13: 🔞

95 4 0
                                    

Diagra kini membiarkan kepala Arcel tidur di atas ketiak nya, tangannya lalu menggenggam lembut tangan Arcel.

Ia menatapi wajah pria yang kini tertidur itu, namun sesuatu yang hangat di rasakan Diagra. Ia lalu segera mengecek suhu tubuh Arcel, badan pria itu hangat.

Ia lalu menempelkan punggung tangannya di kening dan pipi Arcel sam hasilnya sama, tubuh Arcel begitu hangat sekarang.

Tok.. Tok..Tok..

Diagra lalu menoleh ke arah pintu, lalu Denov kini masuk dan melangkah ke arahnya dan Arcel. Denov terdiam sejenak melihat posisi tidur Arcel yang terlihat sangat manja, namun Diagra juga tidak bisa merubah posisinya sekarang. Al hasil ia hanya menatap Denov.

"Om, Arcel demam", beritahu Diagra.

Denov lalu sedikit mendekat dan mengecek suhu tubuh Arcel dan benar saja, pria itu kini sedang demam.

"Diagra, saya minta tolong kompres dia bisa?, setelah itu kamu turun untuk makan malam bersama saya dan Grea ya".

Diagra mengangguk, "Oh iya Om".

Diagra lalu melepaskan tubuhnya perlahan dari Arcel, dan untungnya pria itu tidak bangun.

"Diagra saya turun dulu ya, setelah ini kamu nyusul ya".

Diagra mengangguk lalu Denov pun melangkah pergi dari kamar itu.

Diagra menatapi Denov hingga akhir nya Denov tudak terlihat lagi. Denov bahkan terlihat biasa saja tanpa raut khawatir. Ia lalu menatap Arcel dengan kasihan, lalu ia pun melangkah untuk membuat kompresan.

Berberapa menit kemudian Diagra kini turun kebawah, ia mendatangi meja makan itu, terlihat Grea dan Denov kini berada di sana.

"Gra sini gabung", ucap Grea. Diagra tersenyum tipis lalu duduk di sebelah Grea. Sedangkan di depan Grea dan Diagra kini ada Denov.

"Silahkan makan Diagra. Kasih kenyang diri kamu ya", ucap Denov.

Diagra mengangguk pelan sembari tersenyum canggung, ia kemudian mengambil berberapa makanan di atas meja itu.

"Diagra, malam ini kamu bisa nginap gak?, jagain Arcel ya".

Diagra lantas mengangguk, "Bisa Om, tapi aku izin dulu ya sama Bunda".

Denov mengangguk setuju.

Hening, tidak ada suara di meja itu selain setingan sendok. Ini sangat berbanding terbalik dengan suasana meja makan Diagra di rumah yang tentu selalu ramai. Sedangkan suasana disini sangat lah canggung.

Hingga saat semuanya telah selesai Denov membuka pembicaraan deluan.

"Diagra, sejak kapan kamu dekat dengan Arcel?", tanya Denov.

"Baru 3 bulan Om".

"3 bulan?, tapi Arcel sudah sedekat itu ya sama kamu?".

Diagra mengangguk, "Mungkin karena kita sefrekuaensi aja Om", alasan Diagra.

"Sefrekuaensi gimana?, sifat kalian jauh terbalik sekali".

Diagra hanya diam, ia tidak bisa menjawab apapun lagi.

Denov lalu mengangguk mengerti, "Baiklah Diagra, kembali ke kamar Arcel ya, takutnya dia terbangun", ucap Denov.

Arcel lalu mengangguk, "Iya Om".

Diagra lalu melangkah pergi, saat di rasa Diagra sudah tidak ada Denov kembali menatap Grea.

"Mereka cuman temenan beneran kan?", tanya Denov.

Grea mengangguk, "Iya Pah, temenan doang", ucap Grea meyakinkan.

Disisi lain, Diagra baru saja memasuki kamar Arcel, lalu terlihat pria itu yang kini mengubah posisinya menjadi duduk dan menatap ke arahnya dengan tatapan gelisah.

Arcel dan DiagraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang