prolog

2.9K 128 39
                                    



*******

Dan didalam ruangan yang tidak terlalu besar ataupun kecil.terlihat seorang pria paru baya memperhatikan kedua buah hatinya yang berdiri didepannya.tatapan pria itu berhasil membuat kedua anaknya terdiam dengan perasaan tidak karuan.

Pria paru baya itu memperhatikan kedua buah hatinya secara bergantian sembari berdecak pinggang dengan sorot mata tajam.dia tidak melepaskan atensinya dari kedua anaknya.nafas pria paru baya itu memburu.

"Sudah berapa kali ayah bilang.adek kamu itu gak perlu disekolahin,cuma ngabisin uang kamu saja,Aksa!lebih baik kamu kasih uang kamu itu buat ayah."ucap pria itu-Adi pada putra sulungnya-Aksara.

Aksara Riendra Sean.laki-laki jangkung itu membalas tatapan sang ayah tanpa takut.kini ruang tamu tempat mereka berada sekarang terasa mencengkram karena perseteruan antara ayah dan anak itu.

Lalu laki-laki jangkung itu membawa langkahnya berdiri lebih dekat didepan sang ayah.

"Aksa gak bakal kasih uang Aksa buat ayah!ayah gunain uang Aksa buat hal yang gak bermanfaat.ayah gunain uang Aksa buat berjudi,dan mabuk-mabukan sama teman-teman ayah.!"Aksara membalas tidak mau kalah.

Susah payah Aksara menahan amarah agar Ia tidak melakukan hal yang tidak diinginkan nantinya pada ayahnya itu.

Sedangkan gadis yang berumur 14 tahun itu hanya terdiam bersembunyi dibelakang punggung kakaknya,Aksara.gadis itu sudah berkeringat dingin ketakutan.takut ayahnya akan melukai kakaknya,dan itu karena melindunginya.

Adi.pria paru baya itu menatap putra sulungnya sebentar,kemudian Ia mengalihkan atensinya kearah Aurora Zeani Amira -putri bungsunya.

Adi membawa langkahnya menghampiri putri bungsunya.saat sudah berdiri didepan putri bungsunya.Ia melempar tatapan tajam,dan itu membuat gadis mungil didepannya semakin ketakutan.

"Ini semua karna kamu anak sialan!andai saja kamu tidak sekolah,pasti kakak kamu bakal kasih uang dia buat ayah.!"marah Adi pada putri bungsunya,Aurora.

Lagi-lagi Aurora tetap diam.tidak berani menatap ayahnya itu.Ia terus menundukkan kepala saat mendengar suara amarah dari sang ayah yang begitu menakutkan baginya.meski sudah biasa Ia mendapatkan bentakan dari ayahnya.tetap saja Ia ketakutan.

Suara bentakan dan sumpah serapah dari sang ayah adalah hal yang paling Aurora takuti sekaligus Ia benci.

"Ayah.ini bukan salah adek.!"Aksara sedikit meninggikan nada bicaranya.Ia ikut bergabung dengan ayah dan adiknya.

Sedangkan Aurora.gadis malang itu tetap diam.susah payah Ia menahan tangisnya agar tidak pecah saat itu juga.

"Kalau ayah gak mau membantu membiayai sekolah adek.lebih baik ayah pergi dari sini.!"Aksara kembali membuka suara.

Laki-laki jangkung itu menatap sang ayah dengan tatapan tidak terbaca."Kalau ayah gak bisa membantu,seenggaknya ayah diam aja.!"

Tangan kekar milik Aksara bergerak meraih tangan Aurora,lalu Ia menggenggamnya lembut.Ia tersenyum tipis agar Aurora-adik kesayangannya itu merasa aman.

Kemudian Aksara kembali mengalihkan atensinya kearah sang ayah yang tampak terdiam mendengar perkataannya barusan.

Terlihat wajah ayahnya itu memerah,berusaha menahan amarah yang semakin menguasai dirinya saat ini.

"Selagi Aksa masih hidup,dan masih bisa cari uang sendiri.Aksa bakal sekolahin adek Aksa,yah!Aksa gak peduli meski ayah gak menyetujui hal itu.adek Aksa bakal tetap sekolah.!"

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang