Shani dan adik-adiknya dibuat panik karena zee ngamuk di dapur dengan melempar gelas piring dan peralatan dapur lainnya.
Larat tapi itu tania, ya shani sudah membawa zee ke psikolog dan dokter itu bilang kalau zee punya alter ego yang bernama tania, dokter juga berpesan jangan sampai dia melukai dirinya sendiri karena itu sangat bahaya dan juga jangan sampai tania mempengaruhi tubuh zee karena itu tak akan bisa kembali lagi.
"sayang cici.. Hei" ucap shani mendekati zee perlahan yang berdiri di dekat meja kompor.
Saat sudah dekat shani memegang tangan zee dan mengusap pipinya.
"hei.. tania kenapa hm? " tanya shani menatap mata zee yang cerah.
"boleh bicara sama cici" tanya shani lembut dia menatap lengan zee yang terkena goresan gelas kaca.
Zee menatap tajam shani.
"udah tenang ya sayang.. boleh cici minta zee" tanya shani lembut sambil tersenyum dan mengusap pipi zee.
"gak, zee lagi nangis" ucap tania jutek namun matanya tetap menatap shani tajam.
Shani menoleh menatap jinan, feni dan yang lain.
"cici boleh minta tolong" tanya shani kepada mereka.
"tolong jagain dedek dikamar ya, tadi dedek nangis.. sisca dan gracia temenin cici disini" ucap shani karena sisca dan gracia dekat dengan zee.
Mereka semua mengangguk tanpa membantah.
Shani lanjut menatap zee.
"udah tenang.. cici peluk ya" ucap shani dia memeluk tania yang masih saja emosi.
Lama-kelamaan shani bisa merasakan pelukannya terbalas dia pun melepaskan pelukannya.
Bisa dia liat kalo itu zee karena matanya sudah kembali normal.
"hay sayang.. ada yang sakit" tanya shani khawatir.
Zee menunduk diam, tanpa pikir panjang shani menggendong zee menuju kamarnya bersama christy.
*dikamar Dian
"dedek udah dong sayang" ucap jinan berusaha menenangkan christy.
Ya christy sudah lama menangis sebelum kakaknya datang mereka melihat kamar yang sudah berantakan dan christy yang tantrum.
"dedek sini sama kak inang" ucap jinan berusaha menangkap christy.
"Gak mau kitty gak mau sama kak inang hiks..hiks" ucap christy.
"astaga nan ini kayaknya mana kalau dedek tantrum nya kumat" tanya cindy.
"gak tau cin, biarin aja dulu sampai dedek tenang" ucap jinan.
"mau sama ma-mami hiks..hiks.. mau ikut mami hiks..hiks.." ucap christy.
Mereka semua yang disana terkejut mendengar christy berbicara seperti itu.
"dedek mau apa sayang hm" tanya cindy.
"mau ikut mami huaaa..hiks..hiks mami dimana dedek sendiri disini" ucap christy.
Jinan tidak tega melihat christy menangis seperti ini tapi christy tidak bisa diem dia menendang semua yang ada di dalam kamar.
"sayang udah ya nangis nya kasian matanya nanti sembab" ucap chika.
"hik.. hiks.. ma-mau sama ma-mami hiks..hiks.." ucap christy.
Mereka disana kewalahan menghadapi christy yang terus menangis tanpa henti.
Ceklek.
"cici" tangis christy saat melihat shani datang dengan zee.
Shani meletakkan zee disamping.
"udah cup cup sayang" ucap shani mengusap kedua kepala adiknya.
Shani menatap christy.
"dedek denger cici sebentar ya, cici mau tenangin kak zee boleh ya sebentar aja, abis itu cici sususin adek, boleh sayang" ucap shani.
"hiks hiks..hmm"
Shani tersenyum.
Jinan memeluk christy dan membawanya kepangkuan nya.
Shani menatap zee sambil memeluknya.
"sini liat cici, tatap mata cici" ucap shani menatap zee.
"hiks..hiks..huemm..hiks" zee mengangguk sambil menatap mata shani.
Setelah itu shani menutup matanya.
Mereka tau zee sedang berbicara kepada Dian.
"sini cici pangku, ada yang sakit hm?" tanya shani kepada zee.
Zee menatap shani.
"hiks..lengan ze-zee perih..cicii..hiks" ucap zee menunjuk lengannya yang luka.
"sis tolong ambilin p3k di laci" ucap shani.
"Oke cici shani" ucap sisca lalu beranjak.
Shani tersenyum lalu dia mengusap tangan zee.
"kenapa adek tadi hm? Bisa bicara? tanya shani sambil menatap mata zee.
"tadi ta-tania hiks..marah sa-sama zee..hiks..karena ze-zee terlalu ba-baik sama orang" ucap zee menangis kembali.
Shani mengangkat satu alisnya menatap chika.
"tadi zee berantem di kantin ci, bukan berantem tapi ada kakel yang sengaja tumpahin kuah bakso ke baju zee, tapi zee gak ngelawan, zee diam mungkin saat itu tania mau keluar tapi zee tahan" ucap chika.
Shani mengangguk lalu menatap zee.
"boleh cici ketemu tania" tanya shani lembut zee menatap shani lalu menggeleng.
"kenapa sayang" tanya shani namun zee menggeleng kan kepalanya.
Tapi tiba-tiba tatapan zee berubah lagi dan itu adalah tania.
Dia menatap shani tajam.
"boleh cici ngomong sayang" tanya shani kepada tania.
"iya" ucapnya.
"boleh gak, lain kali tania tahan emosinya hm? Cici gak mau sampai adik cici terluka.. boleh sayang" tanya shani mengusap pipi zee.
"tapi zee terlalu lembut" ucapnya tegas.
Shani menghela nafas.
"iya sayang, cici tau itu tapi tania gak kasian sama zee? Kasian loh zee tuh liat lengannya luka" ucap shani.
Sisca datang membawa p3k dan shani langsung mengobati zee dengan tania yang muncul.
"lain kali tahan emosi nya ya sayang" ucap shani mencium tangan zee.
Dan disitu juga mata zee kembali normal lagi.
Shani tersenyum melihat nya.
"ayo sini bobo udah malem" ucap shani.
"cici nyusuin dedek ya" ucap shani zee mengangguk.
"sini kakak temenin" ucap sisca berbaring di samping zee sambil mengusap kepala zee.
Gracia,feni,cindy,jinan dan chika tidur di kasur satunya.
"kak inang peluk" ucap chika.
Jinan terkekeh lalu memeluk adiknya.
"tumben manja bocil" ucap jinan.
Muach
"malem adek" ucap jinan mencium kening chika, dia juga menatap cindy, feni yang sudah tertidur.
"malam adiknya kak inang semua" ucapnya lalu menyusu ke alam mimpi.