Semua orang berdiri di depan ruang operasi dengan perasaan penuh kekhawatiran. Wisnu yang juga berada di sana, sama sekali tak bisa berpikir jernih dan terus meneteskan air mata. Dia tak menyangka bahwa pilihan yang ia pilih akan mencelakai istrinya dan calon buah hatinya. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada keduanya? Kini tak ada hal yang bisa dilakukannya kecuali menyalahkan diri sendiri. Dia sudah berjanji untuk selalu menjaga Arista kapan pun dan dimana pun, tapi ternyata dia malah berkhianat.
Jika bisa memutar waktu, mungkin Wisnu tidak akan pergi meninggalkan Arista di rumah sendirian demi memenuhi panggilan Kaisar yang membutuhkan bantuannya untuk mengurus berkas pernikahan. Setelah Wisnu pergi, Arista terpaksa keluar rumah untuk membeli beberapa bahan makan malam di supermarket ujung gang. Dan ketika hendak pulang, Arista mengalami kecelakaan.
Ketika hendak menuju rumah, dia tertabrak mobil yang melaju kencang dari arah belakangnya. Hal itu membuatnya terlempar hingga beberapa meter, sehingga ia mengalami pendarahan hebat di kepala akibat benturan yang sangat keras. Ironisnya, bukannya langsung membawa Arista ke rumah sakit, sang pengemudi mobil justru kabur begitu saja.
Kecelakaan itu menyebabkan Arista mengalami gegar otak dan keguguran. Dokter tidak bisa menyelamatkan janinnya dikarenakan usia janin yang masih terbilang muda dan lemah, sehingga ketika terkena sedikit benturan saja, janin itu tak bisa bertahan. Kenyataan tersebut membuat seluruh anggota keluarga merasa sangat terpukul. Dokter juga mengungkapkan bahwa Arista bisa saja kehilangan nyawanya jika tak berhasil bertahan pasca operasi. Dan kemungkinan besar jika Arista terbangun dari komanya, dia akan mengalami amnesia.
Wisnu mengusap wajahnya gusar, "Kenapa dokternya ga keluar-keluar." Gumamnya cemas.
Ratih yang duduk di seberang Wisnu, berusaha mendekat ke arahnya. Sambil menepuk pundak Wisnu, dia berkata, "Semua akan baik-baik saja, Nak. Tidak usah menyalahkan diri sendiri seperti ini. Kita doakan saja, semoga Arista baik-baik saja."
Wisnu menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Meskipun sudah berusaha menahan diri agar tidak menangis, namun rupanya dia tetap gagal. Dia tidak bisa untuk tidak bersedih saat menerima kenyataan bahwa calon bayinya sudah tiada, dan kondisi istrinya yang sedang berada di antara hidup dan mati. Wisnu terus saja menyalahkan dirinya di dalam hati. Rasanya sangat sesak.
Ratih berusaha menenangkan Wisnu yang sudah tenggelam di dalam kesedihan dengan kondisi kedua mata sembab. Dia berusaha menjadi tegar di depan orang lain, meskipun sebenarnya hatinya sama hancur. Niko yang menyaksikan pemandangan itu juga tak bisa menahan air matanya. Dia terus memanjatkan doa agar Arista bisa segera melalui masa kritisnya.
Pintu ruang operasi terbuka dan muncullah seorang dokter yang masih menggunakan atribut operasi lengkap.
"Bagaimana dok?" Ujar Wisnu cepat setelah bangkit dari duduknya.
"Iya dok, bagaimana kondisi anak saya?" Ratih dipenuhi kekhawatiran.
"Saat ini pasien masih menjalani masa koma. Dan seperti prediksi di awal, ketika dia sudah bangun, kemungkinan besar akan mengalami amnesia total."
Ratih merasa seluruh kujurnya menjadi lemas. Kedua kakinya menjadi lemah sehingga tak mampu menopang tubuhnya lagi. Wisnu kembali menjatuhkan air matanya, tapi detik selanjutnya ia langsung menerobos masuk ke ruangan Arista berada.
"Pasien masih belum bisa ditemui saat ini, biarkan dia istirahat dulu pasca operasi." Sang dokter langsung mencegah usaha Wisnu.
Saat ini Wisnu hanya bisa menatap Arista dari celah kaca jendela kecil. Istrinya itu sedang terbaring lemah dengan beberapa selang yang dipasang di bagian hidung dan punggung tangannya, serta balutan perban yang melingkar di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Om Om
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA] . Bagaimana jika ada orang yang mengatakan bahwa Arista menikah dengan seorang om om? Tentu saja itu bukan gosip atau sebagainya, melainkan itu adalah fakta. -- Oke, kira-kira deskripsinya seperti itu. Langsung baca saja. Karen...