"Maaf Pak Bekti tapi jenazah ini tidak bisa dibawa pergi sekarang, ada dugaan bahwa mendiang telah menjadi korban tindakan kriminal, saya akan segera menghubungi pihak yang berwajib untuk mengusutnya" ucap Ramzi pada petugas administrasi.
"Baik Dokter saya mengerti tapi pihak keluarganya sudah menunggu di depan, mereka pasti akan mengajukan keberatan"
"Biar saya yang menemui mereka" sebelum keluar Ramzi mendekati Melati lalu memberikan ponselnya. "Aku bisa memintanya ke bagian kepegawaian tapi alangkah lebih baik kalau kau sendiri yang memberikan nomer ponselmu" Melati menerima dan mulai mengetikkan nomernya, "nanti jawab setiap panggilanku dan balas setiap pesanku" ujarnya lagi mengambil ponselnya lalu berjalan keluar.
"Kenapa lama sekali, anak itu harus dikuburkan sebelum Magrib, jangan sampai Ayahnya keburu pulang" gerutu seorang wanita berpakaian hitam ketika Ramzi keluar.
"Apa anda keluarga mendiang Maya?" Tanyanya untuk memastikan.
"Benar Dok, saya Ibunya" kata wanita itu, Ramzi menyadari ada yang aneh, wanita di depannya terlihat sama sekali tidak berduka padahal baru saja kehilangan putrinya.
"Perkenalkan, nama saya Ramzi, saya Dokter bedah umum sekaligus forensik di rumah sakit ini, sayang sekali anda tidak bisa membawa jenazah anak anda sekarang karena kami menemukan banyak luka tidak wajar di tubuhnya. Sebentar lagi polisi akan tiba, anda bisa tetap tinggal untuk memberikan keterangan.
Wajah wanita yang mengaku sebagai Ibu Maya itu seketika memucat dan tangannya mulai gemetar, ia bahkan harus berpegangan pada tembok untuk menjaga keseimbangannya.
"Ma..maaf, sa..saya harus ke toilet dulu" pamit wanita itu berjalan cepat namun berbeda arah dari tempat yang tadi ia sebut. Menyadari itu, Ramzi menyuruh Pak Bekti yang sejak tadi berdiri di sampingnya untuk mengikuti wanita itu dan mencegahnya kabur.
"Jangan bertindak kasar, cukup tahan dia sampai Polisi tiba" titahnya.
Saat berbalik, ia melihat Melati sudah keluar dan sedang duduk di bangku panjang bersama seorang wanita paruh baya. Ramzi-pun mendekati mereka.
"Anda juga jangan pulang dulu, semua orang yang ada hubungannya dengan Maya akan dimintai keterangan. Melati aku akan menunggu Polisi di lobby kau juga tetaplah disini Ok!" Melati mengangguk, setelah Ramzi berada cukup jauh, gadis itu mulai mengajak Iyuth bicara.
"Sebenarnya apa yang selama ini terjadi pada Maya? Tanyanya memulai pembicaraan mereka.
Sembari menyeka sisa air matanya perempuan yang mengenakan celana kain dan blouse hitam itu-pun mulai bercerita.
Ketika Maya berusia lima tahun, Ibunya meninggal karena kecelakaan, Ayahnya yang ikut terluka dan tidak bisa berjalan pada saat itu mempekerjakan seorang terapis bernama Endang, seorang janda tanpa anak yang membantunya hingga bisa kembali pulih.
Keduanya saling jatuh cinta dan memutuskan menikah ketika usia Maya menginjak enam tahun. Awalnya semua tampak sempurna, Endang terlihat bisa menerima Maya dan memperlakukannya dengan baik, namun itu ternyata hanya kedok, karena ketika Sang Ayah, Tegar, bertugas keluar Kota, Endang senang menyiksa anak tirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You (End)
General FictionDiantara semua petugas kebersihan yang bekerja di Rumah Sakit Wijaya, hanya Melati yang berani bertugas di Ruang Jenazah. Banyak yang enggan berteman dengannya karena menganggp ia juga menakutkan sama seperti ruangan yang ia bersihkan. Namun sebena...