- The Talk is Never Enough -
Langit terlihat begitu gelap dari kamar sanatorium tempat Miranda dirawat. Brenada sesekali memandang jauh membelah kelamnya malam, sesekali juga menekuri wajah cantik Ibunya. Perempuan itu, tidak seharusnya terbaring tidak berdaya di tempat dimana orang-orang menunggu ajal menjemput.
Sepanjang hidup, Brenada hanya melihat Ibunya. Perempuan yang begitu lembut, dan penyayang. Namun kekurangannya hanya satu, terlalu mudah jatuh cinta. Dan kebetulan sekali, lelaki yang Miranda cintai merupakan titisan iblis yang diam-diam menghancurkan hidup mereka.
"You love me bigger than him, right?"
Brenada terus bertanya akan seperti apa hidup sang Ibu dan dirinya jika tidak terlibat dengan Johan. Ya, dia tidak mungkin meneteng tas Bottega, dan mengenakan paired suit dari LV, tapi setidaknya ia tidak harus meratapi hidupnya yang penuh dengan kekacauan dan kesepian. Mungkin ia hanya akan menjadi pekerja kantoran biasa, yang lembur sesekali namun masih sempat untuk mampir ke coffe shop bersama teman-temannya. Mungkin kehidupan rumah tangganya akan berjalan biasa saja, namun tanpa pilihan rumit antara perceraian dan pekerjaan. Dan mungkin, ia tidak akan bertemu Leonard beserta kisah rumit mereka. Namun, bukankah itu lebih baik?
"Mom, apakah cinta sepenting itu?" Ada tertawa sendiri, karena dia langsung memiliki jawabannya. "Sebegitu pentingnya kah, hingga banyak yang harus dikorbankan? Padahal, akhirnya kita tetap sendirian, dan terluka. Cinta tidak memberikan kita apa-apa,"
Perempuan itu menundukkan kepala, sedang meredakan kepalanya yang terasa riuh. Tiba-tiba sebuah kilasan memori muncul di kepalanya. Kepala Brenada berdenging, pening sekali.
Kilasan itu terlihat jelas. Ia dapat melihat dirinya sedang berada di dalam mobil bersama Leonard, di luar sedang hujan lebat. Mereka berkendara dengan cepat.
"Kejar mobil itu, Leonard. Jangan sampai tertinggal. Please, Mom, bertahanlah!" ucapnya panik. Kilasan itu sedikit kabur, namun Brenada tahu bahwa mereka sepertinya tengah mengejar mobil di depan mereka. Saat Leonard berhasil menyejajari mobil itu, Brenda tiba-tiba merintih kesakitan, membuat Leonard yang tengah mengendarai mobil dalam kecepatan tinggi menjadi panik.
"Arghh" Brenada memegangi kepalanya. Kilasan itu berhenti lagi, namun kepalanya masih berdenging. Suara dering ponselnya mendistraksi. Tidak mengambil waktu lama, Brenada mengangkat panggilan itu tanpa memperhatikan siapa si penelepon.
"Anak tidak tahu diuntung! Apa yang kamu katakan pada mantan suami tidak tahu dirimu itu?!! Berani-beraninya dia mencari masalah dengan Hans—"
Enggan mendengar repetan kemarahan Ayahnya, Brenada memotong ucapan Johan dengan cepat, "Serahkan masalah Leonard pada saya. Biar saya urus sendiri," lalu menutup panggilannya sepihak.
Masih memegang kepalanya, ia berjalan untuk mengambil air, dan setelah beberapa teguk kepalanya terasa membaik. Lalu, Brenada mendial nomor Judy.
"Tolong carikan kontak Leonard dan kirim kepada saya ya, Judy,"
"Baik, Bu. Tapi, apa perlu saya yang menghubungi Pak Leonard?" tawar Judy yang hafal bahwa Brenada selama ini tidak pernah mau menghubungi mantan suaminya sendiri. Atasannya itu pasti akan meminta tolong kepada dirinya.
"Ah, tidak perlu. Ini untuk pertemuan dan keperluan pribadi," jelasnya sembari keluar dari Sanatorium untuk mencari taksi. Padahal beberapa jam yang lalu, ia meminta lelaki itu untuk meninggalkannya, tapi lihat, tak berselang lama semesta seolah tak memberinya waktu untuk mencernya semuanya sendiri.
***
Derit kursi terdengar. Brenada menelengkan kepala untuk mendapati Leonard di sebelahnya. Ini sudah lebih dari tengah malam, tapi lelaki itu masih mau-mau saja memenuhi permintaannya untuk datang. Perempuan itu tersenyum sarkas, sembari memutar gelas berisi wiski yang entah sudah ia refil berapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Divorce Between Us
Fanfiction[An Alternate Universe of Ada Wong and Leon S. Kennedy] 18+ minor please respect the social guidelines Brenada Wong adalah seorang Executive Assistant Director bagian Keamanan Nasional di FBI. Ia harus kembali berhadapan dengan mantan suaminya kare...