau kayak gini. Acha gak mau jadi istri bapak," ucapku menangis.

"Kenapa, Cha? Apa yang terjadi?" Tanya pak Sean mencoba untuk menyentuhku. Namun aku tolak pak Sean secara kasar.

"Jangan sentuh aku!" Teriak ku lantang.

Seolah tersulut emosi pak Sean kembali menindih tubuhku tanpa mempedulikan bayi nya yang ada di dalam perut ku. "Pergi!" Teriak ku.

Pak Sean menyambar bibirku dengan brutal. Aku yang kesulitan bernafas itu ku dorong paksa tubuh pak Sean hingga menjauh dari ku. "Sadar, pak! Acha ini masih muda! Acha bahkan bisa kuliah dan nikmati hidup Acha selayaknya remaja pada umumnya!" Ucapku.

"Enggak! Kamu milik ku!" Ucap pak Sean menarik tanganku ke atas lalu mulai meraba payudara ku.

Aku berusaha memberontak, seolah kesal dengan aku yang terus berontak. Pak Sean meraih dasi kerjanya lalu mengikat tanganku pada kepala ranjang. Pak Sean merobek pakaian ku hingga membuat ku telanjang saat ini.

"Gak akan ada yang bisa milikin kamu selain saya, Acha!" Ucap pak Sean mengulum puting payudara ku dengan rakus.

Aku memekik karena pak Sean melakukannya dengan kasar. Untuk pertama kalinya pak Sean melakukan itu kepadaku dengan cara kasar. Pak Sean mulai turun pada vaginaku. Aku hampir saja menendangnya. Jika saja pak Sean menghindar, mungkin dia sudah kena hantam oleh ku.

Pak Sean menampar vagina ku beberapa kali. Membuat aku berteriak histeris. Vaginaku terasa sangat panas. Hingga pada akhirnya pak Sean menancapkan penisnya kedalam vagina ku dengan kasar.

"Pak Sean! Sadar! Acha lagi hamil!" Teriak ku saat pak Sean tanpa ampun menghajar vaginaku dengan penisnya.

Pak Sean berhenti. Lalu mengeluarkan penisnya dari dalam vaginaku. Pak Sean melepaskan tangan ku yang dia ikat dikepala ranjang.

"Acha, maaf," ucap pak Sean mencoba untuk menenangkan ku.

Aku memegangi pergelangan tangan Kum rasanya sungguh perih. Aku beralih memunggungi pak Sean dan menangisi nasib ku yang begitu berantakan. Ku ucap perut ku. Aku takut jika terjadi sesuatu terhadap anakku didalam sana.

Aku meringkuk, menahan rasa sakit si bagian tubuhku. Pak Sean berusaha meminta maaf dengan cara memeluk tubuh polos ku. "Acha... Maaf," ucap pak Sean menyesal.

Tidak ku hiraukan ucapannya. Aku masih terus menangis. Pak Sean memaksa tubuh ku untuk berbalik menatapnya. Hingga kini tubuhku menghadap pada pak Sean. Pak Sean memeluk tubuhku.

Kami berpelukan dalam keadaan yang telanjang. Namun pak Sean kembali memasukan penisnya kedalam vaginaku. Aku tidak berminat untuk mendesah bahkan melayani nafsunya. Aku hanya menutup mata membiarkan pak Sean melakukan apapun kepada tubuhku.

Istri Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang