Chapter 4

136 3 3
                                    


"BERANI LU MAIN-MAIN SAMA GUE?!", bentak Arcel yang kini berdiri di depan Diagra.

Keduanya kini berada di belakang sekolah dan tempat sangat sepi.

"Cel, kita juga gak ada hubungan kan?, ngapain cemburu gitu?".

"Gak ada hubungan?, oke mulai sekarang lu jadi pacar gue, puas lu?!".

"Gak", tolak Diagra.

"Apa?, lu pengen apa lagi?!".

"Gak, lu temperamental, lu pemarah, lu kasar, lu gak punya hati. Gue gak bakal pacaran sama lu!".

Arcel terdiam mendengar alasan penolakan itu.

"Cowo mana yang betah sama orang kayak lu?, udah deh cari yang lain aja, gue gak bakal pacaran sama lu. Gue takut deluan!".

"Gue gini kalo lu bikin gue emosi, bisa gak sih lu gak usah deket-deket sama cowo lain?!".

"Ya sama aja, walau lu gak emosi pasti lu bakal kasar!".

"Pegang omongan gue, gue gak akan kasar kalo lu gak deket sama cowo lain atau ngelanggar larangan gue".

"Gak bisa, ntar gue gak punya temen".

"Lu cuman boleh temenan sama orang yang gue percaya".

Diagra menggeleng, "Tapi lu temperamental Cel".

"Udah berapa tahun lu hidup sama gue sampe nyimpulin gue kayak gitu?".

Diagra terdiam, benar sih tapi..

"Denger, gue gak bakal kasar kalo lu gak ngelakuin kesalahan".

"Tetap aja, gue gak bisa".

"Apa yang buat lu gak bisa, hmm?!", Diagra kini menurunkan nada nya, mencoba menurunkan tingkat emosinya agar Diagra nyaman berbicara dengannya. Meski ia sebenarnya masih sangat marah mengingat pelukan tadi.

"Gue posesif, gue suka overthinking, gue suka ngelarang. Dan lu pasti orang yang susah di atur kan?!".

"Gak, atur gue sesuai aturan lu. Asal jangan berlebihan".

Diagra memutar bola matanya malas, "Ntar lu malah nolak, terus bilang 'Itu berlebihan Diagra', gue gak suka di gituin".

Arcel lalu mengusap lembut tangan Diagra.

"Oke gue janji, gue janji nerima apapun sifat lu, tapi lu juga harus kuat sama ke posesifan gue".

"Beneran siap?, gue gak mau nyesel, gue benci sama orang yang gak bisa di atur".

"Lu gak bakal nyesel pacaran sama gue, Diagra".

Kedua nya lalu saling tatap, Arcel pun sedikit memiringkan kepalanya lalu melumat bibir Diagra dengan lembut.

•'•'•

Diagra kini kembali duduk di sebelah Dirgama, Dirgama lalu menoleh, ia menatap Diagra sembari tersenyum.

"Bentar lagi final".

Diagra tersenyum, "Gue dukung apapun yang terbaik buat lu".

Dirgama tersenyum, Diagra lalu merangkul pundak Dirgama.

Lalu Arcel pun duduk di sebelah Diagra, ia memandang sinis Diagra yang merangkul pundak pria itu.

"Cih", ketus Arcel.

Diagra lalu menoleh, ia pun melepas rangkulannya itu.

Arcel dan DiagraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang