Bagian 20

49.7K 1.9K 54
                                    

Happy Reading!

Elia menutup wajahnya dan semakin terisak. Harusnya dirinya yang tertabrak bukan tuan Revin. Bagaimana jika tuan Revin tidak selamat, ia pasti akan dibenci oleh banyak orang.

"hiks"

"Tenanglah El, kakak yakin tuan Revin akan baik-baik saja."bujuk Fajar namun Elia hanya terus menangis.

Tubuh tuan Revin terlempar cukup jauh dan Elia juga melihat dengan jelas ada banyak darah di kepala dan juga kaki. Elia mungkin tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika sampai terjadi sesuatu pada tuan Revin. Dan harusnya dirinyalah yang tertabrak tadi. Tapi kenapa tuan Revin menyelamatkan dirinya hingga harus mencelakai diri sendiri.

Tak tak tak tak

Suara beberapa sepatu beradu dengan lantai, terdengar mendekat. Elia segera mendongak.

"Bagaimana keadaan Revin?"tanya Mawar panik.

Elia hanya menggeleng pelan dan menangis sedang Mawar hanya bisa mencari kursi dan duduk. Saat dikabari bahwa putranya kecelakaan, tubuhnya langsung lemas.

"Bagaimana ini bisa terjadi hiks"isak Mawar.

Jevin yang ada di sana segera memeluk mamanya."Kak Revin akan baik-baik saja, mah." ucap Jevin pelan. Ia juga khawatir, apalagi kakaknya tertabrak oleh mobil yang melaju cukup kencang.

Lily segera mendekati kakak iparnya.

"Lily hiks"Isak Elia lalu memeluk gadis itu.

Lily juga ikut menangis. Ia tidak bisa menenangkan siapapun disaat pikirannya juga dipenuhi kekhawatiran.

Fajar segera menjauh. Secara tidak langsung ini adalah kesalahannya. Harusnya ia tidak mengajak Elia pergi ke manapun.

'Mungkin ini adalah waktunya untuk merelakan cintaku.' batin Fajar. Awalnya ia sangat optimis bisa memiliki Elia. Hal ini tentu dilihat dari latar belakang keluarga mereka yang setara. Selain itu ia dan Elia memang cukup dekat sejak lama. Tapi siapa yang menduga kalau Elia malah berakhir bersama dengan tuan Revin.

Satu jam kemudian, Revan datang dan Mawar langsung menangis dipelukan suaminya.

Revan mengeratkan pelukannya pada tubuh sang istri lalu menghela napas. "Putra kita akan baik-baik saja, sayang."bisik Revan lalu menatap ke arah pintu ruang operasi.

Sedang Elia hanya menunduk. Air matanya masih keluar meski ia tidak terisak.

'Ini semua adalah kesalahanku.' batin Elia lalu berdiri. Ia harus meminta maaf kepada kedua mertuanya atau mungkin sebentar lagi akan menjadi mantan mertua. Elia tidak yakin jika tuan Revan dan nyonya Mawar akan memaafkannya seandainya mereka tahu apa penyebab putra sulung mereka kecelakaan.

Elia meremas jari-jarinya lalu perlahan berlutut.

"Kak Elia."kaget Lily membuat Mawar berbalik.

"Ada apa, nak?"tanya Mawar serak sekaligus bingung. Kenapa menantunya tiba-tiba saja berlutut.

"Nyonya hiks.."ucap Elia mulai terisak.

Mawar menggeleng lalu meminta menantunya itu untuk berdiri tapi Elia menolak.

"Ini adalah kesalahan saya, nyonya."isak Elia membuat Mawar menggeleng.

"Ini adalah kecelakaan Elia. Mama juga sedih, tapi kau tidak boleh mengatakan hal seperti ini."ucap Mawar pelan lalu menghapus air matanya berusaha tegar.

Elia menggeleng."Tu..tuan Revin kecelakaan karena menyelamatkan saya nyonya hiks.. Tuan Revin, dia.."

Revan melangkah maju."Memangnya apa yang terjadi?"tanya Revan.

Elia menahan tangisannya lalu menatap pria yang menjadi ayah mertuanya itu. Setelah itu Elia mulai menceritakan semua yang terjadi, dimulai kemarahan tuan Revin lalu ancaman dirinya untuk bunuh diri dan berakhir kecelakaan yang terjadi.

Semua yang mendengar itu hanya diam. Mawar sendiri tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Maaf."cicit Elia pelan lalu kembali menangis.

"Mencoba bunuh diri? Apa.."

"Mas!"tegur Mawar saat suaminya ingin mengatakan sesuatu.

Mawar sendiri cukup terkejut mendengarnya. Tapi ia akan mempertimbangkan segala hal yang pernah putranya lakukan pada Elia dan berusaha tidak terpancing emosi.

"Elia."panggil Mawar lembut.

Elia menatap mertuanya dengan air mata yang membasahi seluruh wajahnya.

Mawar mengusap air mata menantunya."Revin menyelamatkan dirimu tentu karena putraku berpikir bahwa kau lebih penting dari nyawanya sendiri."ucap Mawar membuat tubuh Elia menegang.

Apa tuan Revin berpikir begitu? Batin Elia kaget.

"Ya, sayang. Dia putraku, menganggap istrinya lebih penting dari nyawanya sendiri. Karena itu mama tidak akan katakan apapun,"ucap Mawar lalu tersenyum lembut meski hatinya terluka."Sebaiknya sekarang kita berdo'a untuk keselamatan Revin dan kau jangan terlalu banyak pikiran, ingat kandunganmu."lanjut Mawar lalu berdiri. Ia menarik lengan suaminya untuk pergi dari sana.

Sedang Elia justru kembali menangis dan Lily segera mendekat.

"Mama benar kak. Kak Elia tidak boleh seperti ini, ingat kandungan kakak."ucap Lily lalu mengajak istri dari kakaknya itu agar duduk dengan benar di kursi.

Sedang Jevin hanya diam. Sedari tadi ia terus melihat ke arah jam, namun operasi tak kunjung selesai juga. Jika tidak terjadi hal yang buruk harusnya tidak selama ini.

Lima jam kemudian

Elia terdiam dengan tubuh yang lemas. Ia bahkan hanya bisa menyandar pada tembok setelah dokter mengatakan bagaimana kondisi tuan Revin. Kaki kanan retak parah dan juga mengalami pendarahan otak, itulah yang membuat dokter begitu lama melakukan operasi. Belum lagi luka-luka kecil yang menghiasi tubuh tuan Revin.

"Kemungkinan pasien tidak bisa berjalan dengan normal untuk beberapa bulan ke depan."beritahu dokter membuat Mawar menutup mulutnya.

"Tapi putra saya akan baik-baik saja kan dokter?"tanya Mawar cepat.

Dokter tidak menggeleng ataupun mengangguk."Kami masih harus mengawasi keadaan pasien. Karena selain tulang kaki yang retak, juga terjadi pendarahan otak dan ini yang sangat kami khawatirkan. Kita hanya bisa menunggu pasien sadar dan melihat keadaannya." ucap dokter membuat seluruh keluarga kembali merasakan kerisauan. Apalagi Elia yang sedari tadi hanya diam di pojok.

"Tapi putra kami akan sembuh kan dokter?"tanya Revan.

"Kami akan melakukan segala yang terbaik, pak. Dan sisanya kita serahkan kepada yang maha kuasa."ucap dokter lalu melangkah pergi.

Brukk

"Kak Elia."jerit Lily lalu segera memapah tubuh kakak iparnya yang tiba-tiba saja jatuh.

"Sakitt akh"cicit Elia memegang perutnya.

Jevin dengan sigap menggendong istri kakaknya itu lalu berlari mencari dokter. Dan kini anggota keluarga kembali dibuat panik serta cemas.

Bersambung

Menjadi Kesayangan Tuan RevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang