5: Jaket Averos?

105 3 0
                                    

Satu minggu, sudah satu minggu Diarga berpacaran degan Arcel. Diarga bahkan terkejut dengan sifat Arcel yang selalu memperlakukan Diagra seperti ratu.

Demi apapun Diagra tidak pernah membayangkan hal ini, ia pikir Arcel adalah pria yang sangat kasar bahkan ketika mereka tidak ada masalah, namun ekspektasi itu terbanting dengan realita.

"Sepatunya di iket dulu ya?, ntar jatuh", ucap Arcel lalu berjongkok di depan Diagra, ia lalu mengikat tali kedua sepatu itu.

Diagra tersenyum melihat itu, tak lama kemudian Arcel lalu berdiri, lalu sebuah kecupan dari Diagra kini melayang di pipi nya.

Arcel tersenyum, ia lalu mengusap lembut kepala Diagra, ia lalu menggandeng tangan pria nya itu untuk melangkah.

Sekitar berberapa saat kemudian motor Arcel pun sampai di sebuah parkiran Mall. Ya, Diagra lah yang meminta di temani untuk membeli berberapa buku-buku di gramedia.

Arcel menggenggam tangan Diagra, namun Diagra segera melepas nya, tatapan tajam yang spontan dari Arcel pun membuat Diagra nyengir.

"Cel, ntar ada yang lihat gimana?".

"Terus?, bodoamat", Arcel kembali mengenggam tangan Diagra hingga akhirnya mereka pun sampai di gramedia.

Di dalam toko buku itu mereka berhenti di depan sebuah buku rumus matematika membuat Arcel cukup terkejut.

"Kamu suka matematika?", tanya Arcel.

"Banget, tapi akhir-akhir ini berberapa rumus udah aku lupa, jadi beli bukunya aja biar pelajari rumus yang udah lupa".

Arcel hanya mengangguk-angguk mengerti, ia lalu membiarkan Diagra memilih buku kesukaannya.

Mereka lalu melangkah mencari-cari buku lainnya, sebenarnya Arcel paling anti dengan tempat ini. Dia sangat membenci buku bahkan ia pernah bersumpah untuk tidak masuk ke dalam sini. Namun sekarang, dia harus menemani Diagra.

"Cel mau itu", Diagra menunjuk buku yang berasa di rak tinggi itu.

Arcel dengan mudah nya mengambil buku itu, "Ini?".

Diagra mengangguk, ia lalu memegang buku yang baru saja di berikan oleh Arcel.

"Ini bagus gak?", tanya Arcel.

"Mana aku tau, Agra".

"Coba baca belakangnya".

"Gak ah", Arcel itu benar-benar anti sama buku, apa lagi novel, ia bahkan heran mengapa orang-orang suka membaca buku setebal itu.

"Cel ini dikit doang, baca gak?!".

Arcel mengambil buku itu dengan malas, ia lalu membaca belakang buku itu ia hanya melihat-lihat saja dengan mulut komat-kamit yang aslinya tidak membaca buku itu.

Arcel kembali memberikan buku itu pada Diagra. "Udah".

"Nah, kesimpulannya apa?".

Arcel menegang bingung, dia saja tidak baca!.

Diagra sudah menebak dari ekpresi Arcel yang tegang itu bahwa ia ternyata tidak membaca.

"Ah tau ah", kesal Diagra lalu ia berjalan dan membaca buku itu sendiri.

"Eh eh, kok ngambek?", Arcel menyamakan langkah nya dengan Diagra.

"Agraa, iya-iya sini aku baca", Arcel hendak kembali mengambil buku itu, namun Diagra menutupnya.

"Udah gak usah, udah aku baca", ketus nya dan berjalan menuju kasir.

"Terus terus, bagus gak?!", tanya Arcel sok exited.

Arcel dan DiagraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang