Dua tahun lalu, ketika Ramzi baru saja menyelesaikan pendidikannya di luar negeri, ia menyempatkan diri untuk ziarah ke makam kakeknya yang meninggal setahun sebelumnya.
Makam itu terletak di sebuah Desa yang memerlukan waktu tempuh tiga jam dari Kota jika menggunakan mobil. Itu adalah keinginan mendiang Sang Kakek untuk dikebumikan di Desa kelahirannya.
Hubungan Ramzi dan Kakeknya Wijaya sangatlah dekat, bisa dibilang Sang Kakek lah yang merawatnya hingga usia remaja dikarenakan kesibukan Ruslan yang sering dinas ke luar kota atau negeri di temani istrinya.
Kala Ramdan mulai memegang jabatan, barulah Ruslan sedikit luang dan Ramzi kembali berada di bawah pengawasan kedua orang tuanya. Namun Ramzi masih sesekali mengunjungi Kakeknya yang kediamannya hanya berjarak satu kilometer dari rumahnya.
Wijaya adalah seorang pekerja keras dan penyayang. Semua harta yang dimilikinya adalah hasil rintisan bukan warisan. Dari pernikahannya ia hanya memiliki Ruslan dan sepeninggal sang istri, ia tidak pernah menikah lagi.
Ramzi kala itu menghabiskan waktu tiga hari di Desa sang Kakek sekalian ingin menjajaki napak tilas masa kecil beliau di sana, namun sayang hampir semua yang mengenal Sang kakek sejak kecil sudah berpulang. Sampai suatu hari ia menerima surat yang di berikan oleh orang yang menjaga dan merawat rumah Kakeknya.
Surat itu memang di tujukan untuknya sehingga tidak pernah di berikan kepada siapapun termasuk orang tuanya. Surat dengan tulisan tangan itu sudah sedikit menguning karena termakan usia.
Cucuku Ramzi, jika kau membaca surat ini, itu artinya kakek sudah bersama nenekmu. Ada satu hal yang selalu ingin kakek sampaikan sejak dulu, tapi karena tidak mau berdebat denganmu, kakek tidak pernah mengatakannya.
Kau tahu kan kakek bukan berasal dari keluarga berada, Ayah kakek hanya buruh tani yang sudah sangat bersyukur jika bisa makan sehari sekali, kakek punya seorang sahabat yang bernasib sama, perbedaan kami adalah, kakek senang belajar dan dia senang bekerja.
Dia tidak punya banyak ambisi, baginya bisa makan dan punya rumah sudah cukup, tapi karena dari kecil dia rajin bekerja, tabungannya lumayan banyak, hingga ketika kakek lulus SMA dan tidak punya pekerjaan, dia memberikan kakek sebagian besar tabungannya untuk membangun usaha.
Setelah menikah, sahabat kakek itu menepi ke sudut kota dan hidup sederhana, terkadang kakek mengunjunginya untuk memberikan laba dari modal yang ia berikan, tapi ia sering menolak, kalaupun menerima hanya secukupnya. Sampai akhirnya kakek membuatkan satu rekening dan mengirim semua uang yang menjadi hak-nya kesana.
Untuk mempererat hubungan kami, rencana untuk menjodohkan keturunan kami-pun tercetus, tapi kami sama-sama punya anak tunggal lelaki. Akhirnya rencana itu gugur dan dia tidak pernah mengungkitnya lagi, tapi Kakek masih terus memikirkannya dan menyampaikan pada Ayahmu agar meneruskan niat itu pada keturunannya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You (End)
General FictionDiantara semua petugas kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Wijaya, hanya Melati yang berani bertugas di Ruang Jenazah. Banyak yang enggan berteman dengannya karena menganggp ia juga menakutkan sama seperti ruangan yang ia bersihkan. Namun sebena...