Bagian 9

83.3K 2.3K 60
                                    

Happy Reading!

Mawar mengatur napasnya. Masih tidak menyangka dengan apa yang ia lihat. Bagaimana mungkin anak yang selama ini ia didik untuk selalu menghormati wanita malah melakukan hal sebejat itu. Mawar tahu jika darah lebih kental dari air, tapi tidak seperti ini juga. Jika putranya bilang menyukai Elia maka ia akan dengan senang hati menikahkan keduanya.

"Sayang."panggil Revan khawatir. Pasalnya setelah bangun dari pingsan, sang istri hanya diam.

"Mas, aku gagal hiks"isak Mawar tiba-tiba membuat Revan segera memeluk tubuh istrinya itu.

"Kenapa bicara begitu?"tanya Revan cemas. Ia tahu Mawar terkejut tapi bukankah semua sudah terjadi. Harusnya sekarang mereka memikirkan langkah selanjutnya yang harus dilakukan.

Mawar hanya menggeleng dan menangis. Ia meremas kemeja yang suaminya kenakan hingga kusut. Ini yang selalu Mawar khawatirkan, ia tidak ingin putranya mengikuti jejak ayahnya. Mawar ingat bagaimana suaminya dulu memaksa dan mencuri keperawanannya dan kini putranya melakukan hal yang sama bahkan lebih. Menculik seorang gadis lalu merenggut kesuciannya, perbuatan Revin bahkan lebih hina dari binatang. Jika binatang melakukannya wajar karena mereka tidak punya akal. Tapi Revin? Bukankah dia manusia dan Mawar sebagai ibu sudah menanamkan nilai-nilai yang baik.

"Sayang, semuanya sudah terjadi. Sekarang kita harus bicara dengan Revin dan Elia."bujuk Revan sembari mengelus punggung istrinya.

"Apalagi yang harus dibicarakan? Revin telah melakukan kesalahan ah tidak, dia sudah lakukan kejahatan dan harus dihukum." ucap Mawar serak lalu melepas pelukan suaminya.

"Mas tahu, sekarang kita keluar dan temui mereka."ajak Revan lembut.

Mawar mengangguk lalu menghapus air matanya. Setelah itu keduanya beranjak keluar dari kamar dan melangkah menuju ruang tamu.

Revin segera berdiri dan mendekati mamanya. Ia begitu khawatir tapi papanya melarang ia untuk mendekat.

"Mah.."

Plakk

"Bagaimana bisa kau masih memanggilku mama setelah melakukan semua ini."bentak Mawar membuat Revin diam lalu segera berlutut.

"Revin minta maaf, mah."bujuk Revin. Ia bisa menyakiti hati semua wanita di dunia ini tapi bukan mamanya. Revin tidak sanggup melihat kesedihan di mata wanita yang sudah melahirkannya itu.

Mawar hanya bisa menahan tangis. Tangan yang baru saja ia gunakan untuk menampar putranya bahkan masih bergetar. Ini adalah pertama kalinya Mawar melayangkan pukulan pada anaknya.

"Sayang, tahan emosimu. Sebaiknya kita bicara baik-baik dengan mereka."bujuk Revan membuat Mawar melotot.

"Baik-baik mas bilang. Setelah apa yang Revin lakukan, apa menurut mas dia pantas untuk diperlakukan dengan baik?"teriak Mawar keras lalu melangkah menuju Elia. Gadis ah wanita itu hanya diam dengan kepala menunduk. Mawar tahu Elia hanya korban dari keegoisan putranya.

Anak melakukan kesalahan dan orang tua yang harus memperbaiki, bukankah harusnya begitu.

"Elia."panggil Mawar.

Elia yang namanya disebut hanya diam. Tubuhnya terlihat bergetar dan mulai terdengar isak tangis.

"Tidak papa, sayang. Angkat wajahmu dan lihat aku."ucap Mawar lembut.

Menjadi Kesayangan Tuan RevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang