Kedatangan mantan kekasih pada malam itu membuat Kaisar terus merasa tidak tenang. Bagaimana tidak? Kedatangan Jenny secara tiba-tiba setelah beberapa tahun tak ada kabar, menjadikan Kaisar ingin bertemu dengannya lagi dan lagi. Jenny adalah mantan pacarnya yang benar-benar dia cintai dan berhasil membuatnya lupa pada fakta bahwa dia pernah mencintai Arista. Setelah keduanya memutuskan hubungan, nama Arista muncul lagi dalam benaknya tapi nama Jenny tak bisa hilang dalam ingatannya. Semua memori yang pernah ia lalui bersama Jenny seolah mengobrak-abrik pendiriannya untuk menikahi wanita yang sedang mengandung calon buah hatinya. Ya! Dia bimbang! Apakah menikah atas unsur tidak saling mencintai adalah keputusan yang tepat?
Setelah bertemu di bar atas dasar ketidaksengajaan, akhirnya mereka memutuskan untuk minum bersama dan saling bercerita tentang masa lalu. Kaisar dan Jenny sama-sama terbuka perihal kehidupannya setelah tak lagi bersama. Jenny bercerita bahwa setelah putus dari Kai, dia sama sekali tak berniat untuk berpacaran dengan siapa pun karena merasa masih belum seratus persen move on dari sosok Kaisar Adrian. Kaisar juga bercerita tentang dirinya yang selalu gila bekerja dan sibuk bermain dengan banyak wanita, tidak serius tapi hanya main-main saja. Hal itu bisa dipahami oleh Jenny, karena dia mengerti bahwa Kaisar sama sekali tak bisa hidup kesepian. Setelah bercerita dan minum terlalu banyak, mereka baru menyadari di keesokan harinya bahwa keduanya tidur bersama. Kejadian itu membuat hubungan mereka berlanjut. Jenny terus menghubungi Kaisar hanya untuk menanyakan sedang sibuk atau tidak, bisa bertemu atau tidak, dan sudah makan atau belum. Kehadiran Jenny sungguh merubah hidupnya. Dia tak lagi merasa kesepian dan sudah tak pernah bermain dengan wanita bayaran. Tapi hal itu justru membuatnya lupa pada kenyataan bahwa dirinya akan segera menikah.
Memang benar yang dikatakan banyak orang, laki-laki itu tak bisa hanya mencintai satu wanita saja. Hal itu terjadi pada Kaisar saat ini, bahkan dia terlibat dengan tiga wanita sekaligus. Dia tak mengelak bahwa di dalam hatinya masih ada Arista yang sudah ia cintai sejak lama, tapi dia juga tak menolak fakta bahwa Arista sudah berstatus istri orang. Selain itu, ia juga tak menghindari kenyataan bahwa dia juga masih mencintai Jenny, mantan kekasih yang sekarang berhasil mewarnai kehidupannya lagi. Di sisi lain, ada Risa yang sedang mengandung calon bayinya dan akan ia nikahi beberapa minggu kedepan. Siapa yang harus ia pilih?
Di suatu kesempatan, Kaisar berhasil menemukan sisi lain dari sosok Risa yang belum pernah ia temui pada perempuan mana pun. Ia akui bahwa Risa adalah perempuan yang penyabar dan apa adanya, dan dia merasa kagum padanya. Masih ada banyak hal yang belum ia ketahui tentang sosok Risa yang baru saja ia kenal, jauh berbeda dengan Jenny yang sudah hadir dalam hidupnya bertahun-tahun.
Kaisar menyegarkan tubuhnya dengan mandi air dingin di malam hari setelah seharian bekerja. Pilihan ini sangat tepat untuk melepas penat. Setelah menyelesaikan semua ritual sebelum tidur, dia membuka laman obrolan seseorang di ponselnya.
"Good night! Tomorrow, you have a nice day!" Kaisar mengirimkan pesan suara sebelum mematikan lampu dan tidur.
***
Wisnu sama sekali tak mengerti dengan perubahan sifat Arista yang terjadi secara signifikan. Terkadang tiba-tiba marah tanpa sebab, terkadang sangat posesif sampai menangis, dan terkadang tidak mau bicara seharian penuh. Mungkin ini bawaan bayi, tapi menurutnya ini terlalu berlebihan karena emosi Arista selalu keluar tanpa ada penyebab. Wisnu selalu memahami apa yang Arista rasakan setiap harinya, dia juga selalu siap ketika Arista meminta sesuatu yang sulit didapatkan dengan tiba-tiba.
"Mas Wisnu gimana sih! Aku pengen rujak, Mas. Tapi bukan rujak yang kayak gini." Rengek Arista sambil melempar rujak yang ada di depannya.
"Iya tapi gausah dilempar juga, sayang." Wisnu memunguti buah yang jatuh di lantai.
"Mas kok malah marahin aku? Harusnya yang marah tuh aku, karena rujak yang Mas bawa tuh ga sesuai sama yang aku pengenin." Arista berdecak pinggang.
Wisnu bangkit dari posisi jongkok, "Terus rujak yang kayak gimana, sayang?"
"Rujak yang petisnya asin, bukan manis kaya gini. Petisnya ga make kacang dan gula merah."
"Emang ada rujak yang kayak gitu?" Wisnu mengernyitkan dahi.
"Ada! Waktu itu Rama pernah ngasih aku rujak kayak gitu, dan itu enak banget. Seger."
"Oh jadi gara-gara Rama." Gumam Wisnu yang masih bisa terdengar oleh Arista.
"Kok malah nyalahin Rama? Ya Mas sih gak ngerti apa yang aku suka."
Wisnu hanya terdiam, berusaha menahan agar emosinya tidak keluar.
"Terus Mas harus apa? Dateng ke Rama buat nanya rujaknya beli di mana? Gitu?" Wisnu menghela nafas.
"Ya emang, soalnya emang dia aja yang tau." Arista cemberut.
Wisnu segera menghubungi Rama setelah mendapatkan nomornya dari Arista. Dia merasa kecewa karena tak mendapat jawaban yang ia harapkan. Dia pikir, rujak itu bisa dibeli di dalam kota. Namun ternyata tidak. Rama berkata bahwa rujak itu adalah buatannya sendiri, dan petis yang digunakan adalah oleh-oleh dari sepupunya yang berasal dari Madura. Petis yang diinginkan Arista itu sangat sulit ditemui di Jakarta, tetapi hanya tersedia di Madura. Apakah Wisnu harus pergi ke Madura dulu untuk mendapatkan petis itu? Astaga! Ini membuatnya frustasi.
"Sayang, kata Rama petisnya itu cuma ada di Madura. Di Jakarta gabakal ada yang jual."
"Gak mungkin gak ada! Mas aja yang males nyari." Arista mulai marah.
"Okey, Mas bakal cari. Kalau pesen online bisa, tapi gak bisa hari ini. Minimal besok baru dateng."
"Gak mau! Pokoknya aku mau sekarang! Hari ini!" Ucapnya sebelum berlari menuju kamar sambil menangis.
Setelah berusaha menenangkan dan menidurkan Arista yang menangis karena keinginannya tak terwujud, Wisnu keluar rumah untuk membeli beberapa bahan makanan untuk stock di rumah. Wisnu akui, semenjak Arista hamil, dia merasa menjadi ibu rumah tangga. Bahkan kini dia sama sekali tak menyentuh pekerjaannya karena disibukkan untuk mengurus Arista dan calon buah hatinya. Tapi semua itu tak masalah. Dia ikhlas melakukan ini, karena rasa cintanya pada istrinya itu melebihi apa pun. Dia hanya berharap bahwa istrinya dapat melahirkan bayinya ke dunia ini dengan sehat dan selamat. Semua yang dilakukan Wisnu sekarang ini tidak ada apa-apanya dibandingkan perjuangan Arista yang akan mengandung selama sembilan bulan dan mempertaruhkan nyawanya saat melahirkan nanti.
"Mas dari mana?" Arista keluar dari kamarnya.
Wisnu tersenyum, "Ini sayang, Mas dari supermarket. Beli bahan makanan buat stock."
Arista mendekat ke keberadaan Wisnu yang sedang mengeluarkan belanjaan dari tas belanja. Aktivitasnya itu diambil alih oleh Arista. Wisnu memperhatian setiap gerakan yang Arista lakukan. Rupanya istrinya ini sangat cepat berubah mood. Belum tiga jam menangis karena masalah rujak, sekarang malah menunjukkan wajah yang ceria lagi. Inilah salah satu sebab Wisnu semakin mencintai Arista.
"Kayaknya ada yang kurang deh, Mas."
"Apa, sayang?"
"Mas gak beli pisang? Aku lagi pengen makan pisang. Terus, ada beberapa bahan masakan yang belum Mas beli buat makan malam nanti."
Dering ponsel Wisnu sontak menghentikan percakapan mereka. Wisnu langsung meminta izin Arista untuk mengangkat telepon, Arista pun mengangguk.
"Kayaknya Mas harus pergi dulu, sayang. Kaisar lagi butuh bantuan Mas. Nanti mas beliin ya, kamu diem di rumah aja." Ucap Wisnu yang mendapatkan anggukan dari Arista.
Setelah mengecup puncak kepala istrinya, Wisnu langsung meraih kunci mobil dan beranjak pergi.
Part 26 selesai...
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Om Om
Storie d'amore[FOLLOW SEBELUM BACA] . Bagaimana jika ada orang yang mengatakan bahwa Arista menikah dengan seorang om om? Tentu saja itu bukan gosip atau sebagainya, melainkan itu adalah fakta. -- Oke, kira-kira deskripsinya seperti itu. Langsung baca saja. Karen...