Suara tangisan terdengar saat Melati melintasi salah satu bangsal perawatan. Itu adalah hal umum yang terjadi di rumah sakit, ada yang senang karena kelahiran dan ada yang merasa sedih karena kematian.
Sudah tujuh tahun Melati bekerja di rumah sakit swasta ini sejak lulus SMA sebagai salah satu petugas kebersihan. Bisa dibilang ia sudah terbilang senior tapi sayang, tidak pernah ada yang merekomendasikannya untuk naik jabatan. Bukan karena gadis itu tidak mampu, tapi karena tidak ada yang mau menggantikan tugasnya.
"Melati, pasien di bangsal dua ranjang nomer tiga baru saja meninggal, sepertinya korban KDRT dan keluarganya minta Almarhumah di otopsi untuk bukti membuat laporan ke Polisi. Tolong nanti bantu dimandikan karena akan di antarkan ke rumahnya besok pagi"
Bu Retno, wanita bertubuh gemuk yang menjadi supervisornya memberikan informasi saat Melati baru saja selesai berganti seragam di ruang loker.
"Baik bu" jawabnya singkat.
Hari ini dia memilih masuk shift malam, itulah salah satu keuntungan yang dimilikinya selain gaji yang lebih tinggi. Dia bebas menentukan hari libur dan waktu kerjanya asal tetap info kepada Ibu Retno.
Selain sebuah rumah kecil, pekerjaan ini adalah salah satu yang diwariskan Ayahnya. Tidak ada yang mau menggantikan tugas beliau setelah meninggal. Ketika Melati ditawarkan, ia terpaksa menerimanya karena sedang butuh pekerjaan.
Berjalan lurus ke belakang, akhirnya Melati sampai pada ruangan yang tidak banyak di datangi orang meski berpenghuni. Biasanya ia tidak sendiri, tapi lebih sering seperti itu. Namun Melati sudah biasa.
Masker, sarung tangan dan airpods menjadi alat wajib baginya selama bekerja. Kadang area kerjanya sangat berisik sehingga ia harus mengalihkan perhatian dengan lagu-lagu Bollywood favoritnya.
Dengan ember berisi air hangat yang dicampur disinfektan dan selembar kain lap, Melati mulai menbersihkan meja, beberapa brankar dan lemari stainlis serta wastafel, setelahnya ia menyapu dan mengepel lantai, lalu membersihkan kamar mandi dan toilet yang ada di sebelahnya.
Baru saja ia menyeka keringatnya, terdengar suara roda ranjang dorong mendekat, artinya ia akan punya tamu baru, sepertinya pasien yang dikatakan ibu Retno tadi.
"Melati, sejam lagi Dokter Ramzi dan Koasnya akan kemari untuk otopsi, aku titip ya" ucap salah satu perawat pria yang mamang biasa bertugas membawa pasien yang sudah meninggal ke ruang jenazah.
Mereka memindahkannya ke salah satu brankar stainlis lalu pergi begitu saja. Melati keluar lalu menutup pintu, tugas selanjutnya adalah membersihkan jendela dan koridor lalu, setelah itu ia bisa bersantai sampai mayat tadi selesai di otopsi.
Khusus untuk pekerjaan itu, Melati tidak sendiri, ada seorang Marbot Mussolah yang akan memandikan jika jenazahnya berjenis kelamin laki-laki. Itulah alasan mengapa gaji Melati lebih tinggi dari yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You (End)
Ficción GeneralDiantara semua petugas kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Wijaya, hanya Melati yang berani bertugas di Ruang Jenazah. Banyak yang enggan berteman dengannya karena menganggp ia juga menakutkan sama seperti ruangan yang ia bersihkan. Namun sebena...