Suster Anggi sudah bekerja selama satu tahun di rumah sakit Wijaya begitu dia lulus dari sekolah keperawatan. Karena merupakan cita-citanya sedari kecil, suster Anggi melakukan pekerjaannya dengan sepenuh hati tidak membeda-bedakan tidak pernah judes dan selalu berperilaku santun kepada siapapun.
Sampai suatu hari ia dipindah tugaskan sebagai suster jaga di Poli Internis. Dokter yang bekerja di sana adalah Dokter Dicky pria keturunan yang meski tidak terlalu tampan tapi cukup mapan dan dermawan.
Anggi yang polos dan tidak pernah mengenal cinta, akhirnya jatuh hati padanya dan mereka pun menjalin hubungan secara diam-diam dikarenakan ketidak setujuan keluarga dari kedua belah pihak yang menginginkan pasangan yang seiman.
Cinta yang menggebu membuat keduanya lupa diri dan melakukan hubungan di luar batas. Hampir setiap kali hal itu terjadi Dicky selalu merekamnya dengan alasan sebagai koleksi pribadi dan untuk semakin menumbuhkan rasa cintanya.
Ketika kedua keluarga tahu, mereka dipaksa putus, tapi Dokter Dicky menolak dan mengancam akan menyebarkan video mereka jika Anggi menuruti keinginan orang tuanya. Dilema dan stres akhirnya membuat Anggi jatuh sakit, penyakit maag-nya kambuh, asam lambungnya sering naik yang akhirnya menyebabkan kematiannya.
Begitulah cerita yang disampaikan Anggi kepada Melati selama jam istirahatnya. Di sana, dalam jarak beberapa meja dari mereka tampak pria yang dibicarakan sedang hancur dan terpuruk dengan tampilan acak-acakan sedang dihibur oleh sahabatnya Dokter Ramzi.
"Aku juga ingin masuk ke dalam mimpinya dan membujuknya untuk menghapus semua video-video itu seperti yang dilakukan Ramlah pada kekasihnya" pinta Anggi sambil mengatupkan kedua tangannya berharap Melati mau membantunya.
"Aku yakin dia tidak akan menyebarkannya, tapi itu akan jadi dosa jariyah bagiku dan keluargaku. Aku juga tidak tahu ke depannya mungkin saja ada orang jahat yang menemukan dan akhirnya mengedarkannya" ujarnya lagi.
Sejujurnya Melati merasa sedih dan bersimpati pada nasib yang menimpa Anggi, tapi, arwah memasuki mimpi tidak selalu mudah seperti biasanya.
"Maaf, tapi saya tidak bisa memenuhi permintaan anda karena saya baru saja membantu Ramlah, setelah 24 jam berikutnya itu bisa saya lakukan kembali dan syaratnya orang itu harus tertidur pulas, tapi melihat kondisi Dokter Dicky sekarang saya rasa dia akan terus terjaga"
"Lalu aku harus bagaimana waktuku tidak banyak lagi bukan?"
Melati mengangguk pelan sebagai jawaban dari pertanyaan Anggi, dalam situasi seperti ini ia juga sulit membantu. Sebagai orang luar, Melati tidak bisa mencampuri terlalu jauh karena orang-orang bisa menganggapnya gila atau bahkan terlibat masalah yang lebih besar.
"ikhlaskan saja Sus mungkin ini sudah takdir yang harus anda terima"
"Tapi, Tuhan tidak akan menuntunku kepadamu tanpa alasan bukan?" Balas Anggi yang membuat Melati terdiam tak mampu menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You (End)
General FictionDiantara semua petugas kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Wijaya, hanya Melati yang berani bertugas di Ruang Jenazah. Banyak yang enggan berteman dengannya karena menganggp ia juga menakutkan sama seperti ruangan yang ia bersihkan. Namun sebena...