Bagian 17

68.4K 2.1K 51
                                    

Happy Reading!

Revin membuka pintu apartemannya lalu mempersilahkan Elia untuk masuk. Tadi saat pamitan dengan keluarganya, Revin sudah berjanji akan ajak Elia pulang setiap akhir pekan. Namun tentu tidak akan ia laksanakan karena takut Elia akan mengadu pada orang rumah.

Elia melangkah masuk sembari memperhatikan sekeliling.

"Kamar kita di sana."tunjuk Revin sembari menyeret satu koper, itu adalah pakaian Elia.

Elia mengangguk."Lalu saya tidur di mana?"tanya Elia bingung.

"Di teras."

"Oh."

Revin mendengus lalu menarik lengan Elia menuju kamar. "Sekarang istirahat di sini. Jika lapar, dapurnya ada di sebelah kanan."ucap Revin lalu melangkah pergi sedang Elia sibuk memperhatikan kamar yang akan ia tempati.

Kamar tuan Revin sangat besar dengan kasur king size di tengah-tengah ruangan. Di sebelah kanan ada sebuah ruangan yang entah apa isinya. Di sebelah kiri ada balkon.

Elia melangkah menuju tempat tidur lalu membaringkan tubuhnya di sana. Ia akan istirahat sebelum nanti pergi ke dapur dan mencoba memasak.

Sedang Revin memasuki ruang kerjanya. Ia duduk di kursi kebesarannya lalu menyalakan laptop.

📩Ting

Revin mengambil ponsel dan membaca pesan yang masuk.

'Apa kau tahu? Mantan tunanganmu yang bernama Monica, dia membeli aparteman tepat di sebelah milikmu.'

Sial sekali, batin Revin lalu meletakkan ponselnya. Tapi selama wanita itu tidak menganggu, ia akan membiarkannya.

Setelah dua jam, Revin akhirnya menutup laptop lalu melangkah keluar dari ruang kerjanya.

Revin menggulung lengan kemejanya dan melangkah menuju dapur.

Tak tak tak

"Shh keras sekali." Keluh Elia dan Revin bisa mendengarnya dengan jelas. Wanita itu sepertinya ingin memasak padahal Revin tahu Elia tak bisa memasak.

"Berikan padaku!"titah Revin meminta pisau di tangan Elia.

Elia menoleh kaget."Tidak perlu, tuan. Ini hampir selesai."ucap Elia lalu melanjutkan kegiatannya.

Revin mendengus. Hampir selesai? Revin yakin masakan apapun yang ingin Elia buat bahkan belum jalan sepuluh persennya.

"Jangan membantah."ucap Revin lalu merebut paksa pisau di tangan istrinya.

Elia hanya diam lalu melangkah menuju lemari. Mungkin ada baiknya ia menyiapkan air minum dan piring.

Revin yang sedang memotong sosis segera melotot saat melihat Elia menuang air ke gelas. Wanita itu bahkan hampir meminumnya.

"Elia!"tegur Revin dan langsung merebut gelas di tangan istrinya.

Elia yang kaget hanya bisa menatap tuan Revin. Padahal ia hanya ingin minum.

"Kau tidak boleh minum ini."ucap Revin lalu merapikan botol dan gelas kaca yang ada di atas meja.

Revin membuang minuman beralkohol itu ke wastafel lalu mengambil air mineral di dalam lemari pendingin.

"Jangan pernah mengambil minuman dari lemari itu, kau mengerti?"tekan Revin membuat Elia diam.

"Kau mengerti tidak?"tanya Revin kesal.

"Memang itu apa, tuan?"tanya Elia penasaran. Baunya memang aneh, tapi mungkin itu jus atau minuman sejenisnya.

"Itu minuman beralkohol."beritahu Revin jujur membuat Elia melotot.

"Tuan minum itu?" kaget Elia.

"Hm."

"Tuan tidak boleh meminumnya lagi. Tidak boleh."ucap Elia keras lalu membuka lemari di mana ia mengambil minuman haram itu.

"Kau mau apa?"tanya Revin berteriak sedang Elia hanya diam dan fokus membuka satu persatu botol minuman itu dan membuangnya di wastafel.

Revin hanya membiarkan saja. Lagipula jika Elia tidak buang. Dia yang akan buang. Mengingat bahaya jika Elia tak sengaja meminum minuman itu.

"Sudah selesai?"tanya Revin membuat Elia mengangguk.

"Sekarang duduk di sana dan tunggu nasi gorengnya siap."ucap Revin tegas.

Elia mengangguk lalu melangkah menuju kursi dan duduk di sana seperti orang yang sangat patuh.

Ting Nong

Revin yang sedang bersiap menggoreng nasi goreng langsung menghela napas.

"Emm aku akan membukanya."ucap Elia pelan.

Revin mematikan kompor lalu melangkah meninggalkan dapur.

Ting Nong

Revin berdecak saat melihat wajah Monica di layar cctv depan pintu apartemannya.

"Siapa tuan?"tanya Elia. Ia sangat berharap jika itu adalah Lily karena gadis itu tadi berjanji akan berkunjung secepatnya.

Seolah mendapat ide, Revin langsung menarik Elia kepelukannya lalu mencium bibir istrinya. Salah satu tangannya juga menekan tombol untuk membuka pintu.

Ceklek

Cupp

"Emmpp shhh hh tuann ahh"Desah Elia saat tuan Revin menciumi area lehernya. Sedang tamu yang tadi menekan bell hanya bisa diam melihat pemandangan di depannya.

Elia yang menyadari kehadiran tante Monica langsung saja memberontak.

"Tuann ahh tuannn"Panggil Elia sembari mendorong tubuh tuan Revin. Namun pria yang berstatus sebagai suaminya itu terus saja melanjutkan kegiatannya.

Monica mengepalkan jari-jarinya lalu segera pergi dari sana. Sekarang tekadnya untuk mendapatkan Revin justru semakin besar.

Setelah kepergian tante Monica, tuan Revin langsung berhenti. Elia hampir menghela napas namun tiba-tiba saja tubuhnya ditarik dan digendong.

"Aku menginginkanmu, Elia. Sekarang."bisik Revin serak membuat Elia mulai memberontak.

"Jangannn, tuannn.. Bukankah tuannn sudah berjanjiii ahhh"

Bersambung

Menjadi Kesayangan Tuan RevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang