1: Prolog.

412 7 0
                                    

Club malam itu begitu ramai. Namun seakan semua nya blur, seorang pria bernama Arcel kini hanya terfokus pada satu objek. Yeah, Arcel hanya terus fokus pada pria yang begitu cantik yang menarik perhatiannya sejak tadi.

Arcel mengembangkan senyum tipisnya tanpa ingin mengalihkan pandangannya.

Lalu terlihat pria yang terus di pandangi Arcel sejak tadi itu melangkah menuju toilet.

Di dalam sana pria itu mabuk namun ia juga menangis.

"HUEKK!", pria itu ingin memuntahkan alkohol sialan itu.

Tubuh nya yang di rasa tidak seimbang kini hampir membuatnya jatuh, namun sebuah tubuh seseorang berhasil menahannya.

Kedua nya saling pandang.

"Ah, siapa ini?, ganteng sekali..", puji pria itu, pipi nya yang memerah membuat Arcel semakin gemas.

"Lu nangis?", tanya Arcel saat menyadari mata pria itu yang sepertinya telah menangis.

Pria itu lantas meluruskan tubuhnya. Ia mengangkat alisnya dan mengangguk. Dia mabuk namun itu terlihat begitu gemas.

"Gue antar pulang ya?", ucap Arcel.

Pria itu menggeleng, "Ah, kenapa di dunia ini gak ada rumah yang nyaman?!", pria itu lalu menyandarkan tubuhnya di tembok.

Arcel mendekatkan sedikit tubuhnya, ia lalu mengelus lembut pipi pria itu. "Mau tidur di apart gue aja?, gue pastiin lu nyaman malam ini".

Pria itu diam, ia lalu menatap takut Arcel. Pria itu lantas menggeleng seperti orang yang memiliki trauma.

"Gak!".

Arcel terdiam sejenak. "Gue janji bakal buat kamu nyaman di apart aku".

"Lu bakal perkosa gue kan?!".

Arcel menggeleng. "Di kamar gue ada pistol ada pisau, kalo gue berani lu bisa bunuh gue".

Pria itu terdiam sejenak, keadaannya yang begitu mabuk tidak mungkin untuk ia pulang sendiri tengah malam begini.

"Ayo, gak perlu takut sama gue".

Arcel menggenggam lembut tangan pria itu, pria itu lalu menatap genggaman itu sejenak. Ia lalu mengikuti langkah Arcel dengan jalan tak seimbang akibat mabuk.

•'•'•

Di dalam apartemen itu, Arcel menidurkan pria itu dengan baik di sebelahnya, ia lalu melepas celana levis panjang pria itu menyisakan pria itu dengan celana boxer nya.

Diagra tersenyum, ia lalu berbaring di sebelah pria itu. Lalu dengan keadaan yang tidak sadar, pria itu memeluk Arcel, membuat Arcel semakin melebarkan senyumnya.

Arcel menatap wajah cantik pria itu lalu membawa nya kedekapannya.

Arcel mengelus lembut kepala pria itu, lalu tangannya pun turun untuk mengelus paha putih pria itu. Arcel lalu sedikit menaikan tangannya lalu meremas pantat pria itu.

"Sexy amat, gue perkosa mampus lu", batin Arcel.

Matahari pagi perlahan merembes masuk ke dalam ruangan itu dari gorden besar yang berada di sana.

Pria itu lalu membuka matanya perlahan, ia melihat ruangan yang begitu asing itu. Pria itu lalu menatap ke sebelah kirinya.

Seorang pria yang sangat tampan kini tidur di sebelah nya dengan memeluk nya.

Arcel dan DiagraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang