Bagian 04

613 66 10
                                    


"makasih,Ron."ujar Aurora yang baru turun dari atas boncengan sepeda milik Aron.mereka berdua baru saja sampai didepan kediaman keluarga Aurora.

Aron juga ikut tersenyum kearah gadis yang masih berdiri didepannya."Iya sama-sama."balas Aron."Kalau gitu gue balik dulu.bay."

"Hati-hati.!"pesan Aurora.Aron mengangguk mengerti dan kembali menggowes sepedanya meninggalkan pekarangan rumah Aurora.

Aurora memperhatikan Aron yang mulai menjauh dari pandangannya.Dirasa tidak terlihat lagi,barulah Ia membawa langkahnya kedalam rumah.

Baru saja Aurora menginjakkan kakinya kedalam rumah Ia langsung disambut dengan kondisi rumah yang gelap.seperti rumah yang sudah lama tak dihuni.

Dengan cepat Aurora menekan saklar lampu.Ia memperhatikan setiap sudut ruangan,dan tidak ada tanda-tanda kehadiran dari Aksara-kakaknya.

"mas Aksa kemana,ya?gak mungkin dia ketempat kerja,kondisinya aja masih belum membaik."monolognya.Ia terus membawa langkahnya kedalam kamar Aksara untuk memastikan jika Aksara ada dirumah atau tidak.

Seketika mata Aurora melotot tidak percaya saat Ia baru memasuki kamar milik Aksara,Ia melihat Aksara tergeletak dilantai dalam kondisi tak sadarkan diri.

Aurora langsung berlari menghampiri sang kakak.membawa tubuh tidak berdaya itu kedalam dekapannya.Ia menjadikan pahanya sebagai tempat tumpuan kepala sang kakak.

"mas Aksa bangun.!"Aurora terus berusaha membangunkan Aksara.kini gadis itu benar-benar panik,bingung,dan khawatir saat melihat kondisi sang kakak yang begitu pucat bak mayat hidup.

Dengan perasaan tidak karuan.Aurora terus berusaha membangunkan Aksara  memanggil-manggil namanya berharap akan bangun.namun nihil,Aksara tidak merespon apapun,dia tetap setia memejamkan mata enggan untuk membukanya.

"Bangun mas Aksa.."air mata yang sedari tadi gadis itu tahan akhirnya jatuh begitu saja membasahi wajahnya.dengan tenaga yang Aurora punya Ia berusaha memapah tubuh tidak berdaya Aksara untuk Ia pindahkan keatas ranjang yang ada diruangan itu.

Meski kesusahan.Aurora tidak menyerah.seorang diri Ia memapah tubuh Aksara sampai keranjang tidurnya.

Untung saja jarak ranjang tidak terlalu jauh,jadi Aurora tidak terlalu membuang waktu dan dengan hati-hati Ia merebahkan tubuh tidak berdaya Aksara diatas sana.

Aurora menutup setengah tubuh sang kakak dengan selimut.atensinya tidak lepas dari wajah pucat sang kakak.Ia menatap khawatir.satu tangannya bergerak menempelkannya kekening Aksara untuk memeriksa suhu tubuh Aksara.

Mata Aurora membulat tidak percaya saat merasakan suhu tubuh Aksara begitu panas.

"Aku harus cepat-cepat bawa mas Aksa kerumah sakit."Aurora tidak melepaskan atensinya dari Aksara yang terbaring diatas ranjang."semoga uang tabungan aku cukup buat biaya pengobatan mas Aksa."

Aurora mengigit bibir bawahnya.dengan tangannya sibuk mengotak-atik ponselnya untuk memesan taksi lewat salah satu aplikasi yang ada diponsel.setelah selesai dengan urusannya,Ia kembali mengalihkan atensinya kearah Aksara.

Cairan bening kembali membasahi wajah gadis smp itu.

Maafin aku bunda.aku gak becus jagain mas Aksa.



20 menit kemudian.taksi yang membawa Aurora dan Aksara sudah sampai disalah satu rumah sakit terdekat.dan Aksara sudah mendapatkan penanganan dari pihak rumah sakit.

Didepan salah satu ruang rawat.gadis berumur 14 tahun itu tidak melepaskan atensinya dari ruangan yang ditepati oleh sang kakak.

"Semoga mas Aksa baik-baik aja."lirihnya.

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang