weekend

5.1K 40 0
                                    

Aku dan pak Sean terbangun sebelum azan subuh. Dikarenakan kami berdua tidur cepat tadi malam, membuat kami bangun lebih awal. Pak Sean kembali memeluk tubuh polos ku.

"Sekali lagi boleh?" Rengek pak Sean manja.

Aku baru menyadari bahwa penis pak Sean masih tertancap didalam vaginaku. Aku sembari malu-malu mengangguk setuju. Pak Sean melumat bibirku, kali ini aku sudah mulai terbiasa. Aku membalas lumatan pada bibir pak Sean.

Tangan pak Sean meraba payudara ku dengan lembut. Pak Sean menindih tubuh ku dalam keadaan penisnya masih berada didalam vaginaku. Pak Sean mengulum puting payudara ku dengan penuh nafsu. Aku meremas rambutnya dan mendesah merasakan kenikmatan ini.

"Ahhhh pakkk Seannn," desah ku

Lidah pak Sean begitu lihai bermain pada puting payudara ku. Dengan gemas pak Sean mencubit puting payudara ku yang masih kecil itu. "Tahan dikit ya, soalnya nanti kalau punya anak susah nyusuinnya," ucap pak Sean.

"Ahhhhhhh pakhhhh," erangku.

Air mataku mengalir merasakan perih pada puting payudara ku, pak Sean memeluk tubuhku mencoba untuk menenangkan ku. "Udah ya sayang, jangan nangis," bisik pak Sean di telinga ku. Aku mengangguk. Pak Sean kembali melumat bibirku dengan penuh nafsu.

Pak Sean memaju mundurkan pantatnya menyodok vagina ku. "Ahhh ahhh ahhh," desahku

Kami terus melakukan itu sampai adzan subuh berkumandang. Kami memutuskan untuk mandi wajib dan melaksanakan shalat subuh berjamaah. saat aku hendak berjalan, kurasakan vaginaku berdenyut nyeri dan sangat perih.

"Kenapa, sayang?" Tanya pak Sean begitu lembut.

"Nyeri," rengek ku

Pak Sean menggendong tubuh ku yang polos itu. "Acha malu," ucap ku menutup tubuhku yang polos itu.

"Udah liat kok," ucap pak Sean.

"Pokoknya Acha malu," ucap ku mendekapkan tubuh ku pada pak Sean agar pak Sean tidak melihat tubuh polos ku.

Pak Sean menidurkan ku didalam bathub. Pria itu dengan telaten menghidupkan air hangat dan membiarkan ku berendam diair hangat ini.

Pak Sean duduk di kepala bathub itu sembari memakai kain sarung dan menyesap sebatang rokok. "Mulai hari ini, Acha jangan manggil bapak lagi ya?" Ucap pak Sean disela-sela hisapan rokoknya.

"Trus Acha manggilnya apa?" Tanya ku sembari memainkan air tangan itu

"Ya terserah, asal jangan manggil bapak aja. Kan udah suami istri, udah ngewe juga," ledek pak Sean.

Aku memukul lengan pak Sean. Aku benar-benar malu dibuatnya. Pak Sean sama sekali tidak berubah. Ia tetap sama, sama seperti dulu sebelum bu Nita pergi meninggalkan kami.

"Kira-kira Acha manggilnya apa ya. Mas, bang, kak, Uda, aa?" Ucap ku sembari pura-pura berpikir.

"Manggil ayah bunda aja." Ucap pak Sean.

"Ide yang bagus!" Ucapku.

"Yaudah kalau gitu ayah mandi wajib dulu ya bunda, mau shalat subuh," ucap pak Sean pergi meninggalkan ku yang masih berendam didalam bathub. Pak Sean mencium pucuk kepala ku.

Aku beranjak. Walaupun rasanya vagina ku masih nyeri, tapi aku tetap memaksakan untuk mandi wajib dan melaksanakan shalat subuh. Setelah shalat subuh, aku dan pak Sean mengaji bersama. Setelah mengaji bersama, pak Sean menyuruhku untuk duduk dipangkuannya.

Pak Sean membacakan doa-doa lalu mencium ubun-ubun ku. Aku memeluk tubuh pak Sean. Ku hirup sedalam-dalamnya wangi tubuhnya itu. Hingga akhirnya aku tertidur dipangkuan suamiku itu.

*****

Aku terbangun dari tidurku karena merasakan panas. Aku terkejut karena menyadari bahwa aku masih menggunakan mukenah. Ku lihat disampingku, tidak ada pak Sean. Kemana pria itu.

Aku membuka mukenah ku dan berusaha mencari keberadaan suamiku. Kulihat dimeja makan sudah ada nasi goreng dengan telur ceplok setengah matang kesukaan ku.

Benar-benar suami yang pengertian. Aku melahap nasi goreng itu sembari memainkan ponselku. Aku kembali membayangkan kejadian tadi malam. Pak Sean benar-benar keren. Wajahnya yang tampan itu membuatku salah tingkah.

Tiba-tiba saja pintu rumah terbuka, memperlihatkan pak Sean yang baru saja pulang dengan menggunakan pakaian olahraga santainya. Sepertinya pak Sean habis main badminton.

Pak Sean adalah pria yang sangat menyukai olahraga. Maka dari itu wajahnya awet muda. Tubuhnya juga atletis, aku sungguh beruntung punya suami seperti pak Sean.

"Udah bangun?" Tanya pak Sean duduk di hadapan ku.

"Maafin Acha ya, ayah. Bangunnya telat," ucapku merasa bersalah.

Pak Sean tersenyum. "Gapapa. Ternyata senyaman itu ya dipangku suami sampai ketiduran gitu?" Tanya pak Sean.

Aku dibuat malu oleh pertanyaan pak Sean. "Maafin Acha ya, soalnya Acha capek banget," ucap ku.

"Iya sayang. Selangkangan nya masih sakit?" Tanya pak Sean.

"Agak nyeri dikit," jawab ku.

"Yaudah, kalau gitu ayah mandi dulu ya sayang." Pamit pak Sean. Aku mengiyakan ucapan pak Sean.

Setelah pak Sean mandi, pak Sean mengajak ku kepantai. Aku benar-benar merasa bahagia mempunyai suami seperti pak Sean. Dia membawa ku keliling menggunakan motor. Sederhana, tapi tidak semua orang bisa melakukannya.

kami sudah seperti orang yang berpacaran saja. Tapi bedanya pacaran kami versi halal. Aku memeluk pinggang sixpack suamiku. Ya, dia suamiku. Jika ditanya aku mencintainya atau tidak, jawabannya ya aku mencintai pak Sean.

Pak Sean berhenti disebuah toko emas, pak Sean memberikan ku kalung dan cincin. "Itung-itung untuk nabung, bunda," ucap pak Sean. Aku sama sekali tidak keberatan. Karena setelah ini Adel akan masuk SMP. Dan biaya itu semua pasti tidak murah.

Istri Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang