Melati dan Ramzi berangkat kerja sendiri-sendiri karena pria itu harus kembali ke Apartemennya untuk berganti pakaian. Sepanjang perjalanan Helena terus berceloteh tentang ketidak setujuannya pada pernikahan gadis itu.
"Semalam aku lihat sendiri Kak yang menelpon Raya, Dokter anak yang katanya pernah jadi pacarnya, mungkin karena takut ketahuan Kakak, dia langsung mematikan ponselnya.
"Egp" balas Melati cuek, itu malah lebih baik biar dirinya cepat di ceraikan.
"Kak..! Harusnya kakak hujat, labrak, jambak kayak di sinetron-sinteron itu" seru Helena memprovokasi, tapi Melati tetap abai dan meneruskan pekerjaannya mengepel lantai koridor. Merasa tidak dipedulikan, remaja berusia 17 tahun itu pergi sambil misuh-misuh.
Sementara itu di lantai empat, di salah satu ruang praktek, terlihat seorang wanita sedang menata kotak bekal di meja tamu, dia terlihat senang, senyum tak pernah lepas dari wajah cantiknya yang terpoles make up tipis.
Raya Kandi, perempuan yang juga berusia 25 tahun itu merupakan sahabat Ramzi sejak kecil, paling tidak begitulah dia menganggapnya. Namun seiring berjalannya waktu, perasaan lain tumbuh di hatinya, ia menginginkan jenis hubungan yang lain yaitu menjadi pendamping hidup pria itu.
"Selamat pagi Ram" sapa Raya begitu pintu terbuka dan menampilkan sosok pujaannya. "Aku menunggumu sejak tadi, lihat ini! aku membawakan ku sarapan" ucapnya memperlihatkan semua makanan yang ia tata di meja, ada salad, sandwich, pancake dan jus buah segar.
"Pagi Raya, kebetulan sekali aku belum sarapan, seseorang bahkan hanya memberiku teh panas" Ramzi mengingat kejadian tadi pagi di rumah Melati.
"Seseorang?" Tanya Raya penasaran.
"Aku makan ya" Ramzi tidak menanggapi dan mulai makan apa yang tersaji, dia butuh energi karena 30 menit lagi akan melakukan operasi usus buntu, tidak ada waktu untuk mencari makan.
"Ram!" Panggil Raya lembut, kau tahu kan seminggu lagi ulang tahunku, apa aku boleh meminta kado spesial darimu?" Ucapnya penuh harap.
"Bukankah setiap tahun aku selalu memberimu kado?"
"Kali ini aku mau yang berbeda, dan aku yang menentukannya, jadi tidak usah membeli apapun, aku akan memberi tahu saat pesta nanti. Ok!"
Ramzi hanya mengangguk karena mulutnya sedang mengunyah sandwich, sementara wajah Raya sudah bersemu merah dan tersenyum cerah.
Setelah menemani Ramzi makan, Raya kembali ke ruangannya, ia langsung memanggil Karla, petugas kebersihan yang selalu membersihkan ruangannya.
"Sebarkan rumor kalau aku dan Dokter Ramzi sudah berbaikan, juga katakan kalau dia akan segera melamar ku. Untuk Dokter Evita, buat cerita seolah-olah dia telah dicampakkan karena aku jauh lebih baik, ini adalah ganjarannya karena berani sok akrab dengan Dokter Ramzi. Ini imbalan mu" Raya memberikan beberapa lembar uang merah yang membuat wajah Karla sumringah. "Jangan sampai orang tahu kalau aku yang menyuruhmu" peringatnya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You (End)
General FictionDiantara semua petugas kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Wijaya, hanya Melati yang berani bertugas di Ruang Jenazah. Banyak yang enggan berteman dengannya karena menganggp ia juga menakutkan sama seperti ruangan yang ia bersihkan. Namun sebena...