Denada merasa terintimidasi dengan tatapan Silas. Perasaannya mulai tidak enak setelah melihat wajah serius kedua orang tuanya. Mereka tidak pernah seserius ini saat berbicara dengan Denada sebelumnya. Bahkan ruang kerja Silas yang memang dingin pun terasa semakin dingin bagi Denada sehingga kedua tangannya terlihat sampai memucat.
"Denada, daddy tidak tau apa yang terjadi tapi daddy harap kamu tidak menolak keputusan ini!" Kata Silas setelah terdiam beberapa saat sejak mereka masuk ke ruang kerja Silas.
Dalam hati Denada terkekeh miris, memang kapan ia bisa menolak keputusan Silas dan Olivia?
"Besok, keluarga Maverick akan datang untuk melamar kamu."
Deg
Ucapan Silas bagai hantaman yang sangat kuat bagi Denada. Apa? Kenapa? Bagaimana bisa?
Denada jelas tau siapa itu keluarga Maverick, keluarga yang dijuluki sebagai pemegang kendali bisnis. Kekayaan mereka bahkan sudah tidak terhitung dan kekuasaan mereka di dunia sudah tidak main-main. Tapi kenapa mereka hendak melamar Denada? Kenal dengan putra Maverick saja tidak.
"Daddy, untuk kali ini Nada tidak bisa menerimanya. Daddy tau sendiri kalau Nada sudah punya keka..." Penolakan Denada segera dipotong oleh Silas.
"Kekasih miskin yang kau banggakan itu? Dari awal daddy tidak setuju kamu dengannya!" Silas menatap Denada tajam.
"Tapi daddy, Nada mencintai Alvaro." Cicit Denada yang mulai gemetaran melihat tatapan tajam sang ayah.
"Tau apa kamu tentang cinta, Denada? Kamu harus mengembangkan bisnis kita! Kamu akan menjadi pemimpin perusahaan daddy nantinya. Menikah dengan putra satu-satunya dari keluarga Maverick tentu akan memudahkan kita nantinya untuk memperluas jaringan!" Bentak Silas.
Denada meneteskan air mata. Untuk apa ia berharap didengarkan oleh orang tuanya. Karena yang mereka tau hanya cara agar bisnis semakin berkembang. Mereka tidak peduli dengan kebahagiaan Denada, ya hanya Denada karena Denia tidak pernah diminta berkorban untuk keluarga.
"Kenapa tidak kak Nia saja?" Tanya Denada dengan suara lirih.
"Sayang, kau tau sendiri kakakmu sedang meraih mimpinya sebagai pelukis. Lagian kakakmu tidak akan mengambil alih perusahaan jadi dia bisa mencari pendamping hidupnya sendiri. Mommy dan daddy mau yang terbaik untukmu." Jawab Olivia.
Denada semakin sakit mendengarnya. Benar saja, Denia tidak pernah diwajibkan untuk berkorban di keluarga Ryder.
"Bolehkan Nada menolak sekali saja?" Tanya Denada sekali lagi berharap jika kali ini ia didengarkan.
"Tidak bisa, daddy dan tuan Asher telah memutuskan untuk menikahkan kamu dengan putranya, King." Sahut Silas dengan tegas.
"Percayalah ini yang terbaik untukmu sayang." Kata Olivia sekali lagi.
Denada langsung keluar dari ruangan Silas. Namun sebelum benar-benar keluar ia mendengar suara Silas yang memerintahnya dengan nada yang tidak mau dibantah.
"Daddy mau mulai besok kau tidak berhubungan lagi dengan kekasihmu yang miskin itu!"
***
Denada telah memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Alvaro setelah semalam ia dibuat bimbang saat mendengar kabar lamaran dari orang tuanya. Dalam hatinya, ia sangat berat melakukan hal ini tapi jika Silas yang memerintah Denada bisa apa? Ia tidak mau daddy-nya itu melakukan sesuatu yang buruk terhadap Alvaro nantinya.
"Al." Panggil Denada saat menghampiri Alvaro yang sedang duduk santai dengan teman-temannya.
"Nada? Kok kamu kesini sayang?" Tanya Alvaro dengan lembut.
Rasanya Denada ingin menangis saja. Ia tidak tega memutuskan hubungannya dengan Alvaro begitu saja. Apalagi Alvaro adalah laki-laki lembut yang selalu memperlakukannya bak puteri raja. Denada sangat mencintai Alvaro.
"Aku ingin bicara sama kamu, berdua." Kata Denada sambil melirik teman-teman Alvaro. Mereka yang mengerti mulai meninggalkan Alvaro berdua dengan Denada di taman samping kampus itu.
"Ada apa sayang? Kok kamu kelihatan sedih gitu?" Tanya Alvaro.
"Aku...aku mau hubungan kita berakhir." Ujar Denada dalam sekali tarikan nafas. Hatinya berdenyut sakit, ia sangat ingin berteriak jika dunia tidak adil padanya.
Alvaro membeku, ia tidak salah dengar kan?
"Apa? Kamu jangan bercanda sayang."
"Maafkan aku, Al." Tangis Denada pecah. Ia sudah tidak dapat membendung lagi kesedihan yang dirasakannya.
Alvaro terdiam. Ia mencerna apa yang telah terjadi, mengapa tiba-tiba Denada perempuan yang sangat ia cintai memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Alvaro mengingat-ngingat, hubungan mereka baik-baik saja tapi kenapa berakhir?
"Apa ada hubungannya dengan orang tuamu, Nada?" Tanya Alvaro setelah memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi.
"Aku akan dijodohkan." Jawab jujur Denada membuat Alvaro mengepalkan tangan. Ia begitu marah, mengapa takdir mempermainkannya?
"Kamu terima?" Tanya Alvaro lagi.
"Aku...aku tidak bisa menolak Al." Jawab Denada kembali, tanpa menutup-nutupi.
"Maafkan aku." Alvaro langsung memeluk Denada dengan erat. Apakah ia bisa melepaskan Denada begitu saja?
"Aku akan ke rumah kamu untuk meminta izin menikahimu!" Ucap Alvaro dengan tegas. "Aku tidak ingin kehilangan kamu, sayang. Aku sangat mencintaimu walaupun aku tau aku tidak sebanding dengan keluarga kamu."
Denada dengan cepat melepas pelukannya dengan Alvaro. Gadis itu segera menggeleng tegas.
"Jangan Al, aku tidak ingin daddy menyakiti kamu. Karena keputusan daddy untuk menikahkan aku dengannya sudah final!" Kata Denada.
Alvaro mengerang frustasi. "Siapa dia?"
"King, King Leonel Maverick."
***
Sebulan lebih sudah semenjak Dorothea meninggal dunia, keadaan mansion megah milik keluarga Maverick tidak seperti dulu lagi. Sunyi, sepi, dan mencekam. Keceriaan di mansion itu sudah tergantikan dengan kesedihan. Padahal sudah sebulan lebih, Grace mencoba mengikhlaskan kepergian putrinya namun semua itu sangat berat. Bukan hanya Grace saja, Asher dan King pun merasakan kehilangan yang teramat sangat.
"King, boleh mommy bertanya?" Suara Grace terdengar saat mereka bertiga telah menyelesaikan makan siang bersama. Sangat kebetulan sekali King sudah di rumah siang-siang begini. Biasanya Grace sangat sulit menemui putranya itu terlebih sejak kepergian Dorothea.
"Hmm." King berdehem singkat memberi isyarat bahwa Grace boleh bertanya.
"Kenapa tiba-tiba kamu ingin menikahi putri Ryder? Apa kalian sudah kenal lama?" Tanya Grace cukup penasaran. Pasalnya beberapa hari yang lalu King pulang ke mansion dan mengatakan ingin melamar putri Ryder dalam waktu dekat.
"Aku tidak terlalu mengenalnya. Aku merasa tertarik dan ingin memilikinya." Jawab King seadanya.
Grace mengerutkan kening bingung, ia tidak dapat menebak jalan pikiran putranya itu. "Baiklah, mommy harap kamu tidak menyakitinya. Mommy senang mendengar kamu akan segera memiliki istri, jadi mommy tidak kesepian lagi."
King dapat dengan jelas menangkap raut sedih sang ibu. Ia mengepalkan tangan mencoba menahan gejolak amarah yang siap meledak kapan saja. King membenci kondisi keluarganya saat ini, adik kesayangannya telah pergi dan ibu yang telah melahirkannya bersedih. King sangat benci pada orang yang telah menghancurkan keluarganya.
Dalam hati ia bersumpah akan menemukan pelaku yang telah membuat keluarganya berantakan. King akan membalas mereka semua!
"Yasudah mommy mau ke kamar, mommy akan bersiap-siap sebentar lagi karena perjalanan dari sini ke kediaman Ryder sangatlah jauh." Grace langsung berlalu ke kamarnya.
"King, daddy akan menyusul mommy mu dulu." King hanya mengangguk membiarkan kedua orang tuanya berlalu ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears of King's Wife
RomanceDenada tidak pernah tau apa yang membuat King sangat mendendam padanya. Rasanya ia tidak pernah sekalipun mencari masalah dengan raja bisnis itu. Tapi kenapa? Kenapa King begitu berambisi membuatnya menderita. King menjerat Denada dan mengikatnya d...