dia suamiku

1.4K 23 0
                                    

Pagi ini aku bangun terlebih dahulu. Aku melihat kearah pak Sean yang masih terlelap di sampingku. Ku lihat penis pak Sean masih bersarang didalam vagina ku. Dengan hati-hati aku melepaskan penis pak Sean dan berjalan menuju dapur.

Entah kenapa selangkangan ku terasa nyeri. Aku khawatir jika terjadi sesuatu terhadap bayi yang sedang aku kandung sekarang ini. Ku usap perutku yang masih rata ini dengan lembut.

"Sayang. Maafin bunda ya. Maafin kalau nanti kamu terlahir dari rahim bunda," ucapku. Entah kenapa perasaan ku sangat sedih jika menyangkut tentang bayiku ini.

Tidak lama pak Sean terbangun dari tidurnya. Pria itu memeluk tubuhku yang masih telanjang ini. Hanya saja sebagian tubuhku di tutup oleh selimut. "Selamat pagi istriku yang cantik," ucap pak Sean mengendus leherku.

entah kenapa jantungku berdegup kencang saat pak Sean menyentuh tubuhku. Apa yang terjadi pada diriku? Aku membalas pelukan pak Sean, seolah rasa cinta itu kembali tumbuh.

"Lagi apa hm?" Tanya Pak Sean

Aku melepaskan tautan ditubuh kami, ku genggam tangan suamiku itu. "Uda," panggil ku menatap pak Sean dalam.

Pria itu membalas tatapan ku sedalam samudra. "Maafin Acha, Acha belum bisa jadi istri yang baik. Maafin Acha yang masih banyak kurangnya sebagai istri. Acha menyesal setelah kejadian yang tadi malam, Acha rasa gak seharusnya Acha bersikap seperti itu. Acha kayak gitu karena Acha kangen sama kehidupan Acha yang dulu," ucap ku.

Pak Sean tidak bergeming, pria itu memeluk tubuhku dengan begitu erat. Sedetik kemudian, aku mendengar suara isakan tangis pak Sean. Aku kembali dibuat bersalah oleh isakan itu.

"Kita kerumah sakit sekarang, kita periksa. Soalnya Uda mainnya kasar tadi malam," ucap pak Sean.

Aku mengangguk, aku bergegas bersiap. Saat aku dan pak Sean turun ke lantai dasar, aku menemukan asisten rumah tangga ku sudah menyiapkan masakannya didapur.

"Eh bi, udah siap aja?" Tanya ku basa-basi.

"non Acha, tuan Sean. Iya ini tinggal manggang roti aja," ucap bi Yanti.

aku dan pak Sean memilih duduk sembari menikmati sarapan kami. Pagi ini sebelum berangkat kerumah sakit, aku dan pak Sean berniat untuk ke kantornya.

Setelah selesai sarapan, kami segera berangkat menuju kantor pak Sean. Pak Sean meraih tanganku lalu menciumnya, seolah ia begitu terpikat dengan aroma tubuhku.

"Maafin Uda ya sayang," ucap pak Sean penuh dengan rasa penyesalan.

Aku tersenyum, sejujurnya aku sedikit ngeri bila mengingat kejadian tadi malam. Tapi pagi ini sikap pak Sean begitu manis, "Uda ga beratan kalau Acha manggil Uda?" Tanyaku.

"Terserah kamu aja, asal jangan manggil bapak," ucap pak Sean.

Sesampainya di kantor pak Sean, semua orang memandangku dan pak Sean dengan tatapan takjub. Pak Sean menggenggam tanganku dengan begitu erat, ternyata pak Sean sangat ramah pada semua orang.

Aku begitu bangga mempunyai suami yang ramah dan selalu menampilkan senyum manis di setiap kondisi apapun. "Pak Sean," panggil seorang wanita dengan menunggunakan rok pendek diatas lutut.

Seperti biasa pak Sean selalu menampilkan senyum manisnya. "Ya apa ada Vita?" Tanya pak Sean ramah.

"Pak Sean sibuk ga? Soalnya Vita mau minta bantuan pak Sean untuk bikin laporan," ucap Vita dengan suara yang dibuat mendayu-dayu.

"Maaf, Vita. Tapi hari ini saya ada urusan sama istri saya," ucap pak Sean merangkul pundak ku.

Aku tersenyum menang saat melihat wajah Vita yang berubah menjadi merah. Aku bisa melihat raut ketidaksukaan Vita kepadaku. Aku tentu tidak peduli, lagi pula pak Sean akan selalu jadi milikku, tidak akan ada yang bisa merebutnya.

Kami sampai diruangan pak Sean, aku hanya memandang wajah tampan suamiku saat pria dewasa itu dengan sibuk berkutat dengan laptopnya.

jam menunjukkan pukul 10.30 pak Sean tampak bergegas mengemasi barang-barangnya. "Sayang, ayo berangkat," ajak pak Sean.

Jabatan pak Sean di kantor ini cukup tinggi, yaitu manager keuangan. Sebelumnya pak Sean sudah meminta izin kepada atasannya untuk mengambil cuti hari ini, atasannya paham dan mengizinkan pak Sean untuk cuti menemaniku hari ini.

Sebelum itu pak Sean juga sudah membuat janji kepada dokter kandungan, sehingga kami tidak perlu mengantri terlalu lama lagi.

Saat pak Sean tengah mengemasi barang-barangnya, tiba-tiba saja pintu ruangan itu terbuka. Memperlihatkan Vita yang membawa map merah dan menyerahkannya kepada suamiku.

"Pak Sean... Pliss bantuin Vita, pak. Vita susah ngerjainnya," rengek Vita.

jujur, aku merasa sangat geli dengan tingkah murahan Vita. "Uda.. ayok kita cek up," rengek ku tak kalah manja.

Aku berdiri dan berjalan kearah pak Sean, ku peluk lengan pria dewasa itu. "Ayok... Acha udah lapar," rengek ku.

"Iya sayang," ucap pak Sean dengan nada rendah, membuat ku menjadi salah tingkah.

"Vita, maaf ya. Hari ini saya ambil cuti, kapan-kapan lagi ya?" Ucap suamiku menggandeng tanganku menuju keluar ruangan itu.

Aku menoleh kearah Vita yang memandangku dengan tatapan tidak suka. Sedangkan aku tersenyum bangga saat Vita memandang sinis ke arahku.

Saat aku dan pak Sean melewati kumpulan karyawan biasa, aku mendengar suara bisikan-bisikan dari mereka. Ada yang memuji ku, ada juga yang tidak menyangka bahwa aku yang muda ini memilih menikah dengan pria yang sudah berumur.

Eh itu istri pak Sean? Cantik ya? Aku kirain anaknya

Halah paling mau sama pak Sean karena duitnya

Istri Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang