Start to Find Out

652 19 2
                                    

Mata King berkilat marah, tangannya menggenggam erat dua benda pipih kecil yang menunjukkan garis dua. Dia tidak bodoh untuk tidak mengetahui benda apa yang tengah ada dalam genggamannya ini.

King awalnya berniat mengecek keadaan Denada pagi ini karena kemarin wanita itu terluka. Namun ia tidak mendapati wanita itu di kamar. King berniat mengecek di kamar mandi namun dia malah menemuka kedua benda ini tergeletak di lantai dekat tong sampah kecil. Mungkin Denada ingin membuangnya namun malah meleset jatuh ke lantai.

"King? Apa yang ka..."

PLAK

Perkataan Denada terhenti saat King menamparnya dengan kuat hingga sudut bibirnya terluka mengeluarkan sedikit bercak darah.

"King..."

"APA INI SIALAN?!" Bentak King kembali memotong perkataan Denada.

King melemparkan kedua benda yang ditemukannya tadi ke hadapan Denada. Tentu saja wanita itu terkejut, dia menjadi takut dan khawatir.

"Kau hamil?" Tanya King tajam.

Denada diam. Dia tidak sanggup untuk menjawab.

"JAWAB SIALAN!" King kembali mengeluarkan bentakannya.

"I iya, aku ha hamil." Jawab Denada terbata-bata. Sekalipun dia berbohong akan percuma karena King sudah mengetahuinya.

PLAK

Tamparan keras sekali lagi dilayangkan King di pipi Denada. Tamparannya lebih kuat dari yang pertama membuat wanita malang itu terjatuh di lantai. Denada meringis sakit saat luka yang kemarin dibalut oleh King membentur terkena sudut kursi hingga kembali mengeluarkan darah.

"King ada apa denganmu? Ak aku sedang hamil." Tanya Denada masih dengan suara terbata.

"Kau tanya kenapa? Apa wanita murahan sepertimu sangat bodoh? Kau hamil anak pria mana hah?" Denada merasakan sakit mendengar pertanyaan King.

"I ini anak mu, King!" Jawab Denada sedikit berani.

Sret

Denada meringis saat King menarik kencang rambutnya. Denada merasakan perih pada kulit kepalanya.

"Jalang sialan! Kau pikir aku bodoh? Aku bahkan tidak pernah menidurimu sialan! Kalau pun iya, aku tidak sudi punya keturunan dari seorang pembunuh!" Bentak King.

"Tidak King, aku mengatakan jujur kalau ini adalah anakmu, darah dagingmu sendiri." Denada mengatakan itu dengan mata yang sudah menumpahkan cairan bening.

Hatinya sakit dan terluka, King menolak mentah-mentah darah dagingnya sendiri.

"Aku bukan pembunuh King, percayalah padaku." Lanjut Denada menatap King dengan pandangan sendu.

Tanpa belas kasihan, King membenturkan kepala Denada ke lantai sebanyak tiga kali. Ia tidak peduli jika wanita yang berteriak sakit itu tengah mengandung, lagipula itu bukan anaknya.

Begitulah sekiranya pemikiran King. Heh, lelaki itu lupa jika ia pernah merenggut mahkota Denada dengan paksa. Ya wajar lelaki itu tidak mengingatnya karena saat itu ia tengah dikuasai kabut gairah dan dalam kondisi mabuk.

***

Dua bulan telah berlalu dari kejadian King yang mengetahui perihal kehamilan Denada, lelaki itu semakin gencar melukai Denada baik fisik dan mental wanita itu. Mulai dari memukul, mencaci makin, bahkan melakukan kegiatan panas lebih sering dengan Leah.

Tentu saja Denada semakin hancur. Tapi dia tidak bisa berbuat apapun. Di mansion yang mewah ini tidak hanya ada mereka lagi. Beberapa minggu yang lalu King telah mempekerjakan beberapa pelayan dan satpam. Denada sedikit bernafas lega setidaknya dalam kondisi hamil ia tidak perlu menguruh mansion sebesar ini.

Tears of King's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang