You're a Murderer

294 10 0
                                    

Luka di lengan Denada sudah selesai gadis itu obati sendiri. Semalaman ia tidak dapat tertidur karena terus menangis. Denada menatap pantulan dirinya di depan cermin rias, sangat menyeramkan! Lingkaran hitam dibawah matanya tercetak jelas, jangan lupakan kelopak mata yang membengkak karena terlalu lama menangis. Kening Denada juga ada sedikit benjolan karena terbentur dinding semalam.

Denada menghembuskan nafas gusar. Sekarang tidak ada yang dapat ia lakukan. Kakaknya pun Denia tidak mengangkat panggilan telfon dari Denada, entah apa dan kemana gadis itu sekarang. Denada mengacak rambut coklatnya, ia merasa gusar dan tertekan. Yang ia tau sekarang ini Denada hanya sendiri!

Brak

Denada terlonjak kaget saat tiba-tiba pintunya didobrak paksa oleh King. Denada beringsut mundur saat melihat King melangkah maju.

"Kau lupa dengan tugasmu? Lihat jam dinding! Apa kau buta? Kau harus menyiapkan kebutuhanku dan memasak." Bentak King.

"I...iya maafkan aku, aku akan melakukannya sekarang." Jawab Denada takut-takut. Ia merasa sedikit trauma berada dekat dengan lelaki itu.

King tidak mengatakan apapun lagi, ia segera keluar dari kamar Denada tidak lupa membanting pintu kamar gadis itu. Denada menghela nafas lelah. Ia mulai sedikit merapikan penampilannya kemudian mulai melaksanakan perintah King. Mulai hari ini, Denada tau jika dirinya adalah budak lelaki itu.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul enam pagi. Untungnya Denada sudah selesai memasak beberapa menu sarapan serta menyiapkan pakaian kantor King. Melihat King yang berjalan ke ruang makan membuat Denada terpaku pada sosok tampan itu, bahkan bisa dikatakan sangat tampan.

Jujur, Denada memang terpesona melihat ketampanan King namun ketika mengingat sikap lelaki itu membuat Denada segera mengalihkan tatapannya. Tidak, dia tidak boleh jatuh dalam pesona King. Ingat Denada, King tidak mencintaimu. Lelaki itu hanya menikahimu untuk membuatmu menderita! Rutuk Denada dalam hatinya.

"Apa kau akan terus berdiri disitu? Siapkan sarapanku!" Perintah King yang segera dituruti oleh Denada.

King segera memakan sarapan yang disiapkan oleh Denada. Baru satu suap namun King langsung membanting piringnya ke lantai. Denada terkejut tentu saja, ia menatap King takut-takut karena lelaki itu kembali mengamuk entah karena apa.

"Makanan sampahmu sangat tidak enak! Aku sudah tidak berselera." King segera pergi meninggalkan rumah. Mungkin lelaki itu akan berangkat ke kantornya.

Denada menatap sedih makanan yang susah payah dia buatkan kini malah tergeletak mengenaskan di lantai. Mengapa King sangat tidak memiliki rasa kasihan padanya? Padahal baru sehari Denada menjadi istri King tapi ia rasa sudah sangat lelah.

Huft.

Menghembuskan nafas lelah, Danada mulai membersihkan lantai tempat makanan dan pecahan piring yang tadi dilempar King. Ia bahkan tidak menyadari kapan air matanya mengalir begitu saja.

***

Seperti namanya, King yang berarti Raja. King adalah lelaki muda yang sudah dianggap sebagai penguasa dunia. King begitu dihormati, disanjung, dan digilai oleh banyak orang terutama kaum hawa. Bagaimana tidak? Parasnya yang tiada cela serta karir yang luar biasa membuat banyak perempuan bertekuk lutut pada King.

Tidak bisa dibayangkan bagaimana reaksi orang-orang saat mengetahui jika King sudah menikah dan istrinya adalah putri dari keluarga Ryder, keluarga yang juga sama-sama memiliki pengaruh besar dalam dunia bisnis.

King berjalan santai memasuki kantornya yang sangat megah itu. Setiap langkah kakinya selalu terdengar pujian dari karyawan yang ada di kantor. Bahkan saat memasuki lift pun King masih mendengar pujian-pujian yang dilontarkan untuknya.

Tears of King's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang