Ting nong
Denada membukakan pintu utama mansion saat mendengar bel berbunyi. Matanya membelalak kaget saat melihat seorang pria yang sedang memapah King yang nampak tak sadarkan diri.
"Apa yang terjadi dengan King?" Tanya Denada terkejut.
"Dia mabuk." Jawab Febian singkat namun tatapannya sama sekali tidak beralih dari wajah Denada. Walaupun terdapat warna kebiruan di wajah gadis itu namun sama sekali tidak melunturkan kecantikan Denada.
"Biar kubantu bawa King, terima kasih emm..." Denada bingung ingin memanggil lelaki itu siapa karena Denada memang tidak mengenalnya.
"Febian, aku sekretaris tuan King." Jawab Febian sambil tersenyum tipis.
"Ah ya, terima kasih tuan Febian. Biar aku saja yang membawa suamiku." Kata Denada.
"Baiklah, aku pulang dulu." Kata Febian dan dibalas anggukan kepala dari Denada.
Selepas kepergian Febian, Denada segera memapah King ke dalam. Ia bersusah payah membawa King ke kamarnya yang ada di lantai dua. Tubuh King sangat besar dibandingkan dengan tubuh mungil Denada. Namun Denada tetap berusaha membawa King sampai ke kamarnya.
"Pembunuh! Wanita itu pembunuh. Aku akan membunuhnya." Racau King saat dipapah oleh Denada.
Denada berusaha abai atas perkataan King. Yang ia tau Denada harus berhasil membawa King ke kamarnya.
Huft
Denada menghembuskan nafas kasar saat berhasil menidurkan King dikasurnya. Denada segera membuka sepatu King dan menyelimuti lelaki itu dengan selimut hitam tebalnya. Denada memperhatikan wajah King yang sangat tampan. Lelaki itu terlihat sangat polos saat memejamkan mata, berbeda sekali saat King membuka matanya dan menatap Denada tajam.
"Apakah aku salah jika mencintai kamu, suamiku?" Denada bertanya namun pertanyaan itu lebih pantas dia pertanyakan pada diri sendiri.
"Aku begitu bodoh karena mulai mencintaimu. Padahal yang kamu lakukan setiap hari adalah bersikap kasar padaku. Tapi kenapa aku mulai mencintaimu?"
Denada berulang kali menghembuskan nafas lelah. Dia hendak keluar dari kamar bernuansa gelap itu namun tangan King menahan Denada membuat gadis itu menoleh ke belakang.
"Leah?" Denada bingung, nama siapa yang disebut suaminya?
"Leah, kau datang? Aku sangat merindukanmu." King bangkit kemudian memeluk Denada.
Aroma alkohol kembali menguar dari tubuh King memasuki penciuman Danada saat lelaki itu memeluknya. Denada menggeleng dan memberontak dalam dekapan King.
"King, ini aku Denada. Lepas King." Kata Denada.
"Leah, aku sangat merindukanmu." King segera mencium dan melumat kasar bibir Denada.
Denada terus memberontak. Mengapa semuanya jadi begini? Karena Denada terus memberontak, King pun geram dan mendorong Denada ke kasurnya. King segera mengurung Denada dengan tubuh besarnya. Ia tidak akan membiarkan perempuan di bawahnya pergi begitu saja.
"King sadarlah aku Denada!" Pekik Denada saat King mulai mencium area sensitifnya. Air mata Denada mengalir dipipinya. King yang dipengaruhi alkohol sama sekali tidak sadar.
"Leah, kau sangat cantik sayang. Aku ingin menghabiskan malam denganmu." Ujar King berbisik di telinga Denada.
Denada bingung dan merasakan sesak saat King menyebut nama perempuan lain. Siapa Leah bagi King?
Denada terus memberontak dan berteriak agar King sadar. Namun lelaki itu seolah tuli dan seakan yang King tau hanya memuaskan hasratnya. Perlawanan Denada sia-sia. Kekuatannya tidak sebanding dengan King yang memiliki kekuatan besar. Padahal lelaki itu tengah mabuk berat namun sama sekali tidak melemahkan King. Malahan King semakin kuat dan brutal diatas Denada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears of King's Wife
RomanceDenada tidak pernah tau apa yang membuat King sangat mendendam padanya. Rasanya ia tidak pernah sekalipun mencari masalah dengan raja bisnis itu. Tapi kenapa? Kenapa King begitu berambisi membuatnya menderita. King menjerat Denada dan mengikatnya d...