It's Hurt

556 22 6
                                    

Denada melangkah masuk ke dalam rumah megah itu, sunyi dan tenang seolah tidak ada penghuninya. Namun dapat Denada rasakan aura mencekam saat semakin melangkah masuk, ia merasakan perasaan yang tidak enak. Ia juga tidak melihat keberadaan Leah di rumah megah ini. Mungkin wanita itu sudah pulang atau berada di dalam kamar King? Memikirkan hal itu membuat Denada kembali merasakan sakit hati.

BRAK

Denada terlonjak kaget. Ia langsung mendongak ke lantai dua dan mendapati King yang juga tengah menatapnya. Sepertinya lelaki itu baru saja keluar dari ruang gym, Denada terpaku melihat tubuh tegap dan berotot King. Wanita itu tersipu malu sampai-sampai harus mengalihkan perhatian ke arah lain.

Di posisi King, lelaki itu menyeringai. Sengaja ia melangkahkan kakinya menuruni tangga dengan pelan. Ketika sampai di depan Denada, King semakin melebarkan seringaiannya.

"Terpesona huh?" Tanya King mendesis.

"Nggak sama sekali." Jawab Denada gugup.

"Hahaha jelas sekali kau terpesona." Denada terpaku melihat ketampanan King yang berkali lipat saat lelaki itu tertawa. Tatapan Denada rasanya tidak bisa lepas dari King, suaminya.

King menyadari tindakannya yang diluar kendali itu menyebabkan Denada terdiam kaku. Buru-buru lelaki itu merubah ekspresinya menjadi datar kembali dan segera berbalik membelakangi Denada, menampakkan punggung tegapnya yang dipenuhi keringat.

"Siapkan aku makan malam!" Perintah King tegas kemudian pergi ke kamarnya.

King merutuki tindakannya tadi, sungguh tadi itu diluar kendalinya. Bodoh sekali, kenapa ia bisa tertawa saat melihat raut menggoda Denada. Padahal yang harus dilakukan King adalah membenci dan terus membenci wanita hamil itu.

Selepas kepergian King, Denada mulai mengatur kembali pernafasannya. Ia mulai melangkahkan kaki ke dapur untuk melaksanakan perintah King, dari pada lelaki itu kembali mengamuk dan menyakitinya lagi.

"Nona, anda baru pulang?" Eloisa datang dari arah belakang Denada, membuat wanita hamil itu terkejut.

"Ah kamu ngagetin aku, El." Kata Denada yang dibalas kekehan dari Eloisa.

"Maafkan saya nona. Terus nona mau ngapain?" Tanya Eloisa lagi sambil memperhatikan Denada yang memotong sayuran untuk di buat sop.

"Masak untuk King." Balas Denada.

"Ah ya, saya akan membantu nona."

Sedangkan di dalam kamar King, lelaki itu sedang merebahkan diri dengan ponsel ditangannya. Ia sedang mengecek beberapa email tentang pekerjaan. Saat sedang serius, sebuah notifikasi dari nomor asing mengalihkan perhatian King. Lelaki itu membukanya, ia menggeram marah saat melihat sebuah foto yang dikirimkan oleh orang tidak dikenal itu.

"Wanita sialan, jalang!" Maki King.

Lelaki itu langsung turun ke bawah dan menuju ruang makan. Disana ia melihat Denada dengan salah satu pelayan di rumah sedang menata makan malam.

"Denada!" Panggil King dengan suara rendah, berusaha meredam emosi yang berbeda dari biasanya.

Lelaki itu merasakan perasaan marah seperti orang yang tidak rela miliknya didekati orang lain. Apa King cemburu? Tidak, King tidak cemburu. Dia hanya marah karena Denada wanita yang ia benci dengan seenaknya pergi bersama lelaki lain dan berbohong padanya.

"King, makan malamnya sudah siap." Ujar Denada sambil tersenyum lembut.

"Masuk kamar!" Perintah King.

Denada menatap King bingung. Jujur dirinya merasa takut saat melihat tatapan tajam King. Apakah lelaki itu marah? Tapi karena apa?

"Tapi King— "

Tears of King's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang