acara kantor

889 24 2
                                    

Saat ini sudah memasuki 9 bulan di usia kandunganku, aku merasa bahwa saat ini aku terlihat tidak cantik lagi. Aku merenung dikamarku sembari memandangi perutku yang semakin membesar.

Suara pintu terbuka mengalihkan pandanganku, didetik setelahnya aku tersenyum memandang seorang gadis dan pria yang sangat ku cintai itu.

"Wah... Sexy nya...," puji pak Sean.

Ya, aku hanya menggunakan bra kemben yang menutupi payudara ku serta memakai celana legging yang ketat.

"Iya, soalnya habis yoga," ucapku.

"Adel udah makan? Bunda mandi dulu ya, nanti kita makan bareng," ucapku

"Iya nih, Adel juga mau mandi. Ntar malam aja makannya habis Maghrib," ucap Adel.

Gadis itu pergi memasuki kamarnya, begitupun dengan pak Sean yang menutup pintu kamar kami dari dalam. Pak Sean memeluk tubuhku dari belakang, pria itu memegang perutku yang buncit ini.

Terasa sangat nikmat melakukan hal ini bersama suami, pak Sean mengendus leherku. Terakhir ia mengecup pipiku sangat lama, aku berbalik badan dan memeluk tubuh pria ini.

Pelukan pak Sean begitu nyaman, sampai suara ketukan membuat aku melepaskan pelukanku. Aku bergegas menuju kamar mandi, sedangkan pak Sean membuka pintu kamar.

"Kenapa, nak?" Tanya pak Sean yang ku dengar dari bilik kamar mandi.

"Ayah... Bisa temenin Adel ke toko buku, sebentar aja,"

"Ayok," ucap pak Sean.

Pak Sean mengetuk pintu kamar mandi yang berada didalam kamar. "Cha... kami keluar sebentar ya," pamit pak Sean.

"Iya, hati-hati. Cepat pulang!" Ucapku sedikit berteriak.

Aku melanjutkan ritual mandiku, setelah selesai, aku segera memakai pakaian ku yang baru saja aku beli di online shop. Entah kenapa aku sangat menyukai berbelanja di online shop.

Pak Sean kembali kekamar, aku agak terkejut melihat kepulangan pak Sean yang begitu cepat. "Udah pulang? Kok cepat banget?" Tanya ku yang sedang menyisir rambut.

"Toko bukunya masih disekitaran perumahan kok," ucap pak Sean.

Aku mengangguk, setelahnya pak Sean masuk kedalam kamar mandi dan mulai melakukan ritual mandinya. Aku berjalan kearah lemari, dan menyiapkan baju untuk pak Sean.

Perutku semakin lama semakin besar, aku agak kesusahan untuk bergerak. Bahkan berjalanpun sangat lambat, pak Sean yang baru saja keluar dari kamar mandi itupun tersenyum saat melihat aku yang berjalan tertatih-tatih.

Dengan sigap pria itu membantuku untuk berjalan. Pria itu tak mengucapkan sepatah katapun, ia tersenyum sembari mengecup keningku. Aku bersandar dibahunya, setelahnya ku raih tangan pak Sean untuk memeluk perutku yang terasa mulai tidak enak.

"Kira-kira Acha sanggup ga ya hidup lebih lama lagi? Kita bakal seperti ini terus ga ya?" Tanya ku.

"Sayang... Dedek nya nendang loh," ucap Sean.

Aku tersenyum, tubuhku terasa sangat lemah. Kami berpelukan dalam waktu yang cukup lama, sampai azan Maghrib berkumandang.

"Kita solat dulu yuk," ajak pak Sean.

Aku mengangguk, pak Sean melepaskan pelukannya secara hati-hati. Pak Sean dengan cepat memasang pakaiannya dan memakai sarung.

Pak Sean menuntun ku untuk mengambil air wudhu, setelah aku selesai, kini gantian pak Sean yang mengambil wudhu. Pak Sean membantuku Memasang mukena.

Kami bertiga shalat berjamaah diruang keluarga. setelah melakukan shalat Maghrib, aku bersama anak dan suamiku beranjak menuju ruang makan untuk melakukan ritual makan malam.

"Bunda melahirkannya kapan?" Tanya Adel.

"Belum tau, mungkin 10 hari lagi," ucapku tersenyum.

"Oh iya, ayah kelupaan. Besok kita harus ke kantor ayah. Ada acara soalnya," ucap pak Sean.

Aku dan Adel tidak membantah, tugasku sebagai istri hanya patuh dan selalu nurut apa kata pak Sean.

*****

Sesampainya dikantor pak Sean, seperti biasa kami menjadi pusat perhatian orang-orang. Pak Sean menggandeng tanganku dan Adel.

"Ya ampun, ternyata istri pak Sean lagi hamil besar. Tapi masih cantik aja ya?" Ucap seorang karyawan.

Aku memperlihatkan raut wajah bahagiaku didepan semua orang, tanpa mereka tau bahwa saat ini aku mati-matian sedang menahan rasa sakit pada perutku.

"Kalian tunggu disini sebentar ya, ayah mau keruangan ayah sebentar," ucap pak Sean.

Aku tersenyum, Adel mengajakku untuk duduk disebuah sofa. Saat aku sedang mati-matian menahan rasa sakit ada perutku, pandanganku tertuju pada Vita yang memakai dress dengan belahahan disamping diri.

Dia begitu cantik, tubuhnya ramping. Terlihat Vita sedang menggandeng seorang pria yang sangat familiar bagiku.

Pak Sean. Dia adalah suamiku, pak Sean sedang di gandeng oleh Vita. Mereka tampak serasi, semua orang memandang mereka dengan tatapan kagum.

Aku sakit hati, tetapi aku berusaha untuk menyembunyikannya dari semua orang. Aku terlihat biasa saja, padahal hatiku hancur. Bukan karena aku cemburu, aku hanya tidak habis pikir dengan pak Sean, ia tersenyum lebar saat digandeng perempuan lain, sedangkan disini aku sebagai istrinya mati-matian menahan sakit.

"Adel, kita pergi aja yuk," ajak ku kepada Adel.

Adel yang melihat kejadian itu mengangguk, gadis itu membantuku untuk berjalan. Namun sialnya pak Sean dan Vita sudah lebih dulu berada didepan aku dan Adel.

Aku berusaha tersenyum semanis mungkin saat ku lihat Vita memeluk lengan pak Sean. "Mau kemana, hm?" Tanya pak Sean lembut.

Aku tidak menjawab, Adel menarik tanganku. Aku mengikuti kemana Adel membawa ku, hingga saat didepan gedung, aku memberhentikan taxi.

"Kerumah sakit, pak," ucapku.

Aku sudah tidak tahan lagi, perutku terasa sakit. "bunda..."

Istri Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang