17

2.2K 209 17
                                    

"Hai, [Name]." Sapa seorang dari arah belakang [Name] yang membuatnya sedikit terkejut.

[Name] menoleh ke arah suara, "Hai, Yaya." Sapa [Name] dengan tersenyum dan segera mendekat ke Yaya. "Kamu nyari apa? Biar aku bantu."

"Nyari garam, kamu?"

"Aku juga lagi nyari bumbu, kita bareng aja gimana?" Yaya mengangguk dan mereka berdua berjalan bersama.

Setelah sampai di rak bumbu, mereka mencari apa yang mereka cari. "Kamu ke sini sama siapa?" Tanya Yaya disela-sela mencari bumbunya.

What?! Mati gue...

Gimana ya yang ngomong...

"Sama tunanganmu?" Tanya Yaya lagi yang membuat [Name] sedikit tersentak.

[Name] menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Iya," Jawab [Name] dengan tersenyum kaku, "kalo kamu?" Tanyanya balik.

"Aku sama sahabatku yang tadi pagi disekolah." Jawab Yaya, "Apa hubungan kalian baik-baik saja?" Tanya Yaya tanpa sadar.

"Hubungan?" [Name] sedikit bingung.

Yaya yang baru menyadari langsung tergagap, "Maksudku hubungan antara kamu dan tunanganmu." [Name] yang mendengar itu berpikir, "Jika kamu gak mau, gak usah cerita gapapa kok."

"Hubunganku sama dia agak gimana gitu, susah yang jelasin..."

Yaya sedikit tersentak karena [Name] memberi tahunya tentang hubungannya bersama orang yang ia sukai, "Maksudnya [Name]?"

[Name] tersenyum menatap Yaya, "Hubungan kami memang gak jelas tapi hubungannya dengan adikku sangat membuatku ingin memukulnya." Jawab [Name] tanpa memfilter perkataannya yang membuat Yaya tambah bingung, "maksudku sifat borosnya ke adikku, bayangkan coklat satu kotak kecil harganya 500 ribu dibeliin." Ungkap [Name] dengan nada kesal yang membuat Yaya sedikit tertawa.

"Benarkah? Tapi [Name], aku baru menyadari kalau kamu masuk rangking 10 besar dalam angkatan kita."

"Memang aku tidak terlalu diperhatikan, karena aku ini murid biasa aja gak kayak kamu yang ketua OSIS paling cantik di sekolah kita."

"Tapi kalau kamu ikut OSIS atau Pramuka atau apapun, kamu bisa dikenal loh [Name]."

[Name] terdiam sejenak mencerna perkataan Yaya, memang ia bisa terkenal disekolah jika mengikuti ekskul apalagi dengan bantuan peringkatnya.

"Tapi jika menjadi terkenal itu tidak enak, maksudku apa-apa dijadikan berita seperti siapa itu... Boboiboy! Cuma makan es krim aja udah pada heboh."

Yaya tertawa mendengar jawaban [Name], "Boboiboy memang terkenal apalagi setelah berita bahwa dia adalah penerus keluarga Rafandra." [Name] mengangguk dengan perkataan Yaya.

Iya sih... Cuma makan es krim diberitain jadi viral, gak ada kerjaan.

"[Name], apa kamu nona keluarga Elarian?" Tanya Yaya yang membuat [Name] sukses terkejut.

"Gimana kamu bisa tau?" Tanya [Name] dengan gelagapan.

"Mungkin karena kamu gak terlalu dikenal di sekolah atau tidak ada yang menyadarinya, kamu memiliki warna blue eyes yang hanya dimiliki oleh keluarga Elarian di kota ini."

Tunggu... blue eyes?

Bukannya aku memakai...

[Name] terkejut, ia lupa kalau tidak memakai softlens?!

"Ah-! Benar... Apa kamu bisa menyembunyikan rahasia ini?"

"Tentu saja, tidak mungkin aku membocorkan rahasia penerus keluarga Elarian." Seketika [Name] terdiam dan tertawa canggung, Yaya yang menyadari itu bertanya, "apa perkataanku salah?"

[Name] menggelengkan kepalanya dan tersenyum, "Tidak, kamu benar aku adalah nona keluarga Elarian. Tapi aku bukan pewarisnya."

Yaya menjadi bingung, bukannya anak pertama yang menjadi penerus? Tapi kenapa [Name] tidak?

"Karena aku gagal menjadi penerus, jadi yang menjadi pewarisnya adalah adikku." Jawab [Name] dengan tersenyum walaupun hampir menangis mengingat adiknya yang masih kecil.

"Ah-! Maafkan aku [Name], aku tidak tau." Sesal Yaya.

"Gapapa, kita ini teman jadi harus salting memaafkan."

Sontak perkataan [Name] membuat Yaya terkejut, "kita teman?"

[Name] menatap Yaya bingung dan heran, "tentu saja." Mendengar itu Yaya memeluk erat [Name].

"Terima kasih."

[Name] yang terkejut membalas pelukan itu dan tersenyum. "Sama-sama."

Backstreet [Boboiboy X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang