Hari ini dan pak Sean berniat untuk mengunjungi Adel. Saat kami sudah berada di pondok pesantren, ku lihat gadis itu berlari kearah pak Sean dan memeluknya. "Ayah.... Adel kangen," ucap Adel.
Gadis itu beralih kearah ku, ia pun melakukan hal yang sama denganku. Aku berdecak kagum saat melihat tubuh Adel yang lebih tinggi dariku.
"Perutnya udah besar aja!" Ucap Adel memegang perutku.
Pak Sean tersenyum saat melihat interaksiku dan Adel. "kita kedalam dulu yuk, minta izin kewakil kesiswaan, habis itu kita jalan-jalan," ucap pak Sean.
Kami menurut, tetapi sesampainya kami di ruang kesiswaan, beliau menanyai aku dan pak Sean beberapa hal.
"Jadi ini orang tuanya Adel?" Tanya wakil kesiswaan itu yang biasa dipanggil umi.
"Iya," jawab pak Sean.
"Wah... Muda sekali ya bundanya Adel," ucap Umi membuat aku tersenyum kikuk.
"Adel ini anak pertama ya?" Tanya wakil kesiswaan itu lagi.
"Bukan. Adel anak kedua, Adel punya Abang, tapi dia juga mondok di Padang, sekarang udah kelas 3 SMP, sebentar lagi juga bakalan di pindahin kesini," ucap pak Sean menjelaskan fakta sesungguhnya.
"Wah.. bunda awet muda ya, padahal udah anak 3 tapi masih tetap muda dan cantik," ucapnya.
Aku tentu tidak nyaman dengan pertanyaan konyol itu. Pak Sean pun tampaknya seperti itu, sampai pada akhirnya wakil kesiswaan itu menyerahkan surat izin.
*****
"Gimana mondoknya? Betah ga?" Tanya ku membuka obrolan.
"Betah sih, tapi Adel punya 1 teman yang menurut Adel aneh," ucap Adel.
"Aneh kenapa?" Tanya pak Sean membuka suara.
"Dia suka ambil barang yang bukan milik Dia," adu Adel.
Aku yang mendengar curhatan anakku pun seolah tidak terima, "pokoknya besok-besok harus jagain barang-barangnya Adel. Harus hati-hati sama dia, apalagi uang saku, jangan sampai hilang ya," ucap ku sedikit cerewet.
"Enak banget dia ngambil uang yang bukan milik dia, emang dikira nyari uang gampang?" Ucapku ikut kesal mendengar cerita Adel.
"Wah... Acha kita kembali, Del," ucap pak Sean tertawa melihat tingkahku.
Begitupun dengan Adel, Adel memeluk tubuhku yang berada disamping kemudi. "Adel kangen banget sama kak Acha," ucap Adel.
Aku terdiam membeku, entah kenapa aku merasa sedikit lega dengan mengeluarkan unek-unek ku. Memang, sebelum aku menjadi istri pak Sean, aku adalah orang yang suka ceplas-ceplos dan tidak peduli dengan orang yang akan sakit hati.
Tapi sejak menikah dengan pak Sean, aku merasa menjadi orang lain. Bukan lagi menjadi Acha yang tidak akan peduli dengan sekitarnya. Aku sangat menjaga makhrat pak Sean sebagai suamiku, sampai aku lupa bagaimana cara menjadi diriku sendiri.
Pak Sean menggenggam tanganku, "kenapa?" Tanya Pak Sean.
Aku menggeleng kepala ku, sampai suara Adel membuat pandangan kami teralihkan. "Ayah! Ayo kita nonton bioskop," ucap Adel.
Aku dan pak Sean hanya menurut, sampai pada akhirnya kami menonton film horor keluaran terbaru.
******
Setelah berkeliling sepanjang hari dan telah mengantarkan Adel ke pondoknya, aku dan pak Sean juga kembali kerumah.
Pak Sean mencuci tangan dan kakinya bersiap untuk tidur, sedangkan aku melakukan aktivitas menghapus makeup dan skincarean.
Tiba-tiba saja pak Sean menghampiri ku dan memeluk tubuhku. "Sayang... Mau di pijitin dong" ucap pak Sean menghirup dalam aroma leherku.
aku beralih menghadap kearah pak Sean, "ayok," ucap ku.
Aku menuangkan minyak zaitun pada wadah, dan tidak lupa ku campur dengan minyak angin agar terasa lebih hangat. Pak Sean sudah membuka pakaiannya, dan hanya menggunakan kain sarung.
"Istriku ini baik banget, udah cantik, pintar, sexy, servisnya mantap, kurang apa lagi coba?" Tanya pak Sean memujiku.
Aku tersipu malu mendengar pujian pak Sean, pria ini sangat pandai membuatku salah tingkah. "Halah... Kan karyawan di kantor Uda lebih cantik, siapa tuh namanya? Vina? Vita?" Ucapku.
Sebenarnya aku tidak cemburu dengan perempuan yang bernama Vita itu, aku hanya ingin menunjukkan sisi cemburu ku kepada pak Sean. Karena selama ini aku mengira bahwa tidak akan ada wanita yang mau dengan pak Sean.
Ternyata aku salah besar, pak Sean menjadi idola di kalangan perempuan yang ada di kantornya.
"Sayang.... Mana mungkin Uda mau sama Vita? Kan udah ada Acha yang sempurna," ucap pak Sean mengecup bibirku secara singkat.
"Halah gak ada itu," ucap ku meletakkan minyak urut itu di atas nakas dan memilih untuk bersandar di ranjang.
Tubuhku terasa sangat lelah, aku mengusap perutku yang sudah membuncit itu. "Sayang... Kamu dengar bunda kan nak?" Panggil ku pada anak kecil didalam sana.
Pak Sean beranjak dari tidurnya. Pria itu mengambil minyak urut itu dan memijat kaki ku. "Capek ya jagain bayi kita selama 5 bulan ini?" Tanya pak Sean memijat kaki ku.
"Kalau di bilang cape, memang capek, tapi ada rasa nikmatnya," ucap ku mengelus perutku.
"Sayang.... Bunda ga sabar nunggu 4 bulan lagi kamu lahir," ucap ku.
air mata ku menetes, entah kenapa belakangan ini aku sangat sensitif. Pak Sean sangat mengerti dengan kondisi ku yang sedang hamil ini, ia memeluk tubuhku ku dan membawaku berbaring bersamanya.
"Uda cinta Acha," ucap pak Sean.
Bagaimana Bu Nita tidak jatuh cinta kepada pak Sean? Pria ini sangat romantis dan pengertian. Aku mencintai pak Sean lebih dari apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pengganti
Random18+ Menceritakan tentang seorang gadis SMA yang harus menikahi seorang pria yang jarak umur keduanya sangat jauh. Ham itu terjadi karena istri sang pria meminta agar gadis itu menikah dengan suaminya lantaran sang istri sudah tidak bisa lagi merawat...