2: Sekolah

157 4 0
                                    

Arcel mendorong kasar tubuh Diagra ke tembok, membuat punggung Diagra kini menabrak tembok itu.

"Maksud lu apa?!".

"Gue gak lihat kebawa tadi sumpah, gue tadi itu---".

"Bukan itu maksud gue".

"Terus?", Diagra heran.

"Maksud lu apaan blokir semua akun gue?, nomor gue juga lu blokir kan".

Diagra terdiam sejenak, ia laku terkekeh canggung, "O-oh itu, pacar gue ngecek HP gue terus dia lihat pesan DM lu sama telfon lu jadi ya gitu, di blokir hehe".

"Pacar lu?, jadi lu punya pacar?".

"Punya", Diagra mengangguk.

"Putusin".

"Hah?!".

"Putusin gue bilang".

"Arcel apaan sih!", Diagra tak terima.

"Putusin atau gue panggil orang-orang tadi buat kembali mukulin lu?, udah bagus-bagus gue selamatin lu".

"Y-ya tapi kan".

"Putusin gue bilang!", Arcel mencekik leher Diagra tak terlalu kuat.

Sebenarnya Diagra tidak punya pacar, ia hanya berbohong saja. Jika sudah begini siapa yang harus dia putuskan?!, dia saja tidak memiliki pacar.

"Tapi gue bohong doang.. gue gak punya pacar".

"Mau main-main lu sama gue?!", Arcel menguatkan cekikan itu.

Diagra tidak tau Arcel akan sebegini nya, tatapan marah dari Arcel benar-benar membuatnya takut.

"A-Arcel sumpah gue gak ada pacar".

"Gue lihat HP lu".

"Gak ada pacar, tapi ada pdkt, duh gimana ya.."

Lagi dan lagi tatapan Arcel kembali menajam, ia lalu merebut ponsel Diagra yang berada di kantong seragam, ia lalu mengutak-atik nya.

Diagra hanya diam tanpa melawan, ia lalu menatapi layar ponselnya yang di utak-atik Arcel.

"Eh jangan di hapus dongg!", Diagra spontan menarik ponselnya saat Arcel akan menghapus nomor satu nomor paling atas itu

"Bodoamat", Arcel akan menarik balik namun Diagra kembali mengambilnya.

"Lu nekat ambil gue cium lu!", ancam Arcel lalu kembali mengambil ponsel Diagra.

"Astaga Cel itu nomor adek guee".

"Halah", Arcel bodoamat.

Diagra lalu melihat jam tangan nya, "Udah lah Cel, ini udah selesai upacara pasti, gue mau masuk kelas, ntar malah terlambat".

Arcel menaikan alisnya, ia lalu mengembalikan ponsel Diagra.

"Istirahat sama gue, lu kabur lagi habis lu Diagra!".

"Iya iya!".

•'•'•

Diagra kini bersama Rezan dan Avka, mereka kini makan bertiga di meja sudut kantin. Sesekali mereka mengobrol.

Lalu saat asik mengobrol mata Rezan menatap ke arah belakang Diagra. Diagra yang merasa aneh pun menoleh.

"Mampus", ucap Raven.

"Woi lu pada gak ada buat salah kan?!", tanya Avka saat melihat geng Arcel kini melangkah ke arah mereka.

Lalu tujuh pria itu sampai di meja mereka, membuat tiga orang itu cukup gugup, apalagi Diagra!.

Kalo cuman Arcel ya oke lah, lah ini Arcel malah membawa geng nya yang tadi pagi.

"Diagra, ikut gue".

"Gue masih laper, ini aja belum habis, ntar aja ya?".

Rezan dan Avka spontan membulat kan mata nya, berani sekali Diagra menoleh Arcel!.

"Diagra, gue bilang ikut gue", nada Arcel menegas.

"Bawa makanan lu ke meja gue", tambah Arcel.

"Gak, gue tetap disini", kekeuh Diarga lalu kembali memakan soto ayam nya.

Wah berani sekali Diagra menolak seorang Arcel, bahkan teman Arcel sampai tidak percaya.

Arcel lalu menatap teman-temanya. "Kalian balik ke meja, gue makan disini".

"Cel, gak salah?", Yaka terkejut.

"Balik gue bilang, terus antar makanan gue kesini".

Mereka akhirnya mengangguk lalu ke-enam pria itu pergi, sedangkan Arcel kini duduk di sebelah Diagra.

Keduanya lalu saling tatap.

Ah, mengapa Diagra begitu cantik?, demi apapun ingin sekali Arcel nyosor untuk mencium bibir pria itu.

"Ehh kita kayaknya harus ke kelas", ucap Avka canggung.

"Iya nih hehehe", tambah Rezan.

Diagra lalu menatap mereka, "Oh yaudah kalo gitu, gue ikut".

Diagra yang baru saja akan berdiri kembali di tarik untuk duduk oleh Arcel.

Rezan tersenyum kikuk, "Lu disini aja dulu, kita pergi ya, bay!", Rezan lalu menarik tangan Avka untuk pergi dari sana.

Diagra lalu kembali menatap Arcel.

"Lu sebenarnya siapa sih?", tanya Diagra.

"Calon pacar lu".

Diagra memutar bola matanya malas. Membuat Arcel mencengkram paha nya, "Ulangi tatapan lu tadi!".

Diagra menghembuskan nafasnya pasrah. "Arcel, lu PMS ya?, perasaan posesif mulu".

"Lu calon pacar gue, jadi gue perlu ngatur lu sedikit biar gak perlu ngatur banyak nanti nya".

"Ya Tuhan...", Diagra frustasi.

•'•'•

Esoknya, Diagra kini tengah bersama Avka, Rezan dan Pandu di ruang kelas. Tidak ada satupun orang di kelas itu karena saat ini adalah jam istirahat, dan keempat pria itu lebih memilik untuk gibah.

"Arcel tuh orang nya gimana sih?", tanya Diagra.

"Wah, iya ini yang harus lu tau. Gue lihat-lihat kalian deket ya?", tanya Avka.

Diagra hanya mengangguk biar cepat.

"Jadi gini, gue sih gak pernah ngalamin, tapi dari yang gue lihat nih ya. Arcel emang hobi bolos, ngerokok, mabuk-mabukan alkohol di club malam. Dia juga gak segan buat berkelahi orang yang ngusik dia, ada tuh pernah yang sampai koma gara-gara di pukulin Arcel pas kelas sebelas", jelas Raven.

"Ha? koma?".

Raven mengangguk, "Tapi karena kekuasaan bokap nya kasus ini berhasil di tutup dan bokap nya cuman ganti uang ganti rugi, tapi tetep aja gak ada tobat-tobat nya tuh anak".

"Terus, Arcel pernah pacaran?".

"Wah, gak mungkin enggak sih, paling gak di publik aja, orang dia tiap malam ke Club maen sama cewe-cewe, sama boti juga sih katanya".

Diagra terdiam sejenak setelah mendengar cerita dari Avka. Diagra benar-benar ingin mengenal Arcel lebih dalam lagi. Perasaan penasarannya benar-benar mengganggu nya.

"Gue khawatir, mending lu ngejauh aja Gra".

Arcel dan DiagraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang