[TDBU 03]

281 20 5
                                    

- Don't Look Back In Anger -

Sejak malam dimana mantan suaminya bertindak kurang ajar, yang dapat Brenada simpulkan hanya, Leonard adalah seorang bajingan. Sebenarnya, ia tidak akan begitu peduli tentang bagaimana lelaki itu menyentuhnya jika ia tidak menemui kenyataan bahwa lelaki itu—mungkin sudah memiliki perempuan lain, dan sikap dingin lelaki itu kepadanya.

Malam itu, Ada harus mengemudi dengan keadaan marah besar. Jika ia bertahan beberapa detik lagi untuk menghadapi Leonard, barangkali ia akan terjebak dalam kasus pembunuhan karena sungguh, malam itu segala hal yang berhubungan dengan Leonard mampu memantik seluruh emosinya.

Jangan lupakan ketika keesokan harinya, mereka sempat hampir berpapasan menaiki lift yang sama. Sialnya, Leonard yang sudah lebih dulu berada di dalam lift seolah sengaja memencet tombol untuk menutup pintu padahal lelaki itu tahu bahwa Ada sedang berlari ke arahnya. Ada tidak akan lupa bagaimana tampang lelaki itu yang diam saja tanpa merasa bersalah ketika Ada gagal mencapai lift tepat sebelum pintu tertutup. Bajingan, bukan?

Belum lagi nada bicaranya yang tidak sedikitpun ramah ketika sedang beradu pendapat dengannya. Ada jadi kembali berpikir, sepertinya lelaki itu yang tidak bisa berperilaku normal dan profesional. Tidak jarang rapat menjadi ajang mereka bertengkar, hanya karena masalah sepele. Seperti kali ini misalnya.

Brenada ingin rapat selanjutnya diadakan di lantainya, sekaligus mengundang para direktur untuk pertama kalinya. Namun sayangnya Leonard tidak sepakat. Ia merasa rapat sudah terlalu sering diadakan di lantai 4, dan ia menganggap itu tidak adil bagi timnya. Sungguh alasan yang masuk akal, bukan?

"Jangan mengada-ada, Mr. Kennedy!" sentak Ada mulai gerah. Ia melepaskan kacamatanya dan melempar pelan ke meja.

"Saya hanya memaparkan fakta, Mrs. Wong. Anda sepertinya lupa kalau kita sudah menjadi satu tim, jadi anda sebaiknya berhenti memisah-misahkan antara NSB dengan IB. Ke depannya, pekerjaan kita akan lebih beresiko, dan ketimpangan tentu tidak baik untuk tim ini," jelas Leonard tidak ingin kalah. Wajahnya tetap datar dan menyebalkan.

"Sejak kapan say—" Ada terpaksa menarik nafas dahulu sebelum melanjutkan,"Baik, jika begitu, apakah Mr. Kennedy yang paling adil ini memiliki saran agar diskusi tidak penting ini bisa segera diakhiri?"

"Sepertinya anda belum menangkap poin yang saya maksud, Ma'am,"

Orang-orang di dalam ruangan hanya diam dan saling melempar pandang, seolah merasa tengah berada di tempat yang salah. Agaknya mereka mulai menyadari bahwa ketegangan yang selalu hadir di rapat-rapat mereka bukan semata karena kepentingan misi melainkan tendensi pribadi dari kedua perwakilan eksekutif mereka itu.

"Tidak usah berputar-putar, intinya saja saran anda bagaimana?"

"Kita adakan pertemuan di ruang konferensi utama, begitu untuk seterusnya," balas Leon sembari meminum air mineralnya, yang sialnya terlihat sangat seksi di mata Ada. "Ekhem, tinggal usul begitu saja apa susahnya. Memang manusia suka cari perkara," cibir Ada pelan, berusaha mengalihkan pikiran gilanya kembali pada hal-hal buruk yang dilakukan lelaki itu.

"Baik, nanti biar Judy dan Anderson yang mengurus tempat rapat selanjutnya. Rapat kali ini saya cukupkan karena semua pembahasan sudah selesai. Tiap kepala divisi saya mohon untuk segera mengerahkan divisinya menjalankan tuganya masing-masing,  agar nanti ketika rapat dengan para direktur, kita sudah bisa mengevaluasinya. Sekian, terima kasih,"

The Divorce Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang