hari kelulusan

3.3K 25 0
                                    

Ini adalah hari kelulusan ku, aku benar-benar merasa sedih sekaligus merasa senang. Adel dan pak Sean datang dengan membawakan buchet bunga untuk Ku. Tidak semua teman-teman ku yang tau bahwa aku dan pak Sean sudah menikah.

Hanya beberapa teman dekat ku saja yang tau. Aku dan teman-teman ku menghabiskan hari untuk foto-foto dan juga bersenang-senang. Aku benar-benar menikmati hari ini.

Tante Sara menjemput ku di sekolah dengan menggunakan mobil barunya. Ya, Tante Sara adakah seorang pebisnis, memiliki uang yang banyak dan karir yang cemerlang.

"Eh, mama gue udah jemput. Gue pulang duluan ya," ucap ku pamit kepada teman-teman ku.

"Mobil baru lagi?" Tanya ku kepada Tante Sara.

Tante Sara tersenyum. "Iya, tukar tambah," jawab Tante Sara.

Tiba-tiba Tante Sara menyerahkan sebuah kartu ATMnya. "Tante dengar kamu bakalan pindah ke Jakarta, jadi Tante jual rumah itu dan ini yang hasil penjualan rumah. Disana ada 3 miliar rupiah. Semoga cukup buat kamu," ucap Tante Sara

Dari dulu sampai sekarang Tante Sara tidak ingin melihat aku kesusahan, ia benar-benar definisi ibu yang baik untuk ku. Tidak terasa sekarang umurku 18 dan sebentar lagi akan menginjak usia 19 tahun.

Disaat itu juga Tante Sara akan lepas tanggung jawab terhadapku. Sekarang, aku bebas memilih jalan hidup yang akan aku tuju.

"Itu artinya kita gak akan pernah ketemu lagi?" Tanyaku dengan suara yang bergetar.

"Setelah ini Tante akan pindah ke luar negeri. Tante harap kamu baik-baik saja hidup bersama Sean," jawab Tante Sara tanpa menatap ku. Tatapan Tante Sara fokus pada jalanan yang tidak terlalu ramai itu.

Aku menunduk, ku tatap kartu ATM yang diberikan Tante Sara. "Kamu tenang aja, walaupun kita gak ketemu, tapi Tante akan terus ngirimkan uang ke kamu. Tante gak akan rela kamu hidup menderita. Karena selama kamu hidup sama Tante, Tante gak pernah rela kamu merasa sulit sedikitpun. Tante bahkan dulu gak rela kamu terluka sedikitpun. Kamu tau? Disaat dulu kamu sakit, Tante bahkan sering minta supaya tuhan pindahin sakit kamu ke Tante,"

Tante Sara menghentikan ucapannya lalu menyesap sebatang rokok yang ada ditangannya. Aku menunggu kata-kata yang akan keluar selanjutnya dari mulut Tante Sara.

"Tante adalah manusia yang gak bisa lihat orang yang Tante sayang itu sakit, Cha. Tante gak rela liat orang yang Tante sayang kesulitan. Tante akan berusaha melakukan apa saja supaya buat kamu bahagia dan gak pernah merasakan kekurangan apapun. Mungkin Tante bukan ibu yang baik untuk kamu, tapi Tante akan berusaha melakukan yang terbaik untuk kamu," ucap Tante Sara.

Aku terisak dibuatnya. "jujur. Tante kecewa dengan kamu, Cha. Kamu mencari kebahagiaan di keluarga orang lain tanpa mempedulikan Tante yang udah mati-matian berjuang untuk memenuhi kebutuhan kamu," ucap Tante Sara

Aku mengingat saat dulu gimana aku tidak peduli dengan Tante Sara. Bahkan aku dengan enteng meminta motor agar aku bisa jalan-jalan dengan Bu Nita. Andai saja aku sadar dari awal, mungkin aku tidak akan kehilangan Tante Sara dihidupku.

Mobil Tante Sara sudah berhenti didepan rumah ku. Sebelum aku keluar, aku memeluk tubuh Tante Sara dengan erat. Aku benar-benar merasa bersalah kepada Tante Sara. aku sudah menyia-nyiakan wanita tulus ini.

"Semoga kamu bahagia terus ya, Cha. Tante harap kamu baik-baik aja sama Sean. jangan pernah ada niatan buat mengakhiri hidup ya. Kalau kamu ada masalah suatu saat nanti, kamu nyusul Tante ya?" Ucap Tante Sara.

Aku mengangguk dan keluar dari mobil. beruntungnya suamiku sedang tidak ada dirumah, jadi aku bisa menghabiskan waktu dengan menangisi nasip ku. Aku menghapus make up ku dan membuka seluruh pakaianku lalu aku berendam di bathtub sambil menangisi nasibku yang di tinggal oleh keluarga ku satu-satunya itu.

Setelah cukup lama aku berendam di bathtub, aku membilas tubuh ku dengan air dan bersiap untuk keluar dari kamar mandi. Aku sangat ingin tidur saat ini, tubuhku begitu lelah.

"happy graduation!" Aku begitu terharu saat pak Sean ada disana. Pak Sean memeluk tubuhku yang masih dibungkus oleh handuk.

Kubalas pelukan pak Sean tak kalah erat. Sampai membuat handuk yang melingkar di tubuhku merosot kelantai. Aku masih terus memeluk tubuh pak Sean tanpa mempedulikan tubuh polos ku dihadapan pak Sean.

"Kenapa sayang??" Tanya pak Sean.

Aku menggelengkan kepalaku. Pak Sean menggendong tubuhku seperti anak bayi. Pak Sean merebahkan tubuh ku di atas kasur. Tanpa banyak bicara pak Sean mengambil pakaian ku didalam lemari dan memasangkannya pada tubuhku.

Pak Sean begitu lihai saat memasangkan baju ditubuhku. Setelah itu pak Sean memeluk tubuhku sembari mengusap rambutku yang setengah basah. Aku benar-benar merasa nyaman saat berada diperlukan pak Sean.

Menurutku pak Sean adalah pria yang hebat. Ia bahkan bisa mengontrol nafsunya. Ia bisa mengendalikan dimana dia harus bernafsu, dimana dia harus bertanggung jawab sebagai suami.

Aku merasa kasian kepada suami ku itu. Pasti saat ini pak Sean mati-matian menahan syahwatnya. Tapi mau bagaimana lagi. Aku benar-benar tidak mood untuk melakukan hubungan suami istri sekarang ini. Ke peluk erat tubuh pak Sean sampai akhirnya aku tertidur didalam pelukan pak Sean.

Istri Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang