[TDBU 01]

429 25 3
                                    

- The Moment Keep Repeating The Same Pain -

Waktu makan siang tiba, tapi sepertinya Brenada masih enggan beranjak menatapi whiteboard yang sudah penuh dengan coretan dan foto-foto para pemimpin BC. Ia masih mengetuk-ngetukkan spidol ke dagu, tanda ia tengah berpikir keras.

"Hmm, sial! Bisa-bisanya kita bertemu di saat penampilanku seburuk ini. Aku bahkan tidak menyisir rambut dengan benar, astaga, setelah 3 tahun kenapa dia harus melihatku dalam momen seperti ini?!"

Perempuan berusian 37 tahun itu berjalan menuju cermin di belakang meja kerjanya. "Astaga, kerutanku dimana-mana. Sepertinya aku harus lebih sering mengunjungi Dr. Teresa," keluhnya sembari memijat mukanya pelan. "Tapi, kenapa dia berlagak dingin begitu, sih?"

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, lalu muncullah Judy membawa setumpuk berkas. Perempuan muda itu menundukkan tubuhnya sebelum berjalan mendekat menuju meja kerja milik Brenada, dan meletakkan berkas-berkas disana. "Ini berkas dari Divisi Anti Teroris, Bu, berisi data-data mengenai aktivitas BC paling baru. Berkas dari divisi lain akan menyusul paling lambat nanti sore,"

Brenada menatapi berkas-berkas itu tidak minat. "Judy, apa menurutmu aku terlihat tidak menarik lagi?" tanyanya tiba-tiba, yang tentu saja membuat Judy tergeragap karena baru kali ini sang atasan yang lebih suka berkata pedas malah menanyakan sesuatu yang, tidak penting?

"Eum, maksudnya Bu?"

Brenada malah melamun. Kemudian tersadar dan langsung mengambil jas yang sebelumnya tersampir di kursi kebesarannya, berjalan melewati Judy yang semakin terbengong bingung. Ia sedikit merapikan diri sebelum berkata, "Tolong hubungi sekretaris Tuan Johan, saya ingin bertemu sekarang juga,"

Judy tersentak dan langsung mendial nomer sekretaris Tuan Johan sembari membuntuti langkah atasannya yang hari ini bertingkah sangat aneh. Belum sampai di lift, Judy mengabarkan, "Tuan Johan sedang menuju basemen, Bu. Beliau hendak pergi ke kedutaan, dan anda diberi waktu 10 menit untuk menemui beliau di bawah,"

Langkah kaki Brenada seketika berbalik ke sisi lorong yang berkebalikan menuju lift khusus yang disediakan untuk keadaan genting, hmm, keperluannya ini bisa dihitung genting kan? Anggap saja begitu.

Saat sampai di basement, mobil Ayahnya sudah terparkir di depan pintu dengan mesin menyala beserta dua pengawal yang berdiri tegap di sekitarnya. Brenada langsung masuk ke dalam mobil tanpa repot-repot izin karena para pengawal sudah hafal dengan dirinya, sementara Judy dengan tahu diri menunggu di dekat pintu keluar.

"Maaf mengganggu waktunya, tapi ada hal mendesak yang harus saya tanyakan secepatnya," ucapnya sesudah menutup pintu mobil.

"Hmm?" gumam Johan pelan. Brenada yang gugup berusaha mengatur nafas juga kalimat di dalam kepalanya agar tidak berantakan. "Ini perihal—"

"Langsung saja, Ada," potong Johan yang agaknya enggan berbasa basi. Brenada mengambil nafas, dengan berani ia bertanya, "Kenapa Leonard dilibatkan dalam tugas ini? Tidak, maksud saya, kenapa Leonard kembali ke FBI?"

Brenada mendengar kekehan pelan. "Sepertinya kamu belum banyak belajar dari masa lalu. Dengar Brenada, belajarlah untuk memahami bahwa tidak semua hal berjalan sesuai rencanamu. Pertanyaanmu lucu sekali, Leonard tidak pernah kemana-mana, lantas kenapa menyebutnya kembali? Dia adalah aset yang tidak mungkin disia-siakan,"

Brenada merasa dadanya baru saja di tikam dengan belati. Apa tadi? Aset? "Dad! You promise me! I already let him go—" belum selesai ia protes, pintu mobil dibuka dari luar. Tubuhnya ditarik oleh para pengawal dengan paksa sampai akhirnya perempuan itu keluar dari mobil.

Mobil melaju, meninggalkan Brenada yang berdiri dengan dada sesak. Kenapa semuanya berantakan secara tiba-tiba dalam satu hari saja?!

***

The Divorce Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang