73

1K 83 20
                                    

Tengah malam di sebuah kamar ada seorang pemuda berguling-guling tidak jelas diatas kasur. Sepertinya dia mengalami imsonia karena tidak kunjung tidur dia bangkit bangun dari kasurnya. Matanya mencari keberadaan sang ayah namun tidak ada. Dia keluar kamar akhirnya menemukan Fahri tidur di sofa hotel dengan sebuah tab di perutnya.

Deva menaruh tab diatas meja dan dia membangunkan sang ayah. Fahri terusik akan tindakan Deva di pipinya. "Sayang kenapa terbangun, hm?" tanya Fahri mengelus pipi kanan Deva.

Deva menarik kedua tangan Fahri agar bangun. Fahri yang setengah sadar menurut saja akan tindakan Deva. Deva duduk begitu saja di pangkuan sang ayah. "Nyanyikan lagu nina bobo," ujar Deva memeluk leher Fahri sangat erat.

"Mau melihat kota di malam hari?" tawar Fahri.

"Kata papa Dev tidak boleh keluar dini hari takut sakit," ujar Deva.

"Ada papa nak. Papa akan menjaga suhu tubuhmu," ujar Fahri mengelus rambut Deva.

Deva menatap wajah sang ayah. Wajah lelah Fahri terlihat jelas di mata Deva. Deva mengelus kedua pipi tirus Fahri. "Papa superhero nya Dev," ujar Deva.

"Mau jalan-jalan?" tawar Fahri.

"Mau!" pekik Deva.

"Papa ambilkan jaket dulu ya," ujar Fahri.

"Bawa satu aja jaketnya," ujar Deva.

"Iya bawa satu," ujar Fahri.

Deva tetap memeluk leher sang ayah sangat erat. Fahri diam saja dia dengan satu tangan mencari jaket di koper miliknya. Deva bahkan beberapa kali mencium kedua pipi Fahri berulangkali. Fahri terkekeh geli akan tindakan sang anak yang random.

Berhasil menemukan jaket yang diperlukan Fahri menggunakannya. Deva yang masih berada di dalam gendongan masuk juga ke dalam jaket. Fahri tertawa karena bagian kepala Deva yang tersisa anaknya ini dalam mode manja.

Tidak lupa kaos kaki dipasangkan dan sepasang sepatu dipakaikan Fahri di kedua kaki Deva. Deva diam saja membiarkan setiap tindakan sang ayah. Selesai akan semua itu Fahri memeluk tubuh Deva sangat erat, dan mereka pergi dari kamar hotel dengan berjalan kaki.

Di jalanan kota yang sepi Deva menyembunyikan wajahnya ke dalam jaket yang digunakan Fahri. Suasana benar-benar tenang maklum jam telah menunjukkan jam dua pagi. Deva anteng saja dalam gendongan sang ayah.

"Papa!" panggil Deva.

"Kenapa kesayangan papa?" tanya Fahri.

"Bukannya terlihat aneh ya seorang anak laki-laki dekat ayahnya," ujar Deva.

"Aneh karena pemikiran orang luar telah terpengaruh akan ajaran sesat dari kaum pelangi," sahut Fahri.

"Maaf mengganggu istirahat papa," ujar Deva.

"Tidak masalah nak. Papa juga pernah berkata padamu bahwa apabila mengalami kesulitan datang saja ke papa," sahut Fahri.

"Kasih sayang papa seluas samudra ya. Papa sangat memanjakan diriku tidak mengeluh akan segala kenakalan diriku," ujar Deva.

"Papa melakukan itu agar kamu tidak kehilangan figur orangtua. Dulu papa merasakan kehilangan figur mereka, makanya sekarang papa bertekad agar dirimu tidak mengalami itu semua," ujar Fahri.

"Susu," gumam Deva.

"Kita cari supermaket terdekat dulu," ujar Fahri mengelus rambut sang anak.

Deva menaruh kepala di pundak sang ayah. Pemuda itu diam saja karena merasa bahwa tubuhnya sedikit lemas mungkin efek kelelahan berlarian seharian di harujuku.

Deva (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang