[TDBU 20]

401 25 15
                                    

- Along with The Wish -

Rapat besar baru saja berakhir. Para petinggi sudah meninggalkan ruangan sejak beberapa saat lalu, terkecuali Johan. Ia masih duduk di tempatnya, menunggu sang anak yang masih merapikan beberapa berkas hasil presentasi. Malam sudah larut, namun lelaki yang sudah berumur itu masih mau duduk dengan tenang. Mencurigakan.

"Judy, saya ingin berbicara berdua dengan Brenada," ucapnya. Judy menengok ke arah Brenada yang masih sibuk dengan berkas-berkas, dan hanya mengangguk pelan. Perempuan muda itu akhirnya pergi meskipun sedikit khawatir. Meninggalkan Johan dengan atasannya berdua saja tidak pernah berakhir baik.

Pintu ditutup, Johan berdeham. Brenada sudah menduga, bahwa kesabaran pria itu tidak sebanyak yang terlihat di luarnya. Raut wajahnya nampak muak.

"Kamu sudah mulai kurang ajar, Brenada. Kamu lupa dimana tempatmu?" ujar Johan penuh penekanan."Nikahi Hans secepatnya. Ini bukan permintaan tapi perintah!"

Suara kemeresak kertas terdengar. Brenada meremas setumpuk file yang sebelumnya ia pegang, lalu membuangnya begitu saja ke dalam tempat sampah yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. "Kalau saya tidak mau?" tanya Brenada tanpa rasa takut. Ya, rasa takutnya sudah benar-benar hilang, setelah menyadari bahwa tidak ada yang tersisa di dalam hidupnya.

"Hans akan menjemputmu besok, untuk menemui kedua orangtuanya. Pastikan kamu berkelakuan baik di depan mereka, karena aku butuh dukungan Julian dan Tina. Perjodohan kali ini harus berhasil," ucap Johan seolah tidak menghiraukan pertanyaan pancingan yang diberikan Brenada.

"Jika anda bersikeras, baiklah, saya bisa menunjukkan betapa gilanya saya dihadapan mereka," balas Brenada ringan. Pekerjaannya hampir selesai hingga bisa dengan santai berdiri menatap Johan yang sudah hampir mencapai pintu keluar.

Lelaki setengah baya itu berbalik, dengan cepat menghampiri tubuh Brenada yang tidak jauh dari jangkauannya. Johan menarik kerah kemeja perempuan itu, meremas rahangnya dengan kuat, lalu mendorong tubuh Brenada dengan kuat menghantam tembok hingga terjatuh. Semua sesuai dengan apa yang Brenada perkirakan. Dia bisa saja menghindar, melawan, namun ia memilih untuk tetap diam saja.

"Tikus kecil yang mulai bertingkah, sudah selayaknya diberi pembelajaran," Johan mendekat, meraih leher pucat perempuan berambut pendek di depannya lalu mulai memberikan tekanan, hingga wajah Brenada memerah. "Ekh—Dad," rintihnya.

"Know your place, little mice. Aku bilang, nikahi Hans secepatnya. Kamu hanya perlu mengangguk patuh, karena hidupmu adalah kuasaku,"

"D-dad" mata Brenada mulai melotot, dan wajahnya merah padam.

Pintu berdebum, dibuka dengan tergesa. "Lepaskan! Manusia gila!" teriak Leonard. Lelaki itu berlari, mendorong tubuh Johan, lalu merengkuh tubuh Brenada. Membawa perempuan itu menjauh, tidak memperdulikan apapun ancaman yang diucapkan Johan. Yang ada dipikiran Leonard hanya membawa Brenada ke tempat aman.

***

Sudah selama setengah jam Leonard berkendara, dengan Brenada duduk di sampingnya tanpa suara. Perempuan itu hanya diam, terkulai lesu dan menolak segala yang Leonard tawarkan. Hingga lelaki itu berinisiatif untuk membawa Brenada kembali ke apartemen mereka dahulu, yang masih di tempati Brenada hingga saat ini.

Leonard menghentikan mobil di basemen. Mengantar Brenada ke unit sepertinya terlalu melewati batas, walaupun ia sudah sedari tadi melakukannya. Jadi, ia diam beberapa saat sebelum bertanya, "Mau kuantar ke dalam?"

Brenada masih diam, hingga helanya terdengar. "Kenapa kamu selalu ikut campur, Leonard?"

"Apakah aku harus diam jika lelaki tua itu membunuhmu begitu saja?" protes Leonard tidak terima.

The Divorce Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang