9. Akad

9.7K 291 20
                                    

Arista memandang cermin yang menampilkan pantulan dirinya sendiri. Cantik! Itulah satu kata yang mendeskripsikan sosok Arista saat ini. Dengan balutan gaun berwarna silver, Arista semakin sempurna dengan sapuan make up di wajahnya.

Arista memejamkan kedua matanya, sambil berusaha tenang ditengah suasana hatinya yang tidak karuan. Dia akui untuk saat ini dia sudah mulai mencintai Wisnu, tapi tidak sepenuhnya. Rasa cintanya itu mulai timbul perlahan, selama keduanya masih berada dalam fase pendekatan.

Terlebih lagi rasa peduli dan perhatian yang Wisnu tunjukan kepadanya, semakin membuat ia kagum dan merasa tak ingin dilepas.

Dan untuk saat ini, dia juga berdoa agar dia bisa menjadi istri yang baik dan selalu patuh pada suaminya. Rasa tidak sabar pun muncul dalam benaknya, tak sabar untuk segera merasakan menjadi seorang istri yang sebenarnya. Meski usianya masih 18 tahun, tapi dia yakin bahwa ia bisa memenuhi semua permintaan suaminya, termasuk kebutuhan biologis sang suami.

Di lantai dasar rumahnya, terdengar kata 'sah' yang diucapkan oleh banyak orang. Dengan hati yang terus berdegup kencang, Arista terus meremas ujung gaunnya hingga meninggalkan jejak kusut. Tak lama dari itu, suara hentakan kaki mendekat ke arah kamarnya, hingga tampaklah sosok wanita yang sama cantiknya dengan Arista.

"Sayang?" Ucap Ratih sambil memperhatikan raut wajah anaknya.

"Mama" Arista menolehkan kepalanya, seraya bangkit dan bersusah payah untuk menghampiri ibu tercintanya itu.

"Peluk mama sini nak!" Ratih merentangkan kedua tangannya agar Arista bisa berhamburan ke dalam dekapannya.

"Mama gak nyangka, anak mama yang dulu masih imut-imut, sekarang sudah nikah" ucap Ratih disela memeluk anaknya.

"Meskipun sekarang, Arista masih imut kok ma" jawab Arista mengerucutkan bibirnya dari balik wajah Ratih.

"Yasudah, sekarang kamu turun ya! Semua orang udah nungguin kamu di bawah" ucap Ratih sambil melepaskan pelukannya.

Arista mengangguk ragu. Dia malu jika dihadapkan langsung dengan Wisnu yang sekarang telah menjadi suami sahnya itu. Wisnu pasti merasa telah menang, karena telah mendapatkan Arista sepenuhnya. Dan otomatis, dia juga akan memperlakukan Arista dengan penuh nafsu, seperti yang telah dia nantikan mulai dulu.

"Wah, cantik sekali ya pengantinnya"

"Iya. Memang nggak salah pilih"

Mungkin seperti itulah yang didengar Arista saat dia mulai menginjakkan kakinya di tempat keramaian. Arista segera digiring oleh ibunya untuk duduk di samping Wisnu, sang suami.

Wisnu menatap Arista dengan wajah cerah, sedangkan Arista hanya tertunduk tak berani menatap kearahnya.

"Kalian sudah sah menjadi suami istri" ucap pria paruh baya yang merupakan seorang penghulu.

"Arista, cium tangan suami kamu!" ucap Niko.

Sesuai perintah ayahnya, Arista segera mencium tangan Wisnu. Setelah itu, Wisnu pun juga mencium kening istrinya.

Seperti tersambar angin, Arista sedikit merasakan getaran, padahal ini bukan kali pertama baginya merasakan bibir Wisnu menempel di kulit wajahnya. Tapi hari ini, sensasinya terasa berbeda tak seperti biasanya.

*****

Setelah melaksanakan serangkaian acara dari akad hingga resepsi, seluruh keluarga Asmoro dan Atalla berkumpul untuk membicarakan sesuatu.

"Jadi, niat kalian selanjutnya apa?" ucap Bagas yang menatap ke arah anaknya.

"Kita akan ngasih kalian cucu yang banyak" jawab Wisnu asal.

Arista yang sedang mengunyah makanan, langsung tersedak sesaat mendengar kalimat aneh itu. Ratih yang berada tepat disebelahnya, langsung menyodorkan segelas air putih pada Arista.

"Pelan-pelan sayang" ucap Ratih sambil mengelus punggung anaknya.

"Kamu sih Wisnu, ucapan kamu tadi bikin Arista kaget. Masak baru nikah udah pengen bikin anak aja" ucap Tania sambil memukul lengan kekar Wisnu.

Dengan situasi seperti ini, membuat Arista sangat tidak nyaman. Bagaimana tidak, saat ini Arista masih dalam fase 'belajar' untuk bisa mencintai Wisnu sepenuhnya. Dan jika dia langsung dihadapkan dengan perkataan tentang anak, tentu saja dia belum siap. Jangankan hamil, untuk melakukan 'itu' saja Arista masih belum siap.

"Oiya, malam ini juga, Wisnu mau bawa Arista ke rumah yang sudah Wisnu siapkan"

"Oya? Baguslah jika seperti itu, kalian bisa lebih cepat untuk saling mengenal!" Niko bersuara.

"Itu terserah kamu, kan kamu sekarang udah berhak sepenuhnya untuk mengurus istrimu" ucap Bagas.

"Mama setuju" Tania.

"Mama juga setuju" Ratih.

Mendengar seluruh keluarganya setuju, Arista hanya bisa menelan salivanya dengan susah payah. Arista tau, ini adalah salah satu rencana Wisnu yang pertama, yaitu dengan mengajaknya tinggal bersama dan hanya berdua saja.

"Gimana menurut kamu sayang?" Tanya Wisnu pada Arista yang telah menyimak pembicaraannya dari awal.

"Tata ngikut aja mas" jawab Arista lembut, mengingat bahwa kedua orangtuanya dan mertuanya masih berada disini.

Jam telah menunjukkan pukul 21.20, tapi Arista masih sibuk tengah membereskan baju dan barang-barangnya yang akan dia bawa menuju rumah barunya bersama dengan sang suami.

"Hmm, Mas Wisnu yakin mau ke sana di jam segini?" tanya Arista penuh harap, agar Wisnu membatalkan niatnya.

"Iya yakin, kalau bisa kamu percepat lagi ya beres-beresnya!" Wisnu menunggu Arista sedari tadi, sambil membaringkan tubuhnya di atas kasur milik istrinya.

"Hmm, apa kita hanya tinggal berdua saja?" tanya Arista ragu sambil menggigit bibir bagian bawahnya.

"Tentu saja. Memangnya mau tinggal dengan siapa lagi jika tidak berdua?"

"Kenapa gak tinggal di rumah orang tua kamu aja mas?"

"Sebenernya boleh-boleh aja, tapi saya tidak mau jika saat kita melakukan 'itu' tiba-tiba ada yang menggangu. Kalau tinggal berdua kan enak, gak ada yang ganggu"

Arista tau maksud Wisnu mengarah pada apa. Oleh karena itu dia tak mau melanjutkannya, takut jika Wisnu semakin menjadi-jadi jika diteruskan.

"Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya. Saya ingin segera memiliki anak, apa kamu siap?" tanya Wisnu yang otomatis membuat Arista tertunduk dan menghentikan aktivitasnya.

"T-ta-ta gga-gak"

"Kamu belum siap? Jangan khawatir, saya pasti akan tunggu kamu sampai kamu siap" ucap Wisnu lembut sambil mengecup kening Arista, lalu bergegas menuju kamar mandi.

"Maafin Tata. Tata masih berusaha buat jadi istri yang baik buat mas Wisnu" ucap Arista dalam hati dengan kepala yang masih tertunduk.

*****

Part 9 selesaai.
.
.
.
17/02/20

Married With Om OmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang