6: Bullying

90 3 0
                                    

Arcel kini bersama Yaka tengah berjalan di lapangan, lalu seorang pria kini berlari dan tanpa sengaja menyenggol Arcel dengan kasar.

Arcel lalu berbalik, ia menatap tajam pria yang kini berhenti itu dan menatap Arcel dengan takut.

"Bang maaf gue gak sengaja".

Arcel berjalan mendekat. "Jelas-jelas lu lihat gue lagi jalan kan?!, lapangan besar, lu bisa geser karena lu lari!".

"Bang gue buru-buru.. maafin ya".

Arcel melirik logo X di sebelah kanan lengan pria itu, ah ternyata masih kelas sepuluh.

"Gak gue maafin".

Pria itu begitu panik sekarang, ah mengapa ia malah berhadapan dengan Arcel.

"Istirahat kedua ntar ke meja kantin geng gue".

"S-siap bang.."

12:10 Arcel kini tengah kumpul bersama ke-enam teman geng nya, lalu anak kelas 10 tadi itu mendatangi mereka.

"Bang Arcel..", panggil anak itu.

Arcel dan ke-enam temannya lantas menoleh.

"Nah pas banget, ambilin pesanan kita dong cil, males banget gue", ucap Yoshi.

Anak itu lantas menatap Arcel, meminta persetujuan.

"Ngapain lu lihatin gue?, kerjain yang dia bilang", sarkas Arcel.

"Pesanan kalian di mana ya bang?".

"Nasi goreng enam piring sama enam es teh".

Pria itu lantas terkejut, bagaimana bisa dia membawa semua itu!, namun ia tetap berjalan untuk mengambil pesanan itu.

Pria itu lalu membawa tiga piring dalam satu nampan dan berjalan ke arah mereka.

Namun Arcel kini sengaja melangkah bersama Fat dan Yaka, ia lalu dengan sengaja menggeser sedikit kaki nya hingga membuat anak itu tersandung dan menumpahkan semua nasi itu.

'PRANG!', Piring-piring itu berhasil jatuh ke lantai dan membuat anak itu juga jatuh.

Disisi lain Diagra yang tadi makan dengan tenang bersama teman-temannya namun matanya terus menatap Arcel yang sejak tadi menyuruh anak itupun menggeleng kesal. Ia sangat heran dengan kelakuan Arcel yang benar-benar kurang ajar itu.

Ketiga teman Diagra menatap ke arah sumber pecahan mereka lalu menatap Diagra yang kini sangat marah.

Diagra lalu berjalan cepat menuju mereka dan segera membantu anak itu berdiri.

"Gra..", Arcel lumayan panik.

"Lu gak papa kan?", tanya Diagra pada anak itu.

"Gak papa kak tapi-".

"Udah, sekarang balik kelas ya?".

Pria itu lalu beralih menatap Arcel yang kini menatapnya tajam. Ia lalu menatap takut.

"Bang maaf ya", ucap anak itu pada Arcel.

"Gak, apa-apaan minta maaf sama dia. Sekarang lu balik ke kelas", tegas Diagra lalu anak kelas sepuluh itu melangkah pergi.

Diagra lalu menatap tajam Arcel.

"Gra, dia yang gak lihat jalan", ucap Arcel.

"Kamu pikir aku gak lihat?!", ketus Diagra.

Diagra lalu melangkah pergi dengan perasaan yang begitu kesal, Arcel kini menatap marah ke dua temannya.

"Ah elu sih!, kenapa gak bilang kalo ada Diagra di sini?!".

"Lah kita aja gak tau", ucap Fat.

"Mampus gue", umpat Arcel lalu berlari mengejar Diagra.

Ia lalu menyamakan langkah nya dengan Diagra, sedangkan Diagra kini melangkah bersama anak itu untuk membawanya ke UKS.

Pasalnya anak itu terjatuh, lalu pecahan beling berserakan. Lutut serta telapak tangan anak itu bahkan berdarah.

"Gra, maafin", ucap Arcel.

Tidak ada jawaban dari Diagra, mereka lalu memasuki UKS itu.

"Agra maafin yaaa?, maafin Arcel", Arcel menggoyang-goyangkan tangan Diagra namun di tepis oleh pria itu.

"Apa sih Arcel, keluar gak?", Arcel bahkan mendapat tatapan maut dari Diagra.

Arcel lalu terdiam sejenak. Ia lalu memperhatikan Diagra yang kini mengobati luka anak itu akibat pecahan beling piring.

"Semoga besok cepat sembuh ya", Diagra tersenyum manis pada anak itu dan anak itu tersenyum balik.

"Diagra maafin..", Arcel masih mencoba.

Diagra lalu menatap Arcel, "Minta maaf sama dia jangan sama aku".

Ah dimana harga diri Arcel jika minta maaf pada anak kelas 10 ini?!.

"Enggak", tolak Arcel.

"Minta maaf gak?!", Diagra kini menjewer telinga Arcel dengan keras.

"A-ahh sayang iya iya!".

Pria itu terkejut, sebenarnya ia sudah curiga sejak tadi sih karena mana mungkin seorang Arcel ini minta maaf segitu nya, namun saat Arcel keceplosan, itu membuat pria itu percaya apa yang dipikirkan nya.

Diagra lalu melepas jeweran itu.

"Minta maaf, Arcel".

Arcel lalu menatap kesal pria itu. "Maaf".

"Yang ikhlas!".

Arcel lalu memperbaiki raut wajahnya sebaik mungkin, ia lalu tersenyum paksa. "Gue minta maaf ya udah buat salah".

"Iya bang gak papa".

"Berarti kapan-kapan bisa lagi kan?, lu bilang gak papa?".

"Arcel!!", sentak Diagra membuat Arcel nyengir kecil.

"Becanda sayang".

Diagra membulat kaj mata nya dan mengkode Arcel, sialan pria itu terus keceplosan.

"Oh iya", Arcel lalu kembali menatap anak itu. "Awas ya lu cepu kalo gue pacaran sama Diagra, kali sampe ini kesebar lu orang pertama yang gue cari!", ancam nya.

"I-iya bang.."

Arcel dan DiagraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang