Mereka semua yang sadar duduk di kursi tunggu, dokter menjelaskan kalau zee harus di operasi, shani sudah sadar namun dokter melarang untuk banyak gerak.
Christy masih belum sadar dengan alat bantu pernapasan.
"aku takut" ucap chika lirih dia menunduk.
Feni dan sisca memeluk chika sambil menenangkan nya.
Jinan? Dia berdiri bersandar di dinding sambil menunduk.
Cklek.
"kalian boleh masuk melihat shani" ucap dokter.
"dan alhamdulillah operasi zee berjalan lancar sekarang ke ruangan nya.
"baik dok, kamu izin kekamar ci shani ya" ucap sisca diangguki dokter alex.
Mereka semua masuk keruangan shani dan melihat shani tersenyum merentangkan tangan menyambut adik-adiknya.
"hiks.. hiks.. cicii..mamii..hiks" ucap chika menangis.
Shani mengusap punggung adiknya satu-satu, dia juga sakit melihat adik-adiknya menangis seperti ini.
"udah ya sayang, kalian jangan nangis ada cici disini cici janji akan jaga kalian, dan kita semua harus janji akan menjaga satu sama lain" ucap shani mereka semua mengangguk.
Shani melepaskan pelukannya menatap wajah adiknya satu persatu.
"zee sama dedek gpp kan" tanya shani.
"zee selesai operasi ci dan sebentar lagi sadar, kitty jantung nya lemah" ucap feni membuat shani diam.
"kenapa ini bisa terjadi" ucapnya pelan.
"ci.. kamu gak sendiri masih ada aku, jinan,sisca,cindy,feni dan chika yang udah gede, kita sama-sama ya ngurus adek dan dedek" ucap gracia.
Shani mengangguk dan tersenyum.
"permisi ini makanan pasien" ucap suster.
"iya sus, terima kasih " ucap cindy tersenyum.
Setelah suster pergi sisca mengambil makanan di atas nakas.
"makan ya ci aku suapin" ucap sisca.
Shani mengangguk, dia tidak mau sakit dan ingin cepat sembuh agar bisa menjaga adiknya.
******
2 hari kemudian shani sudah sembuh dan sudah beraktivitas seperti biasa, zee juga sudah sadar, dia sudah tau kalau sang mami sudah tiada.
Shani duduk disamping bangsal christy sambil menggenggam tangan anak itu.
"sayang.. bangun dong kamu gak capek tidur mulu.." ucap shani pelan.
"maafin cici ya" ucap shani dia berusaha menahan air matanya namun itu sudah.
Tiba-tiba jari christy bergerak, shani menatap christy terkejut.
"dek.. bangun" ucap shani.
Christy membuka matanya perlahan lalu melirik shani.
"ahh dek.. akhirnya kamu sadar" ucap shani lega.
"c-cici.."
"kenapa sayang? Ada yang sakit hm? Cici panggil dokter sebentar ya" ucap shani memencet tombol didekat nakas.
"alhamdulillah detak jantungnya normal, namun usahakan jangan membuat dia capek" ucap dokter.
Shani tersenyum mengangguk.
"terima kasih dok" ucap shani.
Dokter mengangguk dan keluar.
Christy menatap shani.
"ci-cici.. dedek cakit.." ucap christy pelan.
Dia seperti mengadu kepada shani kalau dia sakit.
Shani memeluk christy.
"iya sayang dedek cepat sembuh ya biar bisa main lagi" ucap shani diangguki christy.
"iya cici"
Shani melepaskan pelukannya lalu mengusap pipi christy lembut.
"mami mana" tanya christy membuat shani terdiam.
"cici kenapa diam..mami kemana" tanya christy lagi.
Shani menatap christy sendu.
"mami udah gak ada sayang mami udah pulang ke rumah baru" ucap shani sambil mengusap kening sang adik.
Christy yang mendengarnya langsung menatap shani.
"hiks.. g-gak mungkin.. cici bohong kan sama dedek.. hiks" ucap christy menggeleng kan kepalanya.
"cici gak bohong sayang.. cici gak pernah bohong" ucap shani memeluk christy.
"nanti dedek cama siapa susunya.. hiks.." ucap christy menangis.
"mamii.. hiks..mami jahat.. hiks" ucap christy menangis lagi.
Shani hanya diam memeluk adik bungsunya.
"dedek jangan kayak gini sayang tenang ya dek.. cici akan jaga dedek" ucap shani.
"heum iya" ucap christy menyembunyikan wajahnya di dada shani.
"dedek gak mau pake ini" ucap christy ingin melepaskan alat bantu pernapasan nya.
"noo, jangan sayang nanti dedek sakit lagi" ucap shani.
Christy mengangguk.
"bobo lagi yuk atau dedek mau yang lain" ucap shani sambil mengusap kepala christy.
"dedek mau pulang" ucap christy.
"belum boleh nak dedek kan masih sakit" ucap shani.
"eumm dedek mau pulang cici disini gak enak" rengek christy.
"iya nanti cici tanya dokter yah" ucap shani.
Diangguki christy.
Shani tersenyum.