-Dejavu Kills Good Memories-
Rapat kembali dilakukan, namun kali ini diadakan di lantai 2, lantai dimana para staf IB bekerja. Lantai dimana Leonard bekerja setiap harinya.
Sebagaimana Ada selalu menghargai waktu, ia datang 5 menit lebih cepat dari waktu yang dijanjikan. Karena perintahnya semalam yang cukup mendadak, akhirnya rapat harus dilakukan ketika waktu menunjukkan jam makan malam sementara hanya tersedia makanan ringan di meja beserta kap kopi.
Meskipun Ada seorang penggila kerja yang harus bekerja semaksimal mungkin dan sesegera mungkin, ia bukan atasan yang tidak memanusiakan bawahannya. Ada hendak berbisik kepada Judy untuk memesan makanan berat untuk orang-orang di ruangan itu, namun tiba-tiba Leonard masuk diikuti seorang perempuan muda berambut pirang membawa beberapa bungkusan.
"Berhubung sudah waktunya makan malam, agar kita lebih nyaman ketika rapat sebaiknya kita makan dulu. Ashley membawakan roti isi untuk kita semua," ujar Leon sembari mulai mengangsurkan satu persatu paperbag berisi roti isi dan minuman penyegar.
Ada meneliti dengan serius perempuan yang terlihat manis menggunakan evening gown berwarna peach, hingga tidak sadar bahwa Judy tengah mengangsurkan satu paperbag kepadanya. "Ma'am?" panggil Judy. Ada tergelak lalu menerimanya dengan mata yang masih belum lepas dari sosok perempuan muda yang entah kenapa terlihat sangat akrab dengan Leon.
"Thank you, Ashley!" ucapan itu muncul beberapa kali dari para kepala divisi pimpinan Leonard. Lalu perempuan itu tersenyum dan berkata,"Selamat menikmati, maaf tidak bisa membuatkan sesuatu yang spesial,"
"Lain kali jangan mendadak memberitahunya!" Itu ucapan yang ditujukan kepada Leonard sembari menepuk lengan lelaki itu. Memang tidak terlalu jelas, namun Ada menangkap ada seulas senyum yang terbit di ujung bibir lelaki itu. Hati Ada tercubit melihat gelagat yang Leonard lakukan. Gelagatnya pernah ia lihat, ketika lelaki itu diam-diam mencuri pandang kepadanya ketika mereka masih di akademi. Gelagat yang membuatnya ikut merasa berbunga-bunga.
"Aku juga tidak tahu kalau tiba-tiba harus rapat mendadak malam-malam begini," balas Leon lirih dan lembut. Begitu lirih namun entah kenapa malam ini indera pendengarannya berkerja sangat baik hingga bisa menangkap nada manja dalam kalimat yang Leonard ucapkan. Ada menggigit bibir dalamnya.
Orang-orang mulai menikmati roti isi mereka, salah satu orang berceloteh memuji betapa enak dan menyatunya rasa acar dengan isian yang lain. Seketika Ada menatap Leonard yang sedang membuka bungkusan roti isinya, dengan impulsif Ada berteriak, "JANGAN DIMAKAN LEON! KAMU TIDAK BISA MAKAN—a...car,"
Leonard dan seisi ruangan terkejut lalu otomatis memandangi Ada, termasuk Ashley yang entah mengapa masih berada di ruangan itu. Anehnya, Leonard tetap menggigit roti isinya dan makan dengan lahap membuat Ada seperti orang bodoh di hadapan orang-orang. "Sa-saya ke kamar mandi dulu," ucap Ada segera beranjak.
Ketika melewati Leonard dan Ashley, ia dapat mendengar perempuan itu bertanya lirih,"Kamu tidak bisa makan acar?"
"Tentu bisa, asal itu buatanmu," jawab Leon lirih. Ada yang mendengarnya segera berlalu dengan tangan terkepal.
Sesampainya di kamar mandi, tubuhnya kembali melemas. Ia tepuk-tepuk dadanya yang entah kenapa terasa nyeri sekali. Kepalanya berpikir keras, mencari alasan logis untuk keadaannya akhir-akhir ini. Tapi ia tidakk kunjung menemukan alasan yang tepat.
Ada yakin bahwa keputusannya untuk berpisah dengan Leonard adalah keputusan terbaik. Keputusannya untuk hidup tanpa terkoneksi dengan lelaki itu selama tiga tahun harusnya cukup untuk menghapus semua perasaan yang tersisa. Tapi kenapa rasanya sakit? Kenapa ia tidak bisa menerima kehadiran lelaki itu lagi? Kenapa kehadiran lelaki itu tetap berdampak padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Divorce Between Us
Fanfiction[An Alternate Universe of Ada Wong and Leon S. Kennedy] 18+ minor please respect the social guidelines Brenada Wong adalah seorang Executive Assistant Director bagian Keamanan Nasional di FBI. Ia harus kembali berhadapan dengan mantan suaminya kare...