"Apa kamu bilang Ramzi, istri? Jangan main-main sama mama!" Rita yang tadi seperti kucing galau kini menjelma menjadi Harimau, ia berdiri menjulang di depan putranya dengan tatapan nyalang.
"Aku serius, kami menikah seminggu yang lalu, maaf baru memberitahu mama, semuanya terjadi tiba-tiba, tapi aku sama sekali tidak menyesal, karena itu ke-putusan-ku!"
Ramzi menekankan kata terakhir guna kembali menyindir Rita yang akhirnya kembali duduk, dia tahu berdebat saat ini percuma karena Ramzi masih marah padanya.
"Tapi bukan begini caranya Nak, kau bisa menelpon kami dulu untuk minta pendapat, bagaimanapun kami orang tuamu"
"Aku juga mau bicara begitu pada mama, harusnya mama memberitahuku tentang rencana pertunangan itu, karna biar bagaimanapun aku adalah anak kandungmu"
Ramzi lagi-lagi menyindir sampai-sampai Rita harus menghela nafas menghadapi sikap anaknya yang memang sangat susah di bujuk ketika sedang marah.
"Nama saya Melati Nyonya, yang dikatakan Ramzi benar, semuanya terjadi tanpa perencanaan, jadi tolong maafkan kami" Melati bingung harus bicara apa, dia merasa terjepit diantara kedua orang yang sedang bersitegang. "Kalau begitu silahkan kalian bicara saya akan ke dapur dulu"
"Tidak usah!" Cegah Rita "duduklah! Sekarang ceritakan apa yang sebenarnya terjadi, mama masih belum paham, kalau memang kalian tidak siap lalu kenapa bisa sampai menikah"'
"Kami kepergok Pak Kades ketika aku sedang menindihnya, jadi tentu saja sebagai pria sejati aku harus bertanggung jawab" jawab Ramzi frontal membuat Rita membelalakkan matanya, terkejut sekaligus tak kuasa membayangkan kejadian hari itu.
"Kau ini bicara apa!? sangkal Melati cepat. "Tidak seperti itu Nyonya, Pak Kades hanya salah paham dan tidak percaya dengan penjelasan kami, jadi saat itu kami terpaksa menurut untuk di nikahkan" Melati bantu menjelaskan agar Rita tidak berpikir yang bukan-bukan.
"Aku tidak terpaksa tuh" timpal Ramzi santai. "Intinya ma, kami sudah menikah dan aku menyayangi istriku sepenuh hati, terserah kalian mau setuju atau tidak"
"Jangan kasar begitu sama orang tua" Melati menegur tegas karena jengah dengan sikap tidak sopan suaminya.
"Sudahlah! Nanti saja kita bahas ini, sekarang mama mau kamu pulang dan menyelesaikan masalahmu dengan Raya"
"Kalian yang buat masalah tapi kenapa aku yang harus menyelesaikan, semalam aku sudah menegaskan pada Raya kalau aku hanya menganggapnya teman, kalau mama masih termakan kata-katanya berarti mama lah yang punya masalah, sudahlah lebih baik mama pulang saja dan jangan datang lagi ke sini seenaknya, karena ini rumah istriku"
Ramzi mendelik sinis sebelum bangkit dari duduknya dan menarik Melati untuk masuk ke dalam kamar meninggalkan Rita sendirian, ia muak karena mamanya tidak juga mengerti keinginannya.
"Tolong jangan menceramahi ku, aku tahu sikapku tidak sopan, tapi kau paham kan perasaanku?" Ujar Ramzi begitu keduanya ada di dalam kamar.
Melati mengangguk pelan, tentu saja ia mengerti, siapapun yang berada di posisi pria itu pasti akan merasakan kekecewaan yang sama. "Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?" Tanyanya kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You (End)
General FictionDiantara semua petugas kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Wijaya, hanya Melati yang berani bertugas di Ruang Jenazah. Banyak yang enggan berteman dengannya karena menganggp ia juga menakutkan sama seperti ruangan yang ia bersihkan. Namun sebena...