That Choice is Wrong

342 13 0
                                    

Pernikahan Denada dan King diadakan dengan sangat sederhana. Hanya keluarga besar dan sahabat dekat saja yang diundang untuk berhadir di acara pernikahan itu. Denada tidak masalah, ia pun tidak terlalu suka keramaian apalagi wartawan, mereka yang terus mencari tau tentang dirinya sangat membuat Denada risih. Untung saja pernikahan Denada dan King dirahasiakan.

Denada tampak cantik dengan gaun yang ia kenakan. Sangat serasi dengan King yang mengenakan tuxedo yang senada dengan gaun Denada. Setelah mengucapkan ijab kabul, resepsi sederhana langsung diadakan di taman kediaman Ryder yang cukup luas.

"Selamat Nada, aku tidak menyangka kamu akan menikah dengan raja bisnis itu!" Seru Selia saat menghampiri Denada yang sedang sendiri.

"Terima kasih Selia, aku senang kamu datang." Ujar Denada dengan senyum tulus yang tidak pernah pudar dari wajah cantiknya.

"Ngomong-ngomong kenapa kamu bisa menikah dengan tuan King?" Tanya Selia.

Denada hanya tersenyum. Dengan itu Selia sudah mengerti tanpa perlu mendapat penjelasan dari Denada.

"Mereka memaksamu lagi?" Tebak Selia dan sialnya memang benar.

"Lalu bagaimana dengan Alvaro?" Tanya Selia.

"Aku sudah memutuskan hubunganku dengan Al." Ujar Denada berusaha menahan rasa sedihnya. Sejak sudah resmi menjadi istri King, Denada bertekad akan melupakan Alvaro dan akan mencintai suaminya seorang.

"SERIUS?" Pekik Selia kaget.

"Diamlah, Selia. Kamu membuat orang-orang melihat kita!" Ketus Denada yang dibalas cengiran tak berdosa dari sahabatnya itu.

"Kapan?" Tanya Selia lagi.

"Seminggu yang lalu sebelum aku menikah." Jawab Denada.

"Huft, kamu sudah berkorban banyak demi keegoisan keluargamu Nada. Walaupun mereka menyayangimu tapi memaksamu menikah tanpa cinta juga salah." Kata Selia menatap sendu sahabatnya.

Denada tersenyum. "Aku akan berusaha mencintainya."

"Baiklah Nada. Aku harap kamu selalu bahagia. Jika tuan King menyakitimu katakan saja padaku. Aku akan menghabisinya." Seru Selia lagi.

"Memang kamu berani?" Tanya Denada yang dibalas gelengan kepala oleh Selia. Kedua perempuan itu sama-sama terkekeh pelan.

"Nada, kemari nak." Silas memanggil Denada untuk mendekat kearahnya yang sedang merangkul Olivia mesra.

"Sel, aku kesana sebentar." Pamit Denada yang diangguki Selia.

Selia berjalan mendekati kedua orang tuanya. Disana sudah ada King beserta kedua mertuanya. Mereka juga sedang menatap Denada membuat Denada gugup, terlebih King lah yang menatap Denada dengan intens.

"Nak, King telah menyiapkan mansion untuk kalian berdua. Kalian akan pindah hari ini juga." Kata Silas.

"Kanapa secepat itu?" Tanya Denada terkejut.

"Itu keinginan King sendiri, sayang. Mommy saja tidak diizinkan menikmati waktu denganmu." Sahut Grace. Kentara sekali wajahnya yang kesal saat menatap kearah King.

"Sudahlah sayang, King ingin yang terbaik untuk kalian berdua." Sahut Olivia memberikan senyum meyakinkan pada Denada.

"Ikutlah dengan King nak, karena kamu sudah menjadi istrinya." Silas juga mendukung keputusan King.

"King, bisakah kalian tinggal di mansion kita untuk beberapa hari saja?" Grace masih bersikeras untuk memaksa King tinggal di mansion mereka. Ia sangat ingin menghabiskan waktunya dengan Denada walau hanya sebentar. Grace ingin sedikit mengobati rasa rindunya pada Dorothea. Grace ingin lebih dekat dengan menantunya.

"Tidak bisa mom, mansion baru kami lebih dekat dengan kantor." Kata King.

"Sudahlah istriku, kita bisa sering berkunjung ke mansion baru mereka." Bujuk Asher yang mengerti perasaan istrinya.

Dengan berat hati pun Grace mengizinkan King tinggal di tempat baru bersama istrinya. Walaupun wanita itu masih merasakan perasaan tidak rela. Kini mansion Maverick pun akan semakin sunyi, Grace kira dengan kehadiran Denada apalagi anak-anak mereka nanti akan meramaikan mansion tapi sepertinya keputusan King tidak dapat diganggu gugat.

***

Disinilah Denada sekarang, mansion luas berlantai tiga yang akan menjadi kediaman barunya bersama sang suami. Mansion terlihat sangat sepi, apa di sini tidak ada pembantu atau sopir?

"Ini, bawalah barang-barangmu ke lantai dua." King meletakkan kopor yang berisi baju-baju Denada di lantai.

"Baiklah." Denada langsung membawa kopernya tanpa dibantu oleh King. Hal itu membuat Denada sedikit bingung dan kewalahan saat membawa koper itu ke lantai dua, terlebih lagi di mansion yang sangat luas ini tidak ada lift.

"Ini kamarmu." Kata King dingin sembari menunjuk kamar berpintu coklat dengan dagunya.

Setelah itu, King langsung berbalik hendak masuk ke kamar yang ada disebelah kamar baru Denada. Denada langsung menahan tangan King. Yang membuat Denada terkejut adalah King menghempas kasar tangan Denada hingga gadis itu mundur beberapa langkah.

Denada merasa takut saat melihat tatapan tajam King. Ada apa dengan suaminya? Kenapa berubah menyeramkan seperti ini?

"Jangan pernah menyentuhku dengan tangan kotormu!" Ketus King.

"Ap...apa maksudmu King?" Tanya Denada bingung sekaligus takut.

"Kenapa kamu bersikap begitu? Kita baru saja menikah." Lanjut gadis itu berusaha berani menatap manik hitam gelap suaminya.

King terkekeh, lelaki itu memajukan langkahnya kemudian memojokkan Denada yang sudah bergetar ketakutan. Tatapan King membuat Denada merasakan tanda bahaya.

"Menikah? Ingat Denada Kathleen Ryder!" King menekan setiap perkataannya membuat Denada semakin terintimidasi.

"Aku tidak pernah mencintaimu. Jadi bersikaplah seperti pembantu disini. Lagipula di mansion ini tidak ada satupun pembantu jadi kau yang harus membersihkan seluruh mansion ini!" Lanjut King, sembari terkekeh sinis.

Denada menatap King kaget. Dengan sedikit keberanian yang ia punya, Denada membalas tatapan King.

"Apa maksudmu King? Kamu ingin menjadikan aku pembantu? Lalu kenapa kamu menikahiku?" Tanya Denada sedikit menaikkan intonasi suaranya.

King memundurkan langkahnya. Tatapan King kembali berubah datar namun dapat Denada lihat ada setitik kebencian dari King untuknya. Tapi kenapa?

King tidak berniat menjawab pertanyaan dari Denada. Lelaki itu malah menatap Denada intens. "Pertama kita tidur terpisah. Kedua kau tidak boleh ikut campur urusanku. Ketiga aku sudah mengeluarkanmu dari kampus, kau tidak lupa kan kalau kampus itu milikku. Keempat kau harus melayani semua kebutuhanku. Kelima kau harus membersihkan mansion ini dan memasak dan keenam kau tidak boleh meninggalkan mansion ini kecuali atas izinku. Dan bersikaplah selayaknya istri di depan keluarga kita!"

King langsung pergi meninggalkan Denada yang terpaku mencerna semua perkataan King. Untuk pertama kalinya Denada mendengar King yang berbicara panjang tapi bermakna kehancuran bagi Denada!

Tears of King's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang