17: Putus.

60 2 0
                                    

"Ven sakit...", rintih Diagra.

Tangan Raven lalu mengelus lembut kepala Diagra, "Sayang obat nya di minum dulu oke?".

"Udah minum obat pas di UKS".

Keduanya kini berada si kamar Diagra. Diagra kini baring di atas kasur sedang kan Raven duduk di atas kasur tepat di sebelah Diagra berbaring.

"Yaudah Diagra mau apa?".

"Peluk Aven..."

Raven tersenyum, ia lalu berbaring di sebelah Diagra lalu memeluk pria itu. Tangannya lalu mengelus lembut kepala Diagra.

"Sayangnya Aven harus cepat sembuh ya?, biar kita bisa jalan bareng.."

Diagra tersenyum dan mengangguk pelan.

"Diagra kenapa bisa gini?, tadi jatuh apa gimana?".

"Gak sengaja ke dorong sama Arcel pas Arcel berkelahi", jujur Diagra ingin melihat reaksi Raven, apakah masih seperti dulu?.

"Ke dorong ya?, punggung nya sakit enggak?, kepalanya aja kan?, badan yang lain ada yang sakit?".

"Enggak, kepala doang.."

Raven lalu mengecup kepala Diagra, "Lain kali kalo ada orang berkelahi jangan masuk-masuk ya?, tuh lihat sekarang kamu gini kan. Kalo cedera sampai parah banget gimana?", ucap Raven lembut.

Diagra mengangguk, "Raven gak marah sama Arcel?".

"Sayang, aku marah, marah banget malahan, tapi Arcel juga pacar kamu kan?, dia pasti gak sengaja dan gak mungkin dia sengaja celakain kamu, tadi juga aku gak lihat Arcel, besok aku pukul aja gimana?".

"Ih jangan, kamu pikir Arcel orang biasa?, dia bukan orang sembarang kalo berkelahi, ntar malah kejadiannya kayak dulu pas kamu di kroyok".

Raven mengangguk, "Maaf gak bisa jagain kamu, andai kita gak beda sekolah.."

Diagra mengangguk, "Gak papa kok".

Ini yang Diagra suka dari Raven, sikapnya yang tenang dan tidak emosian ingin memukul orang yang telah melukainya membuat Diagra sangat suka. Sifatnya begitu dewasa dan berkepala dingin.

•'•'•

Satu hari, dua hari, hingga tiga hari Diagra tidak juga kunjung ke sekolah. Arcel kini sudah gelisah setengah mati, padahal ia selalu datang kerumah Diagra, namun pria itu tidak pernah membukakan pintu kamarnya untuk Arcel.

Tiga hari ini Arcel bahkan sangat berantakan, bukan tiga hari lagi, namun seminggu ini sejak ia berdebat hebat dengan Diagra.

Arcel kembali seperti tidak memiliki aturan salah hidupnya, ia merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol setiap hari nya, bahkan ia bolos terus.

Denov sampai angkat tangan menangani anaknya sendiri. Arcel era hilang arah benar-benar membuatnya kesulitan. Ia bahkan ingin Diagra menangani Arcel langsung karena Arcel paling takut dengan Diagra, namun nihil, ia bahkan tidak pernah melihat Arcel dan Diagra bersama lagi.

Arcel kini menatap Diagra yang baru saja akan menaiki tangga, ia lalu segera menahan tangan Diagra.

"Agra, aku pengen ngomong ya?".

Tanpa mendengar persetujuan Diagra, Arcel lantas menarik Diagra ke tempat yang cukup sepi.

"Agra, maaf banget Agra.. maaf..", mohon Arcel.

Arcel dan DiagraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang